Harappa dan Mohenjo Daro, Kota Modern di Zaman Kuno

Harappa dan Mohenjo Daro, Kota Modern di Zaman Kuno

Kebudayaan India selalu menyuguhkan rangkaian cerita menarik nan pastinya berbeda dengan kebudayaan dari negara lain. Sudah seperti misteri generik jika India memang terkenal dengan kebudayaannya nan tinggi. Ibarat warisan, kebudayaan ini tetap dijaga utuh oleh para masyarakatnya dari generasi ke generasi.

Berbicara mengenai kebudayaan India, hal pertama nan terlintas ialah sebuah cerita mengenai peradaban umat manusia zaman dulu nan memiliki pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat nan hayati di zaman sekarang. Pengaruh nan besar itu dapat terlihat jelas dari konduite serta adat nan dianut oleh masyarakat India.

India ialah salah satu negara nan berada di Asia bagian selatan. India dikenal kaya akan budayanya sebab di India terdapat banyak suku bangsa, ras dan juga agama nan berkembang. Keberagaman ini tentunya menambah khasanah dari kebudayaan India.

Banyak orang nan telah mempelajari tentang kebudayaan India ini dari para peneliti sampai orang awam. Banyak nan menarik dari kebudayaan bangsa ini.

Di Indonesia layaknya juga di berbagai negara di dunia, India banyak dikenal sebab film-filmnya. Dalam film ini juga ditampilkan bagaimana kebudayaan India nan ada. Dengan melihat film ini maka kita akan sedikit banyak mengetahu bagaimana sejatinya kebudayaan nan ada di negara ini.



Kebudayaan India dan Keunikannya

Kebudayaan India bersifat sinkretisme, yaitu sebuah kebudayaan nan berupaya buat menyesuaikan beberapa kontradiksi dalam hal kepercayaan. Tidak heran jika kebudayaan ini pada kenyataanya tetap menjalankan tradisi leluhur sembari mengadopsi berbagai pemikiran baru nan lebih modern. Kebudayaan ini juga berupaya buat menyebarkan tradisi-tradisi masyarakat India kepada kawasan-kawasan nan berada di sekitar India.

Kebudayaan modern nan berkembang di India tentu saja tak dapat lepas dari kebudayaan India kuno. Apa nan dianggap dan diakui sebagai kebudayaan masa kini di India, merupakan refleksi dari apa nan terjadi di masa lalu. Warisan anggaran adat itu masih terasa hingga kini.

Salah satunya ialah sistem hirearki sosial atau kasta nan dianut oleh masyarakat India. Masyarakat India percaya bahwa setiap manusia dilahirkan dengan keistimewaan dan kekurangan nan berbeda. Apa nan sudah menjadi takdirnya, itulah nan harus diterimanya. Sistem kasta nan dapat terlihat pada kehidupan masyarakat India kemudian menjadi semacam pembatas nan sukar dilewati oleh mereka nan berbeda.

Kebudayaan masyarakat India pun mengena pada anggaran pernikahan bagi setiap warganya. Sebagian besar masyarakat India menikah sebab dijodohkan dan usia pernikahannya pun terbilang masih cukup belia. Hampir setengah dari jumlah penduduk berjenis kelamin wanita di India menikah saat usianya belum genap 20 tahun.

Berbicara tentang kebudayaan sebuah negara maka siap-siap buat membahas apapun tentang negara itu, begitupun ketika membicarakan tentang kebudayaan negara India, baik nan modern ataupun kuno. Hal nan juga tak dapat dipisahkan dari cerita kebudayaan masyarakat India ialah perihal Norma masyarakat India sehari-hari, mulai dari masakan hingga baju adat.

Kuliner dan baju adat merupakan produk dari kebudayaan masyarakat India nan tak ada duanya. Aneka rempah-rempah nan hampir selalu hadir di setiap kuliner khas India merupakan bukti diri nan tak terpisahkan. Begitu juga dengan baju adat berupa sari, dhoti, atau lungi.



Sejarah India nan Tak Lekang Waktu

Harus diakui bahwa kebudayaan modern nan berkembang di India tak dapat dilepaskan dari sejarah kecemerlangan peradaban antik di lembah Sungai Gangga dan Sungai Indus. Situs purbakala nan ditemukan di dua daerah tersebut membuktikan bahwa di masa lalu, India telah mencapai puncak peradaban nan mencengangkan, terlihat pada puing-puing Kota Mohenjo Daro (Sungai Gangga) dan Harappa (Sungai Indus.)

Harappa berada di Kota Punjab, di bekas bantaran Sungai Ravi, sungai purba nan mengering, telah menjadi kota besar padat penduduk pada 3300 SM. Situs ini ditemukan pada 1870-an oleh bangsa Inggris, dan dari hasil ekskavasi diperoleh fakta menakjubkan bahwa kota Harappa memiliki desain tata kota nan modern dan canggih. Sebagai salah sau produk dari kebudayaan masyarakat India masa lampu, Harappa memiliki nilai-nilai luhur nan tak dapat disepelekan.



Harappa dan Mohenjo Daro, Kota Modern di Zaman Kuno

Berdasarkan penelitian karbon, Harappa dan Mohenjo Daro dibangun pada 2500 SM, seribu tahun lebih awal dibandingkan Suku Arya. Dan, penelitian berikutnya menyingkap bahwa pada saat itu, penduduk kota tersebut mencapai 30 hingga 40 ribu, mengalahkan jumlah penduduk London di abad pertengahan. Dua kota ini menjadi lakon dalam kebudayaan masyarakat India kuno.

Layaknya tata-kota modern, Harappa terbagi menjadi dua bagian, yaitu kota pemerintahan dan kota administratif. Di daerah nan diduga pemukiman padat, jalan-jalan dibangun dengan instalasi nan canggih. Jalan-jalannya membujur lurus, saling bersilangan dengan teratur, membagi wilayah menjadi blok-blok segi empat. Benar-benar sebuah kota modern nan lahir dari kebudayaan masyarakat India kuno.

Diceritakan dalam kebudayaan masyarakat India antik bahwa di Harappa terdapat bangunan toko, pabrik-pabrik tembikar, tembok-tembok kokoh, pengelolaan sampah, bahkan saluran air bawah tanah terbuat dari batu bata nan amat menakjubkan. Tidak dapat tidak, rancangan kota nan begitu apik menunjukkan kebudayaan masyarakat India Antik di Harappa telah mencapai taraf nan sangat mengesankan.

Produk kebudayaan India antik nan modern itu mengalami sebuah masa nan sulit. Harappa diperkirakan "hilang" pada 1750 SM, dan saat bangsa Arya datang menginvasi daerah tersebut, Harappa sudah berada pada titik kemunduran nan sangat parah.



Kemunduran Harappa

Temuan-temuan fosil, situs, dan sisa-sisa peradaban, berikut penelitian karbon dan arkeologis menimbulkan beberapa teori tentang musnahnya kebudayaan masyarakat India Antik di Harappa. Yang menakjubkan, fakta-fakta tersebut mengarah pada kemungkinan keterlibatan reaktor nuklir purba di balik kemunduran Harappa.

Sebuah penelitian juga dilibatkan ketika meneliti tentang kebudayaan masyarakat India kuno. Bougzigues, seorang ilmuwan Prancis nan meneliti uranium ektrak pada 1972, menemukan fakta aneh pada uranium 235 di daerah Harappa. Uranium tersebut memiliki masa atom 0,717%, berbeda dengan uranium homogen di seluruh global nan berkadar 0,720. Ia pun menyimpulkan bahwa sampel uranium di Harappa pernah mengalami reaksi fisi (pelepasan energi).

Temuan itu menarik Badan Tenaga Atom Prancis melakukan penelitian mendalam dan pelacakan ke sejumlah loka di Harappa. Fantastis, penelitian tersebut menemukan 16 loka menyerupai reaktor nuklir nan telah berusia 2 miliar tahun. Sebuah kebudayaan masyarakat India antik nan membuat takjub para peneliti dunia.

Fakta tersebut melahirkan spekulasi-spekulasi tentang ledakan nuklir purba nan melenyapkan peradaban Harappa. Apalagi di beberapa loka di dalam hutan Indus ditemukan batu-batu dengan permukaan terbakar. Sebagian orang mengaitkan teori tersebut dengan epos Mahabharata dan perang armagedon Pandawa-Kurawa, sehingga memicu munculnya hoax (berita sampah) tentang kebudayaan India nan beredar luas di internet dewasa ini.

Memang, teori tersebut masih merupakan perdebatan dan perlu lebih banyak lagi pembuktian. Namun, tak dapat dikesampingkan bahwa ada kecenderungan pendapat bahwa kebudayaan masyarakat India Antik di Harappa telah mencapai taraf nan tidak terbayangkan sebelumnya.



Bangsa Dravida – Akar Kebudayaan Modern Bangsa India

Pemilik peradaban agung nan menjadi cikal bakal kebudayaan modern bangsa India itu ialah bangsa Dravida, satu kelompok ras kulit hitam nan telah meninggalkan budaya berburu dan hayati mengelana seperti kebanyakan kebudayaan manusia prasejarah.

Bangsa Dravida diketahui telah tinggal menetap dan mengembangkan teknologi bercocok tanam. Sementara, kelompok-kelompok bangsa lain di masa itu masih hayati bergantung pada alam dengan berburu dan meramu, atau mengumpulkan makanan dari alam. Bangsa Dravida memanfaatkan genre sungai, bahkan mereka membangun saluran irigasi buat pengairan sawah. Cara hayati bangsa Dravida ini terangkum jelas dalam cerita kebudayaan India.

Cerita tentang kebudayaan India kemudian berkembang hingga akhirnya datang sebuah bangsa baru ke India. Kedatangan bangsa Arya ke lembah Sungai Indus menimbulkan konflik kebudayaan dan persaingan etnik. Bangsa Arya berkulit putih dan termasuk rumpun berbahasa Indo-Eropa. Bangsa ini masuk ke India melalui Celah Kaiber di sela Pegunungan Hindu Kush, sebab tertarik pada kesuburan tanah daerah tersebut.

Bangsa Arya kemudian mendesak bangsa Dravida. Sebagian dari bangsa Dravida kemudian menyingkir ke wilayah di selatan India, dan sebagian lagi berbaur dengan bangsa Arya membentuk peradaban baru nan disebut Hindu. Akar kata Hindu berasal dari nama sungai tersebut. Percampuran antara dua bangsa tersebut menjadi cerita baru dalam kebudayaan India.

Teori nan lebih rasional tentang mulainya kebudayaan India modern ialah faktor kedatangan bangsa Arya sejak 2000 SM. Setelah itu, lembah Sungai Indus tercatat berkali-kali mengalami perubahan seiring kemunculan bangsa-bangsa lain dan pengaruh peradaban kuat di sekitarnya, misalnya Persia (600 SM), Alexander Agung (327 SM), Arab (abad ke-8), Turki (abad ke-12), Mongol (abad ke-16), dan Inggris (abad ke-19).