Tidak Akan Punah
Masih ingatkah Anda pada waktu masih duduk di bangku sekolahan, sering mempelajari berbagai macam-macam jenis kesenian musik daerah. mulai dari seruling bambu, angklung sampai kecapi. Saya saja paling getol ketika memainkan alat anklung di kala itu.
Ya, walaupun aku tak paham betul not-notnya tetap saja membuat aku bahagia ketika mendengar suara nan dikeluarkan oleh benda itu. Pada waktu itu Anda selalu diperkenalkan kesenian di daerah-daerah, bahkan setiap ada perlombaan Anda ingin tampil bagus saat memainkannya.
Lebih jauh mengenal keragaman seni musik di Indonesia nan selain memiliki pesona dan eksotisme alam nan sangat luar biasa, Anda juga mempunyai nilai-nilai tradisi budaya nan tidak kalah tanding. Bayangkan budaya nusantara tersebut merupakan warisan nenek moyang nan terus terjaga dan terawat dengan sangat baik hingga saat ini.
Banyak sekali wisatawan mancanegara nan tertarik buat datang ke Indonesia buat melihat langsung keanekaragaman dan menikmati nilai tradisi budaya nan ada sejak dulu.
Tidak Akan Punah
Memang saat ini kondisi geografis nan menurun dan lingkungan alam serta majemuk filosofi-filosofi kehidupan merupakan suatu unsur nan membentuk nilai tradisi budaya di dalam kehidupan setiap suku bangsa di tanah air tercinta ini. Dengan keadaan alam nan sedang menangis ini, tak menyurutkan seorang wisatawan datang ke suatu loka wisata buat sekadar menikmati pesona estetika dan eksotisme alam.
Siapa bilang orang sudah mulai jenuh akan ekspose estetika alam? Toh nyatanya para wisatawan baik dalam negri maupun luar terus mencari bentuk kenikmatan yakni dalam produk dan nilai tradisi budaya. Bahkan dengan demikian kebudayaan di masa mendatang akan memegang peranan sangat krusial atau dalam memajukan pariwisata sebab akan menjadi daya tarik terbesar agar menjaring lebih banyak wisatawan mancanegara datang ke Indonesia.
Kembali berbicara tentang kesenian musik tradisional seperti kecapi ketika pertama kali aku melihat alat musik kecapi, aku merasa tak sabar buat memetik atau memainkan alat ini. Karena mendengar bunyinya saja aku sudah terpesona.
Alat musik kecapi lebih dikenal berasal dari negeri China sejak berabad-abad nan lalu. Alat ini menjadi pengiring tembang-tembang nan sangat merdu. Tidak hanya di China, musik kecapi juga banyak digunakan oleh beberapa pemusik tradisional di tanah air. Seperti halnya kebudayaan nan berasal dari Sunda, alat kecapi merupakan alat musik klasik nan selalu terus mewarnai beberapa kesenian di tanah Sunda ini.
Jika ditinjau dari pembuatnya, membuat kecapi bukanlah hal gampang. Meski sekilas terlihat kecapi seperti alat musik sangat sederhana, tetapi membuatnya saja tidaklah gampang. Untuk bahan bakunya sendiri saja terbuat dari kayu kenanga nan prosesnya terlebih dahulu direndam selama hampir tiga bulan.
Sedangkan senarnya, kalau ingin menghasilkan nada nan bagus sekali, harus dari dawai suasa atau logam campuran emas dan tembaga, seperti kecapi nan dibuat pada jaman tempo dulu. Berhubung suasa saat ini harganya nan tergolong mahal, senar Kecapi sekarang lebih menggunakan dawai baja saja.
Jika mendengarkan kembali alat kesenian musik ini, Anda seperti di sebuah pedesaan nan asri dan nyaman. Tidak ada rasa jenuh nan melingkar di pikiran Anda. Berbicara di jaman orde baru sekarang ini, banyak para musisi melirik kembali alat-alat ini, biasanya mereka menyatukan bunyian-bunyian ini dengan alat nan modern, akan tetapi suara nan di keluarkan alat musik seperti gondang dari Sumatra Utara atu seruling dari Jawa Barat tetap terdengar dengan latif walau sudah di padu-padankan.
Saya bangga menjadi Bangsa Indonesia, bangsa nan beraneka ragam budaya. Anda tak pernah kehabisan kata-kata buat menyemangatkan seruan Indonesia. Banyak keanekaraman musik dan tari, semuanya di baur menjadi suatu nan latif nan bangsa lain tidak punya.
Mulailah buat melestarikan alat musik bangsa sendiri, dengan begitu Anda sudah menghormati nenek moyang nan sudah meninggalkan alat-alat ini buat generasi berikutnya.