Penulisan Nama Latin

Penulisan Nama Latin

Beberapa dari kita mungkin sudah mengenal bahwa nama ilmiah buat padi ialah Oryza sativa , sekaligus juga sebagai nama Latin dari tanaman pangan tersebut. Sehari-hari, padi memang tidak disebut-sebut menggunakan nama Latin tersebut. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, tanaman padi disebut-sebut dalam bahasa daerah masing-masing. Seperti dalam bahasa Sunda disebut dengan paré.

Nama Latin memang hanya ditujukan buat keperluan ilmiah kependidikan. Tepatnya, saat seseorang mempelajari klasifikasi suatu jenis tanaman eksklusif (flora). Salah satunya, dia akan mempelajari penamaan tanaman tersebut berdasarkan nama Latin atau nama ilmiahnya.

Selain buat tanaman, sistem penamaan tersebut juga biasa dipakai buat penamaan klasifikasi suatu jenis fauna tertentu. Persis seperti nan digunakan pada penamaan jenis-jenis flora. Dengan demikian, melalui sistem penamaan tersebut akan ditampakkan flora atau fauna dengan kekerabatan nan sama.

Apakah manusia memiliki nama Latin? Manusia juga memiliki nama Latin nan khas untuknya dan dikenal dengan sebutan Homo sapiens atau manusia modern. Pemakaian nama Latin lebih terasa menyulitkan daripada memudahkan, terutama buat orang awam.

Tapi, pemakaian tersebut memang bukan ditujukan buat orang awam. Ini sebab dalam global penelitian dan pengembangan budi daya flora dan fauna, pemakaian nama Latin tersebut sangat krusial artinya. Dengan demikian, penelusuran flora dan fauna nan dilakukan saat penelitian bisa diketahui dengan pasti. Lebih jauh lagi, hal itu bisa bermanfaat saat dilakukan pembudidayaan buat mendapatkan varietas atau jenis flora dan fauna unggulan.



Sejarah Nama Latin

Berdasarkan sejarah penamaan dengan nama Latin tersebut, dahulu digunakan penamaan dalam beberapa kata sehingga penamaan tersebut menjadi sangat kompleks pada masa itu. Dengan demikian, penamaan ilmiah saat itu dinamakan dengan polynomial nomenclature . Sistem penamaan ini pada prinsipnya punya dua manfaat nan berbeda, yaitu:

  1. Sebagai penanda spesifik atau label.
  2. Sebagai penjelas ciri flora atau fauna.

Akan tetapi, kedua manfaat tersebut pada masa itu tak tercapai. Ini sebab pemberian nama nan terdiri atas beberapa kata sudah sangat merefleksikan secara detail flora atau fauna nan dimaksud.

Selanjutnya, Carolus Linnaeus (1707-1778) memprakarsai penamaan flora atau fauna menggunakan dua kata nan secara dunia telah menjelaskan ciri spesifik flora atau fauna tersebut. Selanjutnya, penamaan tersebut dinamakan dengan binomial nomenclature atau nama trivial.

Linnaeus atau Carl von Linné ialah seorang pakar nabati (ilmu tentang global flora) Swedia nan memiliki ide cemerlang buat melakukan penamaan berupa nama khusus. Penamaan ini terdiri atas satu nama nan trivial (biasa) digunakan secara umum.

Dengan demikian, penamaan flora atau fauna tidak harus terlalu mendetail. Sehingga terdiri atas beberapa kata dan membuat nama flora atau fauna tersebut menjadi panjang. Dengan menggunakan dua kata saja, flora atau fauna tersebut sudah terdeskripsikan dengan jelas.



Nomenclature Binomial

Carolus Linnaeus sebagai seorang pakar nabati sangat berkepentingan terhadap penamaan flora nan dapat dipakai secara praktis dan mudah. Tak hanya memberikan kegunaan secara pribadi buat pemrakarsanya, penamaan ini telah banyak pula memberikan kegunaan secara luas, antara lain sebagai berikut.

  1. Lebih bernilai hemat sebab mudah diingat orang daripada sistem penamaan terdahulu. Sehingga bisa digunakan dalam berbagai budaya dan masyarakat nan heterogen.
  2. Dapat digunakan lebih mendunia sebab mudah diikuti meskipun sudah terstandardisasi.
  3. Penggunaannya jelas sebab tak memerlukan keterangan-keterangan lainnya, selain dua kata nan mendeskripsikan nama sinkron baku tadi.
  4. Penamaan tersebut bersifat unik atau tunggal sebab telah membedakannya antara satu nama dan nama lainnya. Sehingga tidak akan ada satu nama nan dipakai buat dua spesies nan berbeda.
  5. Penamaan tersebut tidak bisa berubah-ubah disebabkan oleh perpindahan loka ataupun pengaruh luar lainnya.

Penamaan menggunakan nama Latin ini sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan penglasifikasian ataupun taksonomi flora dan fauna. Klasifikasi tentu membutuhkan penamaan nan jelas sehingga akhirnya bisa membedakan satu jenis spesies flora atau fauna dengan jenis lainnya. Sementara, taksonomi melibatkan penamaan dan klasifikasi tadi.

Pada prinsipnya, penamaan flora dan fauna menggunakan sistem binomial nomenclature terdiri atas dua kata nan berasal dari kata dalam bahasa Latin. Bahasa ini memang sudah tak dipakai lagi buat berkomunkasi secara umum, melainkan hanya dipakai dalam global pendidikan saja. Peninggalan krusial dari bahasa ini terdapat dalam penamaan dalam sistem binomial nomenclature tadi.

Secara singkat, tata-cara penamaan flora atau fauna menggunakan sistem binomial nomenclature nan terdiri atas dua kata dalam bahasa Latin. Kedua kata tersebut dijelaskan sebagai berikut.

  1. Bagian pertama menunjukkan klasifikasi genus dari flora atau fauna nan dimaksud. Genus merupakan klasifikasi taraf kedua dari suatu flora atau fauna setelah spesiesnya ditentukan.
  2. Bagian kedua menunjukkan klarifikasi terhadap bagian pertama nan merupakan genus dari flora dan fauna dimaksud. Klarifikasi tersebut bisa berupa adjektiva atau kata benda.

Setelah kedua bagian nama suatu flora atau fauna ditentukan, akan diperoleh nama Latin nan khas buat flora atau fauna dimaksud.

Berikut ini beberapa nama Latin buat flora atau fauna.

  1. Zea mays : jagung.
  2. Solanum tuberosum : kentang.
  3. Jasminus sambak : melati putih.
  4. Persea Americana : avokad.
  5. Pyrus malus : apel.
  6. Durio zibethinus : durian.
  7. Felis tigris : kucing.
  8. Varanus komodoensis : komodo.
  9. Canis lupus : anjing.
  10. Lepus negricolis : kelinci jawa.
  11. Rattus rattus : tikus rumah.


Penulisan Nama Latin

Sistem penulisan nomenclature binomial nan diprakarsai oleh Linnaeus telah mempunyai baku spesifik tentang cara pembentukan dan juga penulisannya. Sistem nan menggunakan dua kata dalam bahasa Latin ini memiliki tata cara spesifik dalam menuliskannya.

Berikut ini, antara lain tata caranya.

  1. Biasanya, keduanya dituliskan/dicetak miring, jika ditulis secara formal dalam bentuk tercetak (barang cetakan: buku, makalah, dan sejenisnya).
  2. Jika ditulis langsung menggunakan tulisan tangan ( hand-writing ), nama dituliskan dengan menggunakan garis bawah pada kedua katanya.
  3. Huruf pertama pada kata pertama dalam nama biasa dituliskan menggunakan huruf kapital, sedangkan huruf pertama pada kata kedua dituliskan biasa saja.

Berikut ini, contoh-contoh pemakaiannya: Zea mays, Solanum tuberosum, Jasminus sambak, Persea Americana, Pyrus malus, Durio zibethinus .



Nama Latin - Penutup

Sistem penamaan ini memang diperuntukkan dalam kalangan ilmiah: pendidikan ataupun penelitian. Tujuannya, secara generik agar terdapat konsistensi dan keteraturan pemakaiannya sehingga bisa dimanfaatkan kapan pun dan di mana pun.

Memang, buat orang awan nan bermaksud menggunakannya dalam bahasa sehari-hari tak akan pernah menjadi lumrah. Selain tak praktis, tentunya akan sangat banyak pula orang nan tidak memahami penamaan nan dimaksud. Akan tetapi secara ilmiah, jelas sistem penamaan nan pasti, jelas, terstruktur, dan terstandardisasi sangatlah diperlukan.

Dalam konteksnya, masyarakat pendidikan dan penelitian tentu akan memahami penamaan-penamaan spesifik nan telah ditentukan. Sehingga membantu mereka buat selanjutnya bisa mengembangkan pemahaman keilmuan nan dimiliki. Baik itu berupa budidaya flora dan fauna nan dimaksud, ataupun hanya sekadar memublikasikan kepada masyarakat luas di luar masyarakat ilmiah. Tak ada salahnya bagi masyarakat awam buat mengetahui dan memahami penamaan tersebut.

Keteraturan menunjukkan peradaban nan semakin baik. Dengan adanya penamaan tersebut, membuat seolah-olah global flora dan fauna berada dalam keteraturan nan tidak terelakkan sinkron dengan penamaannya (karena kata pertama merupakan klasifikasi genus).

Persilangan keturunan akan mudah dilakukan dalam global flora, demikian pula halnya dalam global fauna. Dengan demikian, penamaan dengan menggunakan nama latin ini akan membantu proses pelestarian flora dan fauna itu sendiri. Terutama nan sudah berada di ambang kepunahannya.