Gelar Pahlawan buat Soeharto – Mungkinkah?

Gelar Pahlawan buat Soeharto – Mungkinkah?

Mantan presiden kedua Indonesia, Soeharto, dapat dikatakan sebagai sosok nan penuh dengan ragam cerita. Masa kecilnya nan dikatakan hayati dalam kesederhanaan dan penuh dengan gelombang kisah nan cukup memilukan. Masa pemerintahannya nan bergelombang dan beronak duri dengan selingan berbunga-bunga. Masa akhir hayatnya nan tak kalah mengharubirukan perasaan orang-orang nan dekat dengannya. Masa setelah wafatnya dengan berbagai kenangan nan tidak terlupakan terhadap kharisma dan sejarah Soeharto menjadi Presiden Indonesia.



Sejarah Soeharto – Takdir Bangsa

Diangkatnya Soeharto sebagai presiden kedua Indonesia seolah telah menjadi satu bagian dari takdir bangsa. Ia dinobatkan sebagai presiden pada tahun 1968. Pada saat itu negara ini sedang dalam keadaan sakit nan cukup parah. Kerusuhan, ketakutan, keinginan mengakhiri semua penderitaan, dan berbagai kecurigaan ada di dalam benak bangsa. Soeharto sering dikatakan mengkudeta Soekarno. Pendapat ini menarik buat disimak.

Pada saat itu, pangkat Soeharto berada dibawah Jenderal A.H. Nasution. Bagaimana dapat Soeharto nan mengambil alih pemerintahan dan menjadi panglima angkatan bersenjata ketika seniornya masih ada. Apalagi, Jenderal A.H. Nasution menjadi salah satu korban keganasan Gerakan 30 September/PKI nan juga memakan korban para jenderal nan lain.

Selain itu, Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar, tak pernah diperlihatkan keasliannya. Misteri ini tersimpan hingga kematian semua saksinya nan mengetahui ditandatanganinya surat sakti itu. Dengan adanya Supersemar di tangannya, Soeharto merasa dirinyalah nan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kemaslahatan bangsa dan negara pada saat itu. Tidak ada nan mampu melawan apa nan telah dikatakan oleh Soeharto pada saat itu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Soeharto ialah seorang laki-laki dengan kecerdasan nan cukup bagus. Kepemimpinannya juga bagus dan ia merupakan salah satu pakar taktik perang nan jitu. Wajahnya nan tampan dengan senyum nan terlihat menyungging, telah menjadi satu asa nan luar biasa bagai kebanyakan rakyat terutama nan tak tahu apa-apa tentang kasak-kusuk di ibukota negara.

Kehadiran presiden baru ini disambut dengan antusias walaupun menyisakan sesak di dada bagi orang-orang nan berseberangan dengan Soeharto. Soekarno, misalnya. Presiden pertama Indonesia ini sangat merasakan tangan besi Soeharto. Bapak bangsa satu ini harus meregang nyawa dalam keadaan nan tak layak sebagai mantan pemimpin bangsa . Ia dipisahkan dari keluarganya. Akhirnya, ia pun mati dalam kesedihan dan kesendirian. Ia seolah harus berjuang sendiri hingga akhir hayatnya.

Soeharto mempunyai alasan sendiri mengapa mengasingkan Soekarno. Soekarno dianggap bertanggung jawab terhadap lahir dan berkembangnya Partai Komunis Indonesia. Soekarno memang diketahui lebih memihak kepada blok kiri seperti Rusia dan Cina. Bahkan, Malaysia pun dimusuhi oleh Soekarno. Padahal secara agama, orang Malaysia itu mayoritas beragama Islam. Soeharto juga dikatakan takut bahwa pengaruh paham Soekarno akan menghambat program pembangunan nan telah dicanangkannya.

Bangsa ini memang berkembang dengan sangat pesat dalam beberapa periode kepemimpinan Soeharto. Pendidikan dan pertanian mendapatkan perhatian nan cukup besar. Angkatan bersenjata apalagi. Dapat dikatakan bahwa pada saat itu TNI memegang peranan nan sangat krusial dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air. Pembangunan nan luar biasa itu tak terlepas dari program nan dibuat oleh Soeharto bersama dengan orang-orang nan pakar dibidang ekonomi.

Ketika Soeharto telah menjabat sebagai presiden ke-5 kalinya, sebenarnya telah banyak orang nan merasa tak puas. Kerajaan bisnis keluarga Soeharto semakin menggurita. Terbukanya global telah membuat banyak rakyat semakin cerdas.

Orang-orang cerdas inilah nan berusaha menentang kekuasaan Soeharto. Mereka pun dijebloskan ke dalam penjara sebagai tahanan politik. A.M Fatwa merupakan salah satu orang nan merasakan betapa dinginnya tangan Soeharto ketika berada dalam pucuk pimpinan.

Amin Rais nan bersuara lantang pun hampir saja bernasib sama. Tetapi, kecerdasan Amin Rais membuat ketajaman lidahnya tak terusik. Rakyat semakin percaya bahwa Soeharto memang tak sepatutnya menjadi pemimpin seumur hidup.

Apalagi Bapak Pembangunan ini seolah bertindak bahwa Indonesia ini miliknya sendiri. Ia mengangkat dirinya sebagai jenderal berbintang lima. Ia juga menganugerahi istrinya gelar kepahlawanan dalam waktu nan singkat setelah hari kematian istrinya itu.

Anaknya bermasalah dan banyak lagi kasus tak seimbang nan membuat rakyat marah. TNI pun seperti semakin membabi buta dalam kearoganan. Hal inilah nan membuat bangkitnya pencerahan bahwa tak sepatutnya Soeharto berkuasa lagi. Akhirnya, pada Mei 1998, rakyat benar-benar murka. Soeharto pun mundur. Paras tuanya terlihat tegang. Ia pun memilih buat menghabiskan masa tuanya di kediamannya.

Ia mungkin tak pernah menyangka bahwa akhir dari kepemimpinannya akan seperti itu. Walaupun apa nan terjadi pada dirinya tetap lebih baik dibandingkan ketika ia memperlakukan Soekarno dalam pengasingan. Rakyat tetap memperlakukan Soeharto dengan baik sebab memang ia tetap dianggap berjasa pada bangsa ini.



Gelar Pahlawan buat Soeharto – Mungkinkah?

Soeharto tetap dianggap sebagai Bapak Pembangunan walaupun ternyata ia membangun dengan dana utang nan begitu banyak. Sayangnya, utangan ini malah banyak dikorupsi. Hal inilah nan membuat banyak orang menjadi tak bahagia kepada Soeharto. Selain itu, tangan presiden kedua ini dianggap berdarah. Banyak anak negeri nan wafat dalam masa kepemimpinannya. Ia memperlakukan Daerah Operasi Militer di Aceh dan Papua.

Gaya kepemimpinannya sangat militer telah membuatnya bekerja dengan tegas. Ia tak segan menerapkan operasi Petrus atau penembak misterius buat memberantas premanisme. Operasi satu ini dianggap cukup berhasil sehingga rakyat merasa kondusif lagi. Tetapi Soeharto menjadi sangat protektif dan berusaha menciptakan gambaran nan baik dengan berbagai cara. Maksudnya mungkin ingin membuat karakter bangsa tak hilang. Tetapi ternyata, adanya defleksi di sana-sini telah membuat program pembangunan karakter bangsa menjadi sia-sia.

Misalnya, adanya penataran P4 dan Kewiranegaraan. Para pemuda memang tahu tentang negara ini tetapi hanya teori. Pemahaman terhadap Pancasila dan UUD 45 benar-benar ditanamkan kepada semua kader bangsa. Hak berpolitik pun dibatasi. Hal inilah nan secara tak langsung menjadi seperti bara dalam sekam sehingga rakyat memberontak.

Pada masa Soeharto, paham spiritualitas dengan global klenik, cukup marak. Pemahaman tentang agama seolah dicampuradukan dengan paham kebatinan. Tidak heran kalau para dukun pun dianggap orang pintar nan mampu membantu orang nan percaya padanya. Soeharto pun dianggap mempunyai banyak dukun. Hal ini didukung oleh pernyataan Permadi, salah satu pratiksi paranormal. Dalam salah satu acara televisi, Permadi pernah mengungkapkan bahwa ada beberapa dukun santet nan akan menyantet Soeharto.

Kedua dukun itu gagal dan mereka mati. Soeharto dianggap mempunyai dukun nan lebih sakti. Hal-hal nan seperti ini hingga kini masih juga dipercaya. Bahkan, pemakaman Soeharto pun diiringi dengan kisah nan tidak lazim.

Apa pun nan telah terjadi pada The Smiling General ini, kini beliau telah berada di alam keabadian. Usulan beberapa orang agar beliau dinobatkan sebagai pahlawan , mungkin sangat muskil terjadi sebab begitu banyak nan dikecewakan Soeharto. Tetapi, entah puluhan tahun nanti. Seperti Soekarno dan M. Hatta nan baru saja dianugerahi gelar pahlawan, bukan tak mungkin Soeharto pun akan bernasib sama.

Demikianlah pembahasan mengenai sejarah Soeharto menjadi Presiden Indonesia selama beberapa dekade, semoga bermanfaat.