3. Isu Rasial

3. Isu Rasial

Merdeka , satu kata nan menggambarkan kebebasan berbicara, berkreasi dan bertindak. Keanekaragaman budaya di Indonesia memungkinkan setiap daerah dengan potensinya nan besar ingin merdeka. Seperti halnya Papua.

Pulau di bagian paling timur Negara ini telah berkeali-kali mengusung istilah merdeka buat tanah mereka tercinta. Sama seperti Daerah Istimewa Aceh, nan juga menginginkan kemerdekaannya sendiri sejak lama.

Apakah daerah-daerah itu layak merdeka? Jawabannya menurut penulis mungkin belum waktunya. Pengaruh emosional sangat mungkin menjadi pengikat paling kuat dalam batin mereka buat terus mengusung kata merdeka ke permukaan.

Mencari perhatian pemerintah nan dirasa kurang proporsional menangani potensi daerah mereka. Bukan tak menghargai hak setiap manusia buat merdeka, tetapi masih banyak hal nan harus dipahamis sebelum mereka benar-benar merasa harus merdeka.

Mengatur negara membutuhkan tenaga dan kerja keras nan luar biasa dan semua hal nan berkaitan dengan negara, perkembangannya serta kompleksitas penduduknya sangat rumit. Bukanlah satu topik nan dapat dibicarakan dan selesai dalam waktu semalam saja. Satu daerah nan ingin merdeka belum tentu dapat mengoptimalkan potensi daerahnya bila merdeka saat ini.



Optimalisasi Daerah ntuk merdeka

Contoh konkret bagian dari Indonesia nan sudah merdeka tetapi belum dapat mengotimalisasi potensi daerahnya ialah Timor Leste. Sampai sekarang mereka belum memiliki angkatan bersenjata sendiri sebab masih banyak hal nan harus diselesaikan secara intern.

Laju pertumbuhan ekonomi Timor Leste sampai sekarang masih belum dapat dikatakan meningkat dengan pesat dan masih sama seperti masih tergabung dalam negara kesatuan Indonesia. Angkatan bersenjata internasional masih kerap menjaga daerah itu sebab masih dikhawatirkan dapat timbul konflik antara sesama saudara.

Itulah sebabnya mengapa daerah itu sebenarnya belum dikatakan sip buat merdeka dan membentuk negara sendiri. Menjadi negara nan berdikari membutuhkan rasa merdeka selama bertahun-tahun lamanya dan proses menjadi negara nan merdeka dalam artian berdikari membutuhkan waktu nan sangat panjang.

Lalu, mengapa Papua ingin merdeka? Ada beberapa aspek nan menjadi pertimbangan buat itu, di antaranya:



1. Sejarah

Sama seperti semua daerah di Indonesia, Papua merasakan penjajahan nan dilakukan oleh bangsa asing selama ratusan tahun. Perjuangan dan kerja keras mengusir bangsa asing inilah nan membuat setiap orang di daerah masing-masing merasa mampu mengusir mereka meskipun pada umumnya semua daerah di Indonesia ini saling membantu.

Kepercayaan diri nan tinggi ini membuat mereka kurang dekat dengan daerah lain nan bertetanggaan dengan wilayahnya dan merasa daerahnya nan paling memberikan kontribusi besar dalam pengusiran penjajah. Pendekatan penjajah Belanda ketika berkuasa di Indonesia tak menunjukkan sikap penjajahan nan kasar.

Mereka mampu membuat rakyat pribumi tak merasa sedang dijajah. Tidak ada rasa persaingan diantara mereka padahal sebenarnya mereka sedang dimanipulasi dan dieksploitasi oleh bangsa Belanda.



2. Merdeka Secara Sosial Ekonomi dan Budaya

Sebagai daerah nan menjadi bagian dari negara kesatuan Indonesia, wajar bila terjadi banyak perubahan di daerah eksklusif seperti Papua. Banyak penduduk dari suku lain yangatang ke loka mereka buat mencari penghidupan baru nan lebih baik.

Kaum pendatang ini umumnya memiliki rasa percaya diri nan besar dan siap menjalankan semua usaha dengan kerja keras demi peningkatan ekonomi keluarga mereka dengan bekal keahlian nan dibawa masing-masing daerah dari asalnya.

Rata-rata kaum pribumi kalah dalam persaingan peningkatan tingkat hayati ini. Hal seperti inilah nan membuat mereka merasa terpinggirkan dan menimbulkan kecemburuan sosial di dalam masyarakat. Kaum pribumi merasa mereka tak memiliki kuasa lagi dalam kepemilikan harta leluhur mereka seperti tanah dan sumber daya alam lainnya.



3. Isu Rasial

Perbedaan rona kulit dan bentuk fisik nan secara konkret sangat berbeda dengan bangsa-bangsa lain di wilayah Indonesia membuat warga papua tak merasa bersaudara dengan mereka nan berasal dari daerah barat Indonesia. Mereka merasa memiliki gen nan berbeda. Mereka merasa harus merdeka sendiri sebab disparitas itu.



4. Pertumbuhan Informasi

Kemajuan teknologi informasi membuat manusia menjadi lebih pintar dan lebih banyak tahu tentang segala hal. Setiap daerah menjadi lebih tahu tentang kekayaan daerahnya masing-masing dan merasa mereka mampu mengotimalkan hal itu buat kemajuan mereka sendiri. Merdeka buat bicara, berkreasi dan bertindak, itulah nan mereka inginkan selain kemajuan dalam tingkat hidup.



Faktor Pertimbangan buat Merdeka

Namun, bagi warga papua nan ingin merdeka ada baiknya mempertimbangkan beberapa faktor tersebut di bawah ini:



1. Kondisi geografis

Papua memiliki luas daerah sebanyak 8 kali pulau jawa dan dihuni oleh sekitar 5 juta warga. Sebuah perbandingan nan jauh bila melihat pulau jawa nan daerahnya lebih kecil tapi dihuni oleh sekitar 100 juta jiwa. Untuk mengolah pulau nan sangat luas seperti ini perlu pertimbangan nan matang bagaimana cara mengatur negara, rakyat dan seberapa banyak angkatan bersenjata nan diperlukan buat mengawal daerahnya sendiri. Untuk merdeka memang diperlukan banyak perjuangan juga pengorbanan.



2. Sumber daya manusia

Apakah penduduk papua nan sedemikian kecil dibandingkan dengan wilayahnya sendiri sudah mampu mengolah potensinya secara maksimal. Bagaimana cara mengembangkan kekuatan alam mereka buat berubah menjadi potensi pendapatan daerah nan sanggup memakmurkan penduduknya.

Apakah manusia di loka itu sudah dapat mengendalikan kekuatan mereka agar tak dicurangi bangsa lain. Bila tak dapat mengendalikan perkembangan daerahnya sendiri maka merdeka tak menjadi agunan buat mandiri.



3. Infrastruktur daerah

Merdeka berarti memiliki sistem infrastruktur nan memadai buat mekajuan wilayah sendiri. Bayangkan berapa banyak infrastruktur nan diperlukan buat mengembangkan potensi wilayah Papua. Di Jawa saja dengan wilayah nan kecil infrastruktur nan sudah ada seakan belum saja cukup.

Banyak nan harus dibenahi termasuk transportasi, akomodasi dan sistem tata kota. Dengan wilayah nan sangat luas maka Papua memerlukan pemikiran nan mendalam buat merdeka seutuhnya.



4. Keragaman suku bangsa

Dalam satu wilayah cenderung memiliki banyak suku bangsa berbeda dan di Papua sendiri dulu dihuni oleh beberapa suku nan memiliki bahasa serta gaya hayati berbeda. Jeda nan jauh dari satu loka ke loka lain dan kurangnya wahana transportasi membuat proses komunikasi menjadi terhambat dan Papua tak memiliki bahasa nan disepakati bersama menjadi bahasa Papua nan digunakan bersama. Kurangnya pengenalan menjadi penghambat terwujudnya kesatuan dan buat merdeka diperlkan sebuah kesatuan nan solid.



5. Keragaman budaya dan adat istiadat

Kendala budaya dan adat istiadat ini menjadi nan terberat dalam mencapai negara merdeka. Kurangnya komunikasi dan pengenalan memudahkan munculnya konflik nan dapat memicu terjadinya perdebatan serta konfrontasi tidak ada habisnya. Selain itu, faktor pendidikan menjadi salah satu penghambat primer di pulau Papua. Sulit buat merdeka dan berdikari bila masyarakat sulit tersentuh pendidikan global.

Namun bagaimana pun, pulau Papua merupakan bagian dari negara kesatuan Republik Indonesia. Seluruh masyarakat sudah melakukan perjuangan serta pengorbanan sedemikian besar buat mengusir penjajah dan berusaha bangkit biarpun susah payah buat menggapai kata merdeka.

Inilah nan harus dihargai dari setiap bangsa nan tergabung dalam negara besar ini. saling menghargai dan menghormati mampu membuat bangsa ini menjadi solid dan tidak tergoyahkan oleh pengaruh jelek bangsa lain. Manunggal kita teguh bercerai kita runtuh.