Cerita Orang Tentang Urban Legend Dalam Budaya Korea

Cerita Orang Tentang Urban Legend Dalam Budaya Korea

Masyarakat Indonesia begitu percaya dengan klenik dan hal-hal serba gaib. Bahkan, apabila Anda termasuk nan percaya akan teori Prof. Aryosius Dos Santos, seorang Fisikawan Brazil, bahwa orang Indonesia ialah orang Atlantis.

Imajinasi kita akan melihat relik abad pertengahan. Para penyihir, roh-roh gentayangan, dan pertarungan antara manusia sakti melawan manusia sakti lainnya.

Semua itu tak terlalu salah sebab memang pada dasarnya manusia Indonesia tak akan pernah lepas dari kepercayaan kepada nan gaib.

Folklor atau cerita rakyat Indonesia nan berbau kepahlawanan tak kalah dashyat dengan cerita agung dari Yunani atau Jerman. Yunani punya illiad, Jerman punya nibelunglied, Constantinopel punya catatan choiates, Inggris punya centerbury cales, sementara Indonesia punya babad di Jawa, serat di Sunda, sair di Sumatera, dan mantra di Kalimantan.

Dari nan bercerita tentang kepahlawanan itu, isinya tak sedikit membawa-bawa hantu, jin, jurig , kelong wewe, genderewo berserta penampakan-penampakan liar makhluk halus. Namun, ada atau tidaknya makhluk-makhluk halus tersebut masih menjadi teka-teki. Percaya tak percaya.



Konon Katanya...

Konon katanya, di bawah pohon-pohon tertentu, mendekam makhluk halus berserta atribut dan kepangkatan nan bikin bulu kuduk berdiri. Dari kuntilanak nan jalannya ngesot, genderewo nan lidahnya naik ke atas, arwah gentayangan nan sering mengetuk pintu tiga kali, dan makhluk halus lainnya.

Cerita orang nan diceritakan menjelang malam Jumatan itu sedianya ditujukan buat menakuti anak kecil agar cepat tidur. Jauh-jauh dari kamar ritual orang tuanya nan siap "indehoy" melakukan interaksi intim.

Namun, entah mengapa Norma malam Jumatan itu menyebar menjadi urban legenda nan tak signifikan lagi. Dongeng karangan jadi fenomena di masyakarat dalam bisik-bisik warung kopi tanpa henti. Membuat resah tatanan sosial, bahkan membangun ulang tatanan sosial itu sendiri.

Misalnya, di suatu RT/RW atau kampung masyarakat menabukan sesuatu nan kurang prinsipil. Serba melarang orang melakukan ini dan itu sebab takut diganggu makhluk halus. Runyam.

Meskipun kepercayaan Muslim sebagai mayoritas, di Indonesia memang dikenal adanya makhluk halus. Namun, kepercayaan itu tak seharusnya menjerumuskan seseorang buat ketakutan, lantas panik dan percaya kepada sesuatu nan merusak iman.

Oleh sebab itu, bagi Muslim, kisah aktualisasi diri para makhluk halus tak ada kaitannya dengan hayati manusia. Mau mengetuk pintu sampai pegal kek, mau lompat pocong kek, mau ngintil di balik ventilasi kek, bagi Muslim "emang gue pikirin".



Dari Kuburan ke Film Laris

Yang memikirkannya justru para sineas Indonesia. Semenjak booming film hantu laris, Nyi Blorong, Nyi Loro Kidul, Rahasia Gunung Berapi, Arwah Penasaran, dan lain-lain pada dasa warsa 70-80, pamor para jurig sejajar dengan selebritis dan politikus.

Dari kuburan ke layar perak, kebintangan para hantu mengalahkan aktor dan aktris sekelas Gambaran pada masa itu, seperti Deddy Mizwar, Merriam Bellina, Widyawati, dan kawan-kawan, dalam meraih ratusan ribu penonton ke bioskop. Foto pemeran hantu, seperti Suzzana dan Yurike Prastika masuk ke dompet para lelaki, dijadikan idola, dan dimitoskan.

Walau sempat redup pada dasa warsa 90-an, para setan membalas dendam di era millenium dengan membawa resep baru. Era hantu tanpa bintang dimunculkan. Mitos penampakan sesaat diperkuat.

Entah penampakan di Casablanca, penampakan di Manggarai, penampakan di kelokan, penampakan di Priuk, panci, gentong, apapun itu asal serba tampak dan ngesot, langsung di take shot .

Hasilnya, tentu saja duit bagi para produser film dadakan. Penampakan dan dongengan atau cerita orang jadi komoditas paling menjanjikan, lebih-lebih lumayan halal dibandingkan uang nan diterima anggota DPR.

Lantas bagaimana dengan nasib para hantu nan diperdayai? Bagaimana tanggapan mereka terhadap kenyataan ini? Entahlah. Masih misteri.



Cerita Orang Tentang Urban Legend Dalam Budaya Korea

Bukan hanya Indonesia saja nan percaya dengan hal-hal semacam mistik atau apapun nan bersifat klenik. Dibelahan global manapun banyak nan memiliki kisah rahasia kepercayaan mereka contohnya saja di negari gingseng Korea. Seperti nan kita tahu Korea juga sama dengan Jepang nan banyak sekali menghasilkan film horor nan menakutkan, film horor itu juga kebanyakan berasal dari cerita orang tentang urban legend.

Hantu Korea namanya gwishin menurut cerita orang Korea gwishin ialah sesosok jiwa orang nan wafat dan dia tak dapat berpindah dari global manusia ke dunianya (dunia lain), semacam hantu penasaran menurut cerita orang Indonesia. Jiwa-jiwa mereka penuh dengan dendam, amarah , kesedihan dan kebencian. Sebagian dari mereka juga ialah korban dari suatu keadaan ketidakadilan nan mereka rasakan saat hayati didunia hingga mereka ingin menuntut balas dan tidak akan dapat pergi kedunianya sebelum jiwa mereka diredakan.

Sebenarnya hampir banyak kecenderungan menurut cerita orang ataupun ciri-ciri antara hantu Korea dan hantu Indonesia, misalnya saja bagaimana mereka dapat wafat atau kenapa mereka masih bia bergentayangan menakut- nakuti orang ketika mereka harusnya sudah pergi ke global “arwah”.

Salah satu hantu menurut cerita orang Korea nan terkenal namanya ialah cheonyeo gwishin atau hantu gadis perawan. Diceritakan hantu gadis perawan ini ialah seorang gadis tradisional Korea nan harus mengikuti tradisi nan berat sebagai wanita Korea pada zaman dahulu. Hidupnya seperti penuh dengan pengekangan sebab apapun nan ingin mereka lakukan tak pernah bisa dapat terpenuhi dan tidak berarti apapun. Dimana mereka juga diajarkan buat berbakti pada semua laki-laki di keluarga mulai dari ayah, suami dan anak laki-lakinya.

Menurut cerita orang Korea hantu perawan ini mengenakan sebuah hanbok (baju tradisional Korea) nan berwarna putih, baju ini ialah baju berkabung tradisional dari Korea. Dengan rambutnya nan terurai sebab umumnya mereka wafat sebab belum menikah karena dalam tradisi antik Korea wanita nan belum menikah tak berhak sama sekali buat menggulung rambutnya.

Sedangkan buat hantu pria namanya ialah chonggak gwishin dan hampir sama dengan cheonyeo gwishin namun mereka kurang terkenal dibandingkan hantu wanita. Dalam film horor Korea nan kebanyakan diproduksi pada musim panas dua tokoh hantu tersebutlah nan menjadi daya tariknya (seperti kuntilanak di Indonesia dan Sodako di Jepang).

Dalam tradisi perdukunan di Korea buat mengembalikan mereka ke global lain ialah dengan cara “pernikahan jiwa” atau buat menyatukan hantu wanita cheonyeo dan hantu laki-lakinya chonggak agar jiwa mereka dapat beristirahat dalam kedamaian. Loka keramat buat hantu perempuannya ialah berisi sebuah ukiran dan patung falus.

Hantu lain menurut cerita orang Korea nan tidak kalah terkenal ialah gumiho. Gumiho ialah rubah berekor sembilan nan berusia sekitar 1000 tahun dan kalau dia bersikap baik maka dijanjikan dan diberi kehormatan buat bisa pergi ke surga dan diberi loka sebuah istana Kaisar Langit Agung sang penguasa surga.

Menurut cerita orang Korea gumiho terkenal sebab penjelmaan dan penyamarannya menjadi wanita cantik di global manusia lalu dirinya akan memangsa laki-laki nan terpikat oleh dirinya. Diceritakan juga gumiho akan memakan hati orang agar dirinya dapat berubah menjadi manusia.Ada juga cerita orang nan menyatakan bahwa jika gumiho menikah dengan manusia nan dicintainya dan bisa hayati selam 100 hari dengan suaminya tanpa mengetahui bahwa dia ialah gumiho maka dia dapat hayati menjadi manusia sungguhan.

Salah satu drama nan menceritakan tentang gumiho berjudul My Girl friend is Gumiho nan diperankan oleh Shin Min Ah akhirnya mencintai seorang manusia bernama Dae Woong nan diperankan oleh Lee Seung Gi. Awalnya gumiho mengejar Dae Woong sebab telah membebaskannya dari lukisan dimana ia dikurung selama ratusan tahun di sebuah kuil lalu Dae Woong menggambar sembilan ekor di gambar rubah nan tak punya satupun ekor lalu gumiho keluar dari lukisan itu dan menjadi seorang gadis cantik.

Gumiho ingin menjadi manusia lalu diberi waktu selama 100 hari buat tinggal bersama Dae Woong agar dia dapat berubah menjadi manusia sungguhan dan hayati bersama Dae Woong. Satu persatu ekor dari gumiho pun menghilang dan kekuatan seorang gumiho lenyap dari dirinya.