Siapakah Manusia Itu?

Siapakah Manusia Itu?

Manusia berfikir itu sudah biasa. Namun apabila ada patung nan berfikir? Ini luar biasa. Namun ungkapan tersebut memang tak berlebihan. Karena memang ada patung berfikir nan sering dijadikan simbol bagi global filsafat.



Patung Berfikir

Apakah Anda pernah melihat tentang gambar patung nan biasa Anda temukan di buku-buku filsafat. Gambar patung tersebut seolah menjadi lambang dari eksistensi manusia. Patung itu memiliki nama yakni patung berfikir.

Entah siapa nan memberi nama seperti itu. Nyatanya patung tersebut cukup eksis dan diakui sebagai symbol nan sering digunakan di global dan ilmu-ilmu filsafat.

Secara fisik patung itu menggambarkan seorang pria tanpa busana nan sedang duduk bertopang dagu. Dengan posisi sedang berfikir. Entah tepatnya apa nan sedang dilakukan oleh patung tersebut, sedang melamun atau serius memikirkan sesuatu? Namun implisit jelas dari raut paras dan posisi duduknya, patung itu seolah mengekpresikan seluruh bukti diri menusia secara utuh.

Penggambaran patung tersebut benar-benar merupakan penggambaran eksistensi diri manusia nan sejati. Yakni kesamaan manusia buat selalu berfikir. Patung itu ialah hasil karya pemahat Auguste Rodin (1840 - 917).



Tentang Auguste Rodin

Adalah Auguste Rodin seorang pematung dan pemahat berasal dari Yunani. Auguste Rodin hayati antara tahun 1840 dan menutup usia di tahun 1917. Selama tujuh puluh tujuh tahun, Rodin mengabdikan dirinya di global seni dan filsafat. Terutama dalam pembuatan-pembuatan patung.

Dalam semua karya Rodin, ada satu nan cukup dikenal dan akhirnya menjadi ikon bagi global filsafat pada umumnya. Yakni patung berfikir . Patung tersebut ialah sebuah patung nan termasyhur. Yang menjadi lambang sifat humanisme kita. Patung itu dibuat sekita akhir abad ke-19. Di mana dalam masa itu berdasarkan sejarahnya dianggap merupakan 'puncak' dari kemajuan cara berfikir manusia.

Selama hidupnya Auguste Rodin (1840 - 1917) mendedikasikan dirinya pada perkembangan jaman. Bagi global seni dan ilmu pengetahuan. Seiring dengan itu teknologi tercipta, ilmu pengetahuan terus berkembang, dan warisan filsafat Yunani tetap terus dikembangkan.

Dalam hidupnya Rodin seolah empati diri sebagai manusia. Menemukan eksistensinya dari aktivitas berfikir sebagai karakteristik primer homo sapiens, sebagai mahluk berakal paling tinggi dibadningkan dengan makhluk-makhluk lain nan ada di dunia.

Patung itu seolah ingin memperkuat kembali apa sebenarnya jati diri manusia. Begitu pula patung itu seolah menggambarkan eksistensi manusia nan telah dirumuskan jauh-jauh hari oleh Aristoteles, Rene Descartes, maupun filsuf-filsuf lain.

Auguste Rodin seolah bagian dari penerus masa-masa kejayaan filsuf-filsuf nan telah mendahuluinya tersebut.



Siapakah Manusia Itu?

Ketika kita bertanya apa manusia itu? Jawabannya tentu sangat jelas. Ia ialah makhluk nan memiliki struktur biologis dengan kemampuan-kemampuan nan dimilikinya. Dari pertanyaan ' apa ' ini, seolah manusia dipandang tak jauh berbeda dengan binatang ( animal ) nan ada di dunia. Namun, pikiran filsuf tak puas hanya sampai di situ. Mereka kemudian bertanya siapa manusia itu?

Pertanyaan ini coba dijawab oleh sekian banyak filsuf nan pernah ada. Antara lain oleh Socrates. Ia menyebutkan bahwa ketika manusia ingin mengetahui segala nan ada di alam raya ini, maka Anda harus terlebih dahulu mengenali diri sendiri.

Selanjutnya cara pandang Socrates ini tak jauh dari pandangan orang-orang Islam; man arafa nafsahu, faqod arofa robbahu . Yang artinya ' barang siapa mengenali dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya' .

Akhirnya Socrates mengemukakan pendapatnya. Bahwa sebuah pencarian eksistensi makrokosmos nan dilandasi dengan pengetahuan mikrokosmos, itulah sejatinya manusia, demikian menurut Socrates.

Berikutnya definisi nan populer tentang manusia akhirnya kemudian dirumuskan oleh Aristoteles. Pendapat Aristoteles adalah: manusia ialah mahkluk nan berfikir ( animal rationale ). Namun Aristoteles masih mensejajarkan manusia sebagai mahluk (animal) dan belum memiliki jati diri sendiri.

Pada akhirnya karakteristik inilah nan kemudian menjawab pertanyaan 'siapa manusia itu'. Setelah serentetan pendapat dan jalan panjang perkembangan pemikiran, akhirnya Aristoteles mendefinisikan manusia berdasarkan genus (ciri umum) dan diferensia (pembeda). Animal menjadi karakteristik generik nan dimiliki setiap mahkluk hidup, dan rationale menjadi pembeda manusia dari makhluk nan lain.

Pandangan tentang siapa manusia ini kemudian diperkuat oleh Rene Descartes. Ketika ia sedang pusing berfikir tentang eksistensi nan hakiki, ia kemudian seolah memperoleh kesadaran hingga sampai pada kesimpulan. Pendapatnya ialah cogito ergo sum (aku ada sebab saya melakukan aktivitas berfikir). Kegiatan berfikir itulah nan menurut Descartes nan menjadi argumen eksistensi manusia.

Berbeda dengan Socrates, Aristoteles, maupun Rene Descartes, Auguste Rodin seolah sampai pada pengetahuan nan sama tentang eksistensi manusia. Jika kaum filsuf memahami siapa manusia dengan cara berfikir, Rodin mengekspresikan pengetahuannya itu lewat pahatan patung nan indah.

Patung ini sangat berkarater sebab secara kuat menegaskan kembali karakter manusia dan kemanusiaannya. Rodin seolah ingin mengingatkan, pada abad 19 ketika teknologi dan ilmu pengetahuan mulai mendominasi manusia. Kita ialah makhluk nan rasional, makhluk nan memiliki kehendak buat mengubah sesuatu dengan cara berfikir.

Patung ini pun seolah mengingatkan kepada kita bahwa kita harus terus berfikir sehingga kita dapat sampai pada suatu kebijaksanaan hayati dan kemuliaan jati diri. Kesimpulannya, saya berfikir sebab itu saya ada. Dan Auguste Rodin seolah merangkum seluruh pendapat para filsuf melalui karya ajaibnya berupa patung berfikir tersebut. Yang diciptakan Rodin dari hasil pengendapan berpikir selama beberapa waktu tersebut.



Simbol Filsafat

Tidak hiperbola memang apabila pada akhirnya patung berfikir itu akhirnya menjadi symbol ilmu filsafat. Karena filsafat ialah merupakan cabang ilmu nan selalu berusaha mengembangkan eksistensi diri manusia. Dari tingkat mahluk ( animal ) menjadi sesuatu atau seseorang ( person ).

Pada akhirnya patung tersebut menjadi simbol bagi keberadaan global filsafat. Filsafat nan dirintis oleh para filsuf-filsuf, terutama di era abad 19 ialah merupakan cikal bakal dari ditemukannya ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.

Seperti ilmu ekonomi, bahwa manusia ialah mahluk ekonomi. Dan dengan berfikir tadi, kemudian manusia mengembangkan ilmu ekonomi. Seperti prinsip ekonomi, dengan kapital sekecil-kecilnya buat memperoleh laba sebesar-besarnya.

Kemudian ilmu biologi. Yang mengembangkan pengetahuan atas diri manusia sendiri dengan lingkungannya. Ilmu biologi berpusat pada diri manusia, seperti nan dirintis pertama kali oleh para filsuf bahwa pusat ilmu pengetahuan ialah di seputar diri manusia. Itu sebabnya manusia terus berfikir.

Untuk selanjutnya bahwa ilmu biologi dikembangkan menjadi ilmu-ilmu lainnya, seperti ilmu kedokteran, farmasi, ilmu ginekologi, dan lain sebagainya. Yang semakin meramaikan khasanah ilmu pengetahuan nan ada di muka bumi.

Bahwa ternyata dari sebuah karya patung berfikir pahatan Auguste Rodin pada akhirnya dinobatkan menjadi simbol bagi global filsafat ialah tak berlebihan. Karena patung tersebut benar-benar menggambarkan eksistensi diri manusia yakni bahwa manusia itu ada, dan aktifitas manusia yakni bahwa manusia itu bahagia berfikir.

Sehingga patut rasanya global filsafat berterima kasih atas pemikiran sederhana nan dicetuskan oleh Auguste Rodin. Melalui karya patung berfikir pahatannya seabad nan lalu.