Puisi tentang Sahabat - Puisi Solidaritas

Puisi tentang Sahabat - Puisi Solidaritas

Puisi tentang sahabat . Apakah awal mula puisi itu bicara tentang cinta? Pikirkan lagi. Karena puisi nan tertua ialah epos Gilgamesh , dari milenium ke-3 SM di Sumeria (di Mesopotamia, sekarang Irak). Puisi ini ditulis dalam naskah tulisan antik berbentuk baji pada tablet tanah liat dan kemudian, papirus. Apa isi dari Gilgamesh ?

Jelas-jelas bicara tentang kepahlawanan, kesetiakawanan, intinya puisi tentang sahabat. Dan tak berhenti di situ, karya antik lainnya juga berkisah hal serupa. Puisi tentang sahabat itu berlanjut pada puisi epik nan diwakili oleh epos Illiad dan apalagi – Odyssey .

Illiad bercerita tentang konkurensi para dewa, nan juga berujung pada persahabatan. Misalnya, antara Hermes dengan Apollo, atau antara para demi god, Perseus, dan Lo. Selain karya Yunani, ada pula Gathic Avesta dan Yasna dari Roma, Virgil 's Aeneid . Dan di India terdapat epos Ramayana dan Mahabharata, bagian dari epos Ramayana. Yang bercerita tentang Bhagavad Ghita, merupakan percakapan antara dua sahabat, Krisna dan Arjuna.



Puisi tentang Sahabat - Sekilas Puisi

Secara terminologis, puisi memang berasal dari bahasa Yunani, poiesis , seorang "membuat". Artinya, bukan tanpa tujuan puisi dibuat. Terlepas tujuan itu, terlahir dengan sengaja atau tak disengaja. Puisi ialah sebuah ejawantah terhadap konduite fair nan menginspirasikan penulisnya. Dia tergerak buat membahasakan suatu aktualisasi diri imanen dari apa nan membuatnya tergerak, dan ingin orang lain ikut tergerak.

Untuk itulah, puisi dapat dikatakan sebagai bentuk seni dalam sastra di mana bahasa digunakan buat kepentingan encourage atau membangkitkan semangat melalui celah keindahan dan membangkitkan kualitas di samping, atau sebagai pengganti, nan jelas makna. Puisi bisa ditulis secara mandiri, sebagai puisi diskrit, atau mungkin terjadi dalam hubungannya dengan seni lain. Seperti dalam drama puitis, himne, lirik, atau puisi prosa.

Kemudian, ada upaya terkonsentrasi pada fitur-fitur seperti repetisi, verses, dan rima, serta menekankan keindahan nan membedakan puisi dari prosa. Sejak pertengahan abad ke-20, puisi telah lebih longgar didefinisikan sebagai dasar tindakan kreatif menggunakan bahasa. Puisi sering menggunakan bentuk-bentuk eksklusif dan konvensional buat mengusulkan alternatif makna dalam kata-kata. Atau buat membangkitkan tanggapan emosional atau sensual.

Perangkat seperti asonansis, aliterasi, onomatope, dan irama nan kadang-kadang digunakan buat mencapai musik atau incantatory efek. Penggunaan ambiguitas, simbolisme, ironi, dan gaya elemen diksi puitis sering membuat suatu puisi terbuka buat berbagai penafsiran. Demikian pula, metafora, simile, dan metonimi membuat sebuah resonansi antara lain gambar nan berbeda-sebuah lapisan dari makna, membentuk sambungan sebelumnya tak dirasakan.

Sepanjang sejarah, puisi telah berkembang bergantung pada aturan-aturan tentang apa dan bagaimana puisi ini, dengan jenis-jenis puisi buat menciptakan kemungkinan aktualisasi diri nan lebih besar. Pada abad ke-20, penyair menggunakan bahasa percakapan sehari-hari dan menciptakan bentuk-bentuk baru nan melanggar aturan-aturan nan biasa.

Kita mengenal John Keats, seorang romantis terakhir, setelahnya global memasuki empiris relatif pada puisi. Di awal abad 20, puisi ialah kisah-kisah bernalar kasar tentang perjuangan, kecil melawan besar. Dan disempurnakan ada akhir abad 20, bahwa puisi ialah alat perjuangan kelas.



Puisi tentang Sahabat - Puisi Komunal

Bila ingin mendapati puisi tentang sahabat, maka rumusan salah satunya ialah puisi komunal. Komunal ialah suatu kondisi, di mana setiap orang, mengalami pergolakan batin nan setara, di bawah tekanan nan sama, memiliki kesempatan nan sama, dan harus berkerja sama buat memperoleh bagian nan terbaik.

Mereka berkerjasama buat satu tujuan. Oleh sebab itu, di dalam mengarungi tujuan bersama itu akan muncul pertentangan, ego, namun juga, sikap ksatria, di mana satu pihak akan mendorong nan lain buat lebih maju.

Puisi komunalisme begitu akrab bagi para penyair dan artis komunis. Dalam hal ini, mereka lantas menemukan format nan cocok buat menyampaikan gagasan-gagasannya dalam berseni puisi. Yakni, realisme sosial. Puisi Virga Belan nan dimuat di Harian Rakjat pada 1 Desember 1963 berikut, tampaknya dapat menggambarkan gagasan nan jernih, tentang apa itu komunalisme.

Penerbangan Malam ke Leningrad

Dari Sochi ke daerah Utara
Tidak terbentang Segara
Hanya langit jingga
Dan udara malam raya

Dan kabut tersapu di hadapan
Dan tertinggalah buih di lautan
Bumi Sovyet padang terluas punya global
Dan akulah sang musafir, dalam kelana

...

Ke Leningrad !
Ya, ke Leningrad !
Kota revolusi daerah Utara

Ditambahkan lagi, bagi orang-orang Komunis, Lenin nan membuat mereka eksis, ialah biangnya kamerad (sahabat). Puisi tentang Lenin, ya otomatis puisi tentang sahabat , nan entah bagaimana taraf imersinya bagi orang-orang Komunis.

Apakah citra Lenin ialah Saint – orang suci. Atau citra inspirator, filsuf, pemikir, atau semata leader nan berpengaruh saja. Anda dapat merasakan apa nan dirasakan oleh orang komunis terhadap Lenin pada puisi ini, dari Tohaga nan dimuat di Harian Rakjat pada 25 April 1965.

Tafakur kepada Lenin

Kudatangi Smolni, Gorki, Kremlin
Titik-titik pada garis hayati Lenin
Tiba-tiba kurasakan panas nafasnya
Kutangkap kerlap matanya
Kudengar getar ujarnya

Lenin tegak berdegub hayati
Cemerlang pandangnya nan tidak pernah redup
Telunjuknya menunjuk ke arah sejarah
Kemana fajar segar latif memerah
Dimana manusia ialah manusia
Pemilik dan penguasa global

Jasadnya terbaring di lapangan merah
Sukmanya hayati di tiap butir sel darah
Para pejuang revolusioner semua benua
Kar'na komunisme tidak pernah menjadi tua



Puisi tentang Sahabat - Puisi Solidaritas

Berbeda dengan komunalisme, solidaritas ialah sikap empati, sikap ingin merasakan apa nan orang lain rasakan pada saat mereka tengah berada di global nan berbeda dengan Anda. Tidak ada komunalisme, sebab dirinya dan diri Anda berada dalam dimensi hayati nan berjauhan, bahkan barangkali berlawanan.

Solidaritas pada akhirnya muncul menjadi jembatan dari hati ke hati antara orang nan ingin mengerti orang lain. Solidaritas tak di dorong atas desakan ingin sama dengan orang, melainkan ingin agar dirinya memiliki sudut pandang terbaik, dan resolute pada seseorang. Ibaratnya, Anda jalani hayati Anda, dan aku jalani hayati aku sendiri. Tidak usah ikut campur. Namun, bila butuh donasi bilang saja. Jika bisa, aku akan bantu. Itulah solidaritas.

Oleh sebab itulah, sastra solidaritas tumbuh berkembang di global non-komunis. Bahkan dapat dipastikan, di global komunis hampir tak ada solidaritas, sebab semua orang sudah sama rasa dan sama rata. Tidak ada nan lebih agung, lebih cantik (mustahil), lebih tinggi, lebih berada (mustahil) dari nan lain. Setidaknya, itu asumsi utopian tentang global komunisme nan diharapkan dapat muncul di bumi.

Utopi, di mana tak ada tuan dan pekerja, tak ada orang nan berada di atas orang lain. Nah inilah berlawanannya. Jika tak ada orang nan berada di atas lainnya, maka tak ada nan dinamakan solidaritas sosial. Untuk itulah, sifat solidaritas sosial lebih tampak di negara-negara kapitalis.

Siapa para solider dalam berpuisi di negeri kita. Tentu saja jawabannya banyak sekali. Mereka menulis puisi tentang sahabat, tentang orang kecil, tentang kebutuhan buat tetap saling menjaga asa. Frakny Sahilatua, melalui puisi Emha Ainun Nadjib inilah contohnya, Merah Putih dan Reruntuhan. Berkisah tentang kepedihan penyairnya akan tragedi waduk Kedung Ombo. Di mana, orang-orang suatu desa kecil harus pindah demi pembangunan waduk.

Merah Putih dan Reruntuhan

Di atas reruntuhan. Dusun kami tercinta.
Di atas reruntuhan. Dusun kami reruntuhan.
Di atas reruntuhan. Dusun kami tercinta.
Pandanglah dusun kami.
Hamparan sawah ladang.
Samudera rona hijau.
Cakrawala keindahan.

Sungai mengalir dalam jiwaku.
Burung nyanyikan bahagia.
Dedaunan bergelombang.
Kesunyian berdendang ...

Akhirnya datang jaman nan saya tidak paham.
Air bah membanjir. Dusun kami tenggelam. Tenggelam.

Bendungan pembangunan namanya.
Kami diusir tanpa ditanya.
Nasib kami ternyata milik mereka.
Sehingga sudah ditentukan harga jualnya.

Ke atap-atap perbukitan.
Kami mengungsi dan bertahan. Kami minum air hujan. Menanak bebatuan.
Ke atap-atap perbukitan.
Kami mengungsi dan bertahan. Kami minum air hujan. Menanak bebatuan.

Jika senja hari tiba.
Kami bayangkan nisan-nisan.
Pekuburan sanak saudara.
Nun jauh di dasar bendungan.

Anak-anak berenang.
Ke tengah gelombang.
Bersandar di pucuk-pucuk pepohonan.
Salah seorang dari mereka.
Mengikat tali bendera merah putih di salah satu dahannya.
Alangkah menatap sang saka berkibar.
Di atas dusun kami tercinta.

***

Satu hal lagi, puisi tentang sahabat , ialah memiliki sahabat. Jika Anda lebih bahagia melepaskan sahabat, tak ada artinya Anda berpuisi.