Letusan Gunung Toba – Raksasa Supervolcano
Jika melihat Danau Toba dengan Pulau Samosir di tengahnya itu, siapa nan menyangka bahwa estetika itu dihasilkan dari letusan Gunung Toba ribuan tahun nan lalu? Jika demikian letusan Gunung Toba ternyata memiliki kaitan nan erat dengan asal mula terbentuknya Danau Toba.
Letusan Gunung Toba menjadi salah satu bala alam terbesar nan pernah dialami oleh Indonesia. Saking besarnya, letusan itu bahkan membuat sebuah cerita baru bagi masyarakat Toba dan sekitarnya. Sebuah cerita tentang asal mula danau nan nantinya cukup terkenal se-antero Indonesia, Danau Toba.
Kemegahan nan disandang oleh nama Danau Toba ternyata tak lepas dari sebuah peristiwa besar nan dapat jadi tak mungkin dilupakan oleh masyarakat di seiktar Danau Toba. Sebuah peristiwa nan mengenaskan pada masanya, namun berbuah manis buat masyarakat nan tinggal di sekitar Danau Toba saat ini.
Tuhan niscaya selalu menyimpan hikmah di balik setiap peristiwa. Letusan Gunung Toba nan dahysat itu nyatanya memberikan kedahsyatan cerita nan justru lebih terkenal di kemudian hari. Danau Toba nan terkenal di se-antero Indonesia nyatanya tetap menjadi primadona bagi masyarakat Toba dan sekitarnya.
Diperkirakan letusan Gunung Toba telah terjadi 74 ribu tahun nan lalu. Letusan Gunung Toba itu meledakkan badannya dan menimbulkan malapetaka dahsyat sehingga menciptakan kawah sepanjang 100 kilometer dengan luas 30 kilometer. Sebuah cekungan nan dipercaya menjadi asal mula terjadinya Danau Toba.
Kontroversi Danau Toba dan Letusan Gunung Toba
Dia ialah Reinout Willem van Bemmelen, geolog Belanda nan pertama kali mencetuskan teori letusan itu saat melakukan penelitian di Danau Toba pada 1939. Ia terkejut menemukan fakta bahwa Danau Toba dikelilingi material batu apung nan ditinggalkan oleh letusan gunung. Dari penelitiannya lah anggapan bahwa Danau Toba terbentuk dari letusan Gunung Toba mulai berkembang.
Dalam penelitiannya selama bertahun-tahun, Van Bemmelen menemukan lapisan ignimbrite di seluruh permukaan batu danau. Lapisan tersebut berupa batuan vulkanik berbentuk debu dan material vulkanik lain nan mengandung senyawa feldspar-kuarsa. Senyawa ini hanya dihasilkan oleh gunung api. Kecurigaan inilah nan mendasari penelitian Van Bemmelen tentang Danau Toba nan berasal dari letusan Gunung Toba.
Teori Van Bemmelen mengenai asal mula Danau Toba nan berasal dari letusan Gunung Toba semula kontroversial dan amat sulit dipercaya. Namun, temuannya merangsang penelitian lebih lanjut para geolog di seluruh dunia. Penelitian diarahkan pada debu riolit dan batuan apung.
Hasilnya menakjubkan: ditemukan material halus dengan komposisi menyerupai granit itu pada material sedimen nan diambil dari dasar Teluk Benggala. Menyusul kemudian ditemukannya debu riolit nan seusia dengan batuan Toba, terletak jauh di Malaysia dan India.
Letusan Gunung Toba – Teori Lempeng Tektonik
Danau Toba nan semula berupa gunung api, bersesuaian dengan teori mengenai lempeng tektonik dunia. Tiga lempeng tektonik berjumpa di wilayah Indonesia dan telah dimengerti potensi bencananya. Tiga lempeng itu ialah lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Gunung barah itulah nan membuat sebuah peristiwa penting, letusan Gunung Toba membentuk Danau Toba.
Lempeng-lempeng tersebut terus bergerak sepanjang waktu dengan kecepatan nan tak terdeteksi mata kasat. Lempeng Indo-Australia mendesak lempeng Eurasia dengan kecepatan 7 sentimeter per tahun dengan gerakan konstan. Sedangkan lempeng Pasifik mendesak lempeng Eurasia secara relatif, mencapai kecepatan 11 sentimeter per tahun. Pergesekan lempang inilah nan disinyalir berperan besar dalam letusan Gunung Toba .
Tumbukan lempeng tersebut menimbulkan kenyataan subduksi, atau infiltrasi lapisan sedimen ke bawah lempeng benua, dan memunculkan rangkaian gunung api, membentuk cincin dengan potensi ledakan dahsyat dan nyaris tak terprediksi. Letusan Gunung Toba ialah salah satu bentuk reaksi subduksi.
Letusan Gunung Toba – Raksasa Supervolcano
Gunung Toba dikelompokkan ke dalam gunung barah jenis Supervolcano. Jenis ini sangat sporadis ditemukan di dunia. Supervolcano memiliki kantung magma nan sangat besar dan luas, sehingga letusan Gunung Toba bisa menghasilkan kawah luas pula.
Penelitian ilmiah tentang Gunung Toba terus berlangsung hingga saat ini, buat menggambarkan dengan jelas mengenai raksasa mengerikan nan tengah tertidur pulas di tengah Pulau Sumatra itu.
Jika sebelumnya hanya disebutkan sebuah teori ledakan dahsyat pada 74 ributahun silam, penelitian terbaru mengetengahkan kemungkinan berdasarkan fakta-fakta geologis bahwa letusan Gunung Toba telah terjadi sedikitnya tiga kali.
Letusan Gunung Toba nan pertama diperkirakan berlangsung 840 ribu tahun silam, dan ledakan terakhir seperti disebutkan di atas. Ledakan terakhir ialah nan paling dahsyat bukan saja melontarkan seluruh badan gunung ke udara, bahkan menciptakan kawah luas dan menjadi danau dengan residu sedikit pulau nan mencuat di tengahnya, itulah Pulau Samosir.
Letusan Gunung Toba – Letusan Megakolosal
Pada letusan Gunung Toba nan terakhir, diperkirakan Gunung Toba meletus selama 9-14 hari berturut-turut. Material vulkanik nan dimuntahkan mencapai 2.800 km kubik, termasuk debu vulkanik beracun dengan taraf sangat asam dan berberlerang sangat tinggi.
Letusan Gunung Toba memuntahkan material vulkanik. Material itu terlontar menyobek atmosfer hingga ketinggian 37 kilometer. Lalu, menyebar ke seluruh penjuru dan mengakibatkan kegelapan total selama beminggu-minggu. Bahkan, lapisan debu nan tersimpan di awan menyebabkan global remang-remang selama hampir 10 tahun sebab sinar matahari tak paripurna mencapai bumi.
Malapetaka nan ditimbulkan dari letusan Gunung Toba nyaris tidak terbayangkan. Kehidupan di sekitar Toba nyaris musnah. Manusia dan binatang tidak mampu bertahan dari gempuran lava. Tumbuh-tumbuhan tidak mampu berfotosintesis sebab matahari menghilang dari langit. Suhu bumi menyusut 1-5⁰ C selama beberapa tahun.
Letusan Gunung Toba itu mengakibatkan perubahan iklim global. Suhu bumi menurun drastis dan global menggigil mengakibatkan kematian nan tidak terbayangkan. Ekosistem di bumi pun berubah. Belerang asam meracuni air tawar dan memusnahkan padang rumput. Populasi manusia berkurang drastis.
Letusan Gunung Toba dan Danau Toba Sekarang
Raksasa Toba rupanya hanya bangun sesaat dan kemudian kembali ke tidurnya nan lelap. Gunung barah itu tak mati. Masih ada jejak-jejak kehidupannya nan dideteksi dari titik mata air panas di kawasan Pusukbukit, di bagian barat Danau Toba. Peristiwa letusan Gunung Toba itu membekaskan cerita nan mendalam.
Pusukbukit diyakini merupakan bagian dari Gunung Toba. Bentuknya serupa kerucut kecil vulkanik, dan mendapatkan magma dari dapur magma nan terbenam 50 km di bawah permukaan tanah.
Berdasarkan penelitian, Pulau Samosir mengalami kenaikan gradual dengan munculnya lapisan-lapisan sedimen. Kenaikan ini memberi indikasi adanya proses pengisian magma dari dapur magma sehingga mengangkat Pulau Samosir secara perlahan-lahan.
Jadi, apakah Gunung Toba akan bangun kembali? Sangat mungkin! Tapi, melihat prosesnya, hal itu baru akan terjadi dalam waktu nan sangat lama. Para geolog memperkirakan letusan Gunung Toba baru akan terjadi sekitar 400 ribu – 600 ribu tahun lagi. Memang tidak perlu dikhawatirkan di masa sekarang, tapi setidaknya harus tetap waspada.
Apapun jenisnya, segala bentuk letusan gunung niscaya akan membuat sebuah cerita. Letusan Gunung Toba nan terjadi jauh sebelum Danau Toba menjadi primadona pariwisata Sumatera Utara ialah salah satunya.