Perkembangan Kehidupan Kodok
Bisa jadi kodok ialah hewan jenis amfibi nan paling terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Warnanya nan hijau mudah menarik perhatian bagi siapa pun, terlebih bagi anak-anak. Kodok suka meloncat-loncat. Ketika meloncat itulah, kodok kadang membuat orang-orang nan berada di dekatnya merasa geli. Khususnya, mereka para orang dewasa.
Anak-anak nan memiliki rasa ingin tahu nan cukup tinggi menganggap kodok ialah binatang nan menyenangkan. Kodok tak menggigit. Setidaknya, itulah nan membuat anak-anak tak takut terhadap kodok.
Dalam pemikiran mereka nan masih polos dan lugu, nan terpenting dari suatu binatang ialah apakah binatang itu menggigit atau tidak. Jika binatang itu tak menggigit, berarti pikiran mereka mengatakan bahwa "kodok itu baik dan enggak gigit".
Padahal, kodok juga dapat berbahaya bagi mereka. Kodok nan sebagian besar hayati di daerah-daerah nan kotor tentu saja rawan penyakit. Kodok dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit.
Mengenal Kodok
Kodok merupakan hewan amfibi nan sering juga disebut dengan katak atau bangkong. Hewan nan memiliki varian rona dan jenis ini membuat banyak orang tertarik buat melihat dan memegangnya. Akan tetapi, tak semua kodok itu kondusif buat didekati. Ada juga jenis kodok atau katak beracun nan dapat membahayakan manusia.
Kodok memiliki bentuk tubuh nan pendek, gempal atau kurus, berkaki empat, berpunggung agak bungkuk, dan berkaki empat. Pada umumnya, kodok memiliki kulit nan halus dan lembab. Kodok juga memiliki bagian kaki belakang nan panjang.
Ada disparitas fundamental nan dapat membuat kodok dibedakan dengan katak atau bangkong. Disparitas tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab di bawah ini.
Antara Kodok, Katak, dan Bangkong
Istilah kodok, katak dan bangkok kadang sering tertukar. Meskipun pada dasarnya sama saja, tapi antara kodok, katak, dan bangkong memiliki perbedaan. Kodok memiliki bentuk tubuh nan pendek, bulat tapi ada juga nan kurus, punggungnya membungkuk dengan kaki nan jumlahnya empat, dan kodok tak memiliki ekor.
Selain bentuknya, karakteristik lain nan bisa digunakan buat membedakan antara ketiga hewan serupa itu ialah jenis permukaan kulit. Kita seringkali salah kaprah, memukul rata semua kodok niscaya memiliki kulit nan penuh dengan benjolan. Ternyata tidak.
Permukaan kulit kodok justru cenderung rata dan halus, namun tetap dengan taraf kelembapan nan tinggi. Kulit dengan permukaan benjol-benjol mengerikan itu ialah milik katak atau bangkong. Kodok juga memiliki kaki belakang nan lebih panjang. Jika dibandingkan dengan bangkong atau katak, kodok bisa melompat jauh lebih tinggi.
Perkembangan Kehidupan Kodok
Kodok dan katak sama-sama mengawali kehidupan mereka sebagai telur nan hayati di dalam air. Mereka diletakkan oleh induk mereka di dalam air, di sarang busa atau loka nan memiliki permukaan nan basah atauy lembab.
Selain di dalam air atau di dalam kolam, ada juga kodok pegunungan nan telur calon anaknya disimpan di antara lumut pepohonan dan antara tebing nan basah dan lembab. Namun, ada juga jenis kodok hutan nan telur anaknya akan disimpan di punggung kodok jantan nan lembab sehingga telur tersebut dapat selalu dijaga oleh sang kodok jantan hingga menetas dan berubah menjadi kodok kecil.
Jumlah telur nan dapat dihasilkan oleh induk kodok ialah berkisar antara 5 ribu sampai 20 ribu telur dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam jangka waktu satu tahun, bergantung pada kualitas induknya.
Telur-telur nan menetas tersebut nantinya akan berubah menjadi berudu atau biasa disebut kecebong. Bentuknya serupa dengan ikan gendut, bernapas dengan menggunakan insang, dan hayati di air selama beberapa waktu.
Setelah itu, barulah muncul kaki belakang nan kemudian disusul oleh pertumbuhan kaki depan seraya ekornya menjadi hilang, dan insang nan digunakan buat bernapas pun berganti menjadi paru-paru. Pada waktunya, berudu atau kecebong tersebut akan melompat ke darat sebagai kodok kecil.
Dengan demikian, bisa disimpulakan bahwa kodok ialah hewan nan berkembang melalui proses metamorfosis. Kodok dilahirkan dari telur. Telur nan dibawa oleh kodok betina lantas disimpan pada tempat-tempat nan basah. Terkadang, kodok juga menyimpan telurnya di antara lumut basah nan menempel pada pepohonan.
Jika ada lomba paling banyak menghasilkan telur, niscaya pemenangnya ialah kodok. Percaya atau tak dalam sekali bertelur kodok dapat menghasilkan telur sebanyak 5000 hingga 20.000 telur. Telur nan banyak itu akan semakin banyak sebab dalam setahun, kodok dapat bertelur sebanyak tiga kali. Telur nan banyak itu akan menetas hanya dalam waktu sepuluh hari.
Telur kodok nan menetas disebut juga berudu atau kecebong. Berudu membutuhkan waktu dua hari buat mempunyai insang buat bernapas.
Setelah tiga minggu, insang itu akan tertutup oleh kulit nan mulai tumbuh. Di minggu nan kedelapan, berudu mulai menampakkan kakinya. Setelah 12 minggu, bentuk tubuh kodok akan terbentuk seutuhnya. Kodok pun menjadi kodok dewasa. Setelah menjadi kodok dewasa, kodok tersebut siap buat membuahi atau menelurkan ribuan telur baru.
Reproduksi Kodok
Kodok atau katak akan kawin pada waktu tertentu, seperti pada saat menjelang hujan atau pada saat bulan mati. Kodok jantan akan berbunyi sebagai tanda bahwa kodok betina sudah dapat mengajaknya kawin. Kodok jantan tersebut memanggil kodok betina biasanya di tepian atau tengah perairan.
Kadang pula ada segerombolan katak jantang nan berkumpul membuat grup buat memanggil para betina mereka. Suara nan dihasilkan oleh kodok tersebut ialah suara nan dihasilkan oleh kantung suara nan berada di sekitar lehernya. Kantung tersebut akan menggembung ketika digunakan buat bersiul (memanggil sang katak betina).
Proses pembuahan pada katak terjadi di luar tubuh, takni katak jantan akan inheren pada punggung katak betina sambil memeluk erat bagian ketiak si betina dari belakang. Pembuahan tersebut dilakukan sambil berenang, dengan kaki belakang katak jantan akan memijat perut katak betina agar merangsang telur buat keluar. Pada saat itu pula, katak jantan akan mengeluarkan spermanya ke dalam air sehingga dapat membuahi sel telur nan dikeluarkan oleh si betina.
Habitat dan Makanan Kodok
Binatang nan hayati di daerah tropis ini memiliki Norma di mana tempatnya dingin, maka jumlah mereka akan semakin sedikit. Hal itu disebabkan oleh jenis binatang tersebut termasuk ke dalam hewan berdarah dingin nan membutuhkan energi panas dari lingkungannya buat mempertahankan hayati serta menjaga sistem metabolisme di dalam tubuhnya.
Ada jenis kodok nan beracun dengan ukuran 18 sampai 22 mm nan terdapat di amerika Tengah. Hewan tersebut dapat ditemui pula di hutan rimba, tepi sungai dan rawa, padang pasir, sawah, dan perkebunan.
Atau ada juga jenis bangkong rongga di bawah rumah nan dapat ditemui di daerah pemukiman manusia. Hewan tersebut dapat ditemukan di sekitar pojok rumah, di balik pot tanaman, atau di semak belukar sekitar kolam.
Makanan nan dimangsa oleh hewan tersebut ialah berb agai jenis serangga nan biasanya terkena sorot cahaya lampu. Namun, kodok juga dapat menjadi mangsa bagi homogen hewan liar lain sepertu ular atau kadal.
Ketika berjumpa dengan sesuatu nan membuatnya merasa terancam, hewan ini akan melompat jauh-jauh dan mengeluarkan lendir serta racun nan terdapat dari kelenjar kulitnya. Bahkan ada pula jenis katak nan menghasilkan lendir pekat nan lengket sehingga lendir tersebut akan merapatkan mulut si pemangsa agar sulit buat dibuka.
Hubungan Antara Kodok dan Manusia
Setiap makhluk hayati slelau memiliki keterkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, manusia juga tak dapat melepaskan diri dari hewan, bahkan katak sekali pun.
Dewasa ini, mungkin kita sering mendengar kata "swie kee", yakni makanan nan dibuat dari bahan katak. Hewan tersebut dianggap sebagai daging nan memiliki cita rasa eksklusif sehingga membuat orang nan memakan daging olahannya menjadi ketagihan. Makanan khas Tionghoa tersebut dikenal di wilayah Jawa Timur, dengan tambahan telur kodok nan juga dimasak dengan rasa nan enak.
Selain buat makanan nan dapat dikonsumsi oleh manusia, katak juga berperan sebagai indikator adanya pencemaran lingkungan. Jika pada suatu lingkungan terjadi perubahan jumlah populasi katak, yakni dari banyak menjadi sedikit, maka hal tersebut dapat jadi merupakan tanda bahwa telah terjadi suatu pencemaran lingkungan di wilayah tersebut.
Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya polusi nan menjadikan lingkungan hayati katak menjadi tak aman sehingga banyak dari katak di wilayah tercemar tersebut wafat atau bermigrasi ke loka lain.
Jenis-Jenis Kodok
Berikut ialah jenis-jenis kodok nan dapat ditemui di kawasan Indonesia.
- Bangkong bertanduk nan terdapat di wilayah pegunungan
- Bangkong serasah nan terdapat di wilayah hutan
- Bangkong sungai nan terdapat di sungai
- Bangkong rongga di bawah rumah nan terdapat di lingkungan sekitar rumah
- Kongkang kolam nan terdapat di wilayah perairan atau kolam
- Kongkang gading nan terdapat di kolam dan telaga
- Bancet hijau nan terdapat di wilayah persawahan
- Kodok tegalan nan terdapat di wilayah tegalan
- Kodok batu nan terdapat di saluran air kebun