Pengakuan atas kompetensi seseorang

Pengakuan atas kompetensi seseorang

Dalam sebuah organisasi, kita mengenal adanya konsep POAC, Planning, Organizing, Actuating, dan Controling. Keempat aspek ini merupakan satu kesatuan langkah sehingga jika tak terlaksana salah satu, tentu perjalanan organisasi akan timpang.

Dalam aspek planning, perencanaan partisipatif merupakan salah satu teknik spesifik buat mengembangkan organisasi dan menampilkan seseorang sebagai sosok krusial dalam organisasi.



Perencanaan

Di dalam proses perancanaan kegiatan organisasi, partisipasi setiap personal dalam organisasi sangat menentukan keberhasilan program nan dicanangkan organisasi.

Selanjutnya perencanaan nan melibatkan setiap orang dalam organsiasi kita namakan sebagai perencanaan partisipatif. Setiap aspek perencanaan disusun berdasarkan partisipasi setiap orang dalam organisasi. Dengan cara seperti ini, maka rasa tanggung jawab atas setiap program kegiatan organisasi tumbuh sebagai bagian integral diri.

Sebagai sebuah organisasi nan terdiri atas berbagai sosok dengan kemampuan masing-masing, maka sudah seharusnya buat memberdayakan sumber daya manusia nan dimiliki. Pemberdayaan kompetensi ini sangat krusial karena organisasi ialah tanggungjawab bersama.

Untuk melibatkan secara aktif setiap orang, maka perencanaan partisipatif merupakan langkah konkritnya. Jika setiap personal terlibat dalam perencanaan program, maka setidaknya mereka ikut menentukan hal-hal nan harus dilakukan dalam organisasi.



Implementasi konsep kebersamaan

Kebersamaan merupakan salah satu teknik unggul dalam mencapai keberhasilan program kegiatan. Dengan mengedepankan aspek kebersamaan berarti kita telah memberdayakan setiap orang dalam organisasi atas tanggungjawabnya terhadap organisasi.

Penerapan perencanaan partisipatif, maka setiap orang terlibat dalam kegiatan bersama. Keterlibatan secara aktif dalam setiap kegiatan inilah nan sebenarnya merupakan tujuan dari perencanaan partisipatif ini.

Kita ialah bangsa nan memegang konsep hayati kebersamaan sehingga jika setiap personal organisasi ikut berperan dalam penyusunan planning kerja ataupun rencana-rencana lain organisasi, maka itu merupakan implementasinya.

Sudah banyak melihat bahwa kebersamaan merupakan power positif buat berbagai kegiatan kolektif dalam kehidupan organisasi atau masyarakat. Hal ini sangat memungkinkan karena dengan perencanaan partisipatif nan kita terapkan, setiap orang terlibat dan itu berarti setiap orang akan mengawal perjalanan program tersebut. Tentunya mereka mempunyai kewajiban moral buat keberhasilan program karena di dalam program tersebut ada gagasan mereka.



Pengakuan atas kompetensi seseorang

Kita harus mengakui bahwa setiap orang nan terlibat dalam kegiatan mempunyai kompetensi tertentu. Kompetensi ini merupakan gambaran diri setiap orang. Setiap orang sangat bangga terhadap kompetensi dirinya.

Jika kita seorang pemimpin, maka penerapan konsep ini harus menjadi satu program spesifik buat pengembangan organisasi. Setidaknya kita berusaha membangkitkan sikap keikutsertaan pada setiap personil.

Keterlibatan ini bisa diwujudkan dalam bentuk perencanaan partisipatif buat setiap program nan akan dilaksanakan organisasi. Perencanaan partisipatif berarti sebuah perencanaan nan melibatkan setiap personil, khususnya nan mempunyai kemampuan sinkron kebutuhan.

Walaupun kita memberikan kesempatan secara terbuka kepada setiap orang dalam merencanakan program kegiatan organisasi, tetapi dalam hal ini bukan berarti setiap gagasan nan muncul langsung diterapkan sebagai bagian program.

Hal ini harus kita sinkronkan dengan visi dan misi nan kita usung setiap saatnya. Setidaknya dalam hal ini kita sudah memberikan kesempatan kepada setiap orang buat mengutarakan gagasan nan mereka miliki.

Bagaimanapun, seharusnya setiap pimpinan organisasi harus menyadari bahwa perencanaan partisipatif merupakan langkah konkrit buat keberhasilan program.

Keberhasilan ini disebabkan oleh sikap setiap personil dalam menjalankan program. Bagaimanapun kita harus konfiden bahwa power setiap personal sangat menentukan keberhasilan sebuah program, bukan pada baik buruknya program nan kita susun.



Program Perencanaan/Perlengkapan Manajemen Berdasarkan Hasil

Program ini membantu dalam proses perencaanan awal, dari proses pembuatan proposal, dummy, pendanaan, dan masa-masa implementasi. Pada program ini digambarkan illustrasi logis, segala aliran/intervensi nan terantisipasi, juga menyediakan titik-tolak buat menghadapi kenaikan biaya dalam suatu kemajuan nan bagus secara terukur. Diantara model nan terangkum dalam variabel ini ialah :

a) Model Logis. Model logis merupakan model nan paling generik digunakan pada variabel ini. Karena di dalamnya menyertakan kelengkapan seperti ikhtisar gambar dari sebuah program manajerial, garis besar dari outcomes dari proses bagaimana akan terlaksana dan dengan orang atau kelompok nan macam apa. Model logis secara umunya juga terdiri dari sasaran kelompok, bahan atau materi nan akan digunakan, aktivitas dan tujuan. Bagus dalam menggambarkan program dari proses nan terbesarnya. Akan sangat berguna pada tahap-tahap awal sebuah proyek.

b) Kerangka Kerja Pendanaan. Titik tekan model ini berada pada pemikiran secara tradisi pendanaan telah mempengaruhi cara kerja orang. Ini akan memberikan dorongan besar pada para pemberi dana buat berpikir selayaknya seorang investor. Dan mendorong program buat beralih dari tekanan pada ‘ kegiatan pelayanan’ buat berfokus pada ‘ kegiatan buat menampilkan ’. Memberi ketetapan dalam bahasa klien bahwa ini akan menjelaskan isi. Model ini pun menggunakan milestones . Atau pencatatan krusial pada suatu peristiwa nan secara partikular memperlihatkan kemajuan menuju sasaran puncak juga pula mampu ditaksir dan dikoreksi pada pertengahan prosesnya.

c) Hasil Berdasar pada Akuntibilitas (HBA). Model ini dimulai dari seberapa jauh keinginan, berakhir, berkerja, maju, mundur menuju kesepahaman dan bagaimana menjalaninya. HBA pertama-tama menggambarkan akan terlihat seperti apa hasil nan diinginkan, kemudian membentuk hasil-hasil itu dalam pola-pola nan terukur, lalu akhirnya, menggunakan hasil pengukuran itu buat memantik kesuksesan atau kegagalan. HBA bertanya dan menjawab tiga pertanyaan dasar: Apa nan kita inginkan? Bagaimana kita mengenali apa nan kita inginkan? Dan apa nan akan membawa kita kepada apa nan kita inginkan itu? Model ini terbagi diantara akuntibilitas populasi dan akuntibilitas program.

d) Targeting Outcomes Program (TOP) : Model ini berdasarkan atas hirarki dari langkah-langkah bertahap dalam perencaanaan, pelaksanaan, dan penilaian program. Ini kana membantu menjawab empat pertanyaan dasar: Mengapa kita memiliki program? Bagaimana diaturnya (diatur bukan mengatur jadi sudah terbayang hasil sebelumnya)? Sudahkah program itu didesain berdasarkan hasil nan telah terjadi sebelumnya? Lantas, bagaimana tersampaikan sebagai goal ?



Program Peralihan Sumber Daya

Variabel ini Memastikan bahwa sumber daya dan alat-alat dan usaha dibaliknya pada perencanaan tersusun suatu waktu akan meluas berkembang buat mendukung tujuan keorganisasian, ini kadang terjadi pada peralihan lini produksi. Misalkan perusahaan sabun nan beralih menjadi perusahaan dinamit di dasarkan atas sumber daya dan bahan standar nan sama. Model nan mengadopsi variabel ini diantaranya adalah. Model Balanced Scorecard. Di desain atas pertimbangan kerangka kerja para koorporat (lingkaran keputusan eksekutif). Balanced Scorecard merupakan campuran dari berbagai pengukuran, mencerminkan sebentuk jeda dari proses nan berjalan, dan menghubungkannya dengan konsisten dan bersama-sama menambah daya holistik proses. Model ini menggunakan sebuah sumber daya atau matrik sasaran nan berkesesuaian pada peralihan nan terjadi dalam organisasi.



Program Alat-alat Pelaporan

Pada variabel ini dimungkinkan organisasi, akan menangkap gambaran, serta mengkomunikasikan holistik dari hasil nan telah mereka capai, dari perencanaan partisipatif. Diantaranya:

a) Model Skala dan Tangga. Model ini menawarkan sistem nan berdasarkan matrik. Matrik itu umumya berkaitan dengn aplikasi dari hasil nan diperoleh dari sistem orientasi dan akuntibilitas manajemennya. Model ini secara esensi dipusatkan pada penakaran skala dan perubahannya di dalam matrik itu, menjelaskan taraf disparitas dan kondisi nan dapat dilihat statusnya antar kontinum tertentu.

b) Model Pemetaan Hasil. Hasil pemetaan ialah Outcome berdasarkan alat penilaian nan secara sistemis menangkap hasil penampakan anekdotal (hasil diluar perencanaan penuh) dan menggunakan informasi itu buat menyampaikan konklusi dari hasil-hasil itu.

c) Pengisahan Hasil Program. Saat ini model ini sedang berada pada termin pengembangan. Pendekatan ini menggunakan kekuatan dari bentuk cerita, buat mengabadikan apa nan telah diupayakan oleh organisasi, dan mempersembahkannya dalam bentuk result-based (Segalanya tentang hasil dan pencapaian).