Pemeliharaan Ayam Kampung

Pemeliharaan Ayam Kampung

Beternak ayam kampung merupakan salah satu jenis pilihan usaha nan cukup menjanjikan belakangan ini. Apalagi jika melihat dari pencerahan masyarakat nan semakin tinggi akan nilai kesehatan. Sehingga banyak orang nan lebih memilih ayam kampung daripada ayam broiler jika mereka hendak memasak dengan menggunakan bahan standar ayam.

Ayam kampung dinilai memiliki nilai kesehatan lebih tinggi daripada ayam broiler tersebut. Sebab, ayam kampung merupakan salah satu jenis ayam nan bersifat murni dan bebas dari rekayasa genetika. Dengan kata lain, ayam kampung ini digolongkan sebagai jenis ayam organik.

Pemerintah sendiri melalui dinas terkait memiliki perhatian terhadap petani nan beternak ayam kampung ini. Dalam hal ini, Kementrian Pertanian merupakan forum pemerintah nan bergerak buat membantu sektor industri peternakan ayam kampung ini.

Salah satunya ialah dengan melindungi para petani nan beternak ayam kampung ini dari serbuan para pemodal besar. Para investor besar ini dilarang buat memasuki bisnis peternakan ayam kampung ini, agar para petani kecil tetap memiliki peluang usaha nan cerah.

Indikator nan dibuat buat konservasi ini ialah dengan membatasi kapasitas maksimum dalam sebuah peternakan. Untuk satu peternakan ayam kampung, dibatasi hanya boleh memiliki maksimal 10.000 ekor ayam. Dengan demikian, sektor industri ini tetap dapat dikategorikan dalam sektor industri kecil dan menengah nan banyak dikembangkan oleh masyarakat.

Terlebih pada saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggunakan cara tradisional dalam beternak ayam kampung tersebut. Untuk jumlah peternak nan sudah menggunakan sistem intensifikasi, tercatat tak lebih dari 5000 peternak. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar peternak ayam kampung di Indonesia belum mampu mengoptimalkan potensi nan ada.

Itulah mengapa, pada saat ini pasokan dari para peternak ayam kampung baru mampu memenuhi 5,5% dari total permintaan ayam kampung di seluruh Indonesia. Dan dengan pendampingan dari pemerintah, diharapkan pada tahun 2020 mendatang, para peternak ayam kampung di Indonesia dapat memenuhi 25% kebutuhan ayam kampung di Indonesia.

Selain itu, dengan berbagai peraturan nan dibuat dapat melindungi para peternak kecil agar tak kalah bersaing dengan para pemodal kuat. Sehingga masyarakat di pedesaan pun pada nantinya dapat turut menyumbangkan peran dalam pemenuhan sasaran nan sudah ditetapkan oleh pemerintah.



Mengenal Ayam Kampung

Dengan adanya kondisi tersebut, bukan sebuah hal nan mustahil bahwa beternak ayam kampung pada nantinya akan mampu memberikan laba nan cukup besar bagi peternak. Hal ini didasarkan pada jumlah permintaan pasar dan juga kemampuan peternak dalam memenuhi kebutuhan nan masih sangat jauh dari cukup tersebut.

Namun ada baiknya, sebelum memutuskan buat beternak ayam kampung kita terlebih dahulu harus mengenal jenis unggas nan banyak dijumpai di sekitar kita tersebut. Dan meski disebut ayam kampung, keberadaannya banyak dijumpai termasuk di kawasan perkotaan.

Nama ilmiah dari ayam kampung ini ialah Gallus Domesticus. Disebut ayam kampung, karena jenis unggas ini pada awalnya memang tak dipelihara dengan sistem intensif dan dibiarkan berkeliaran bebas tanpa penanganan khusus. Jenis unggas ini tak memiliki kemampuan spesifik sebagaimana jenis ayam petelur atau pedaging.

Untuk ayam petelur, sebagaimana namanya memang memiliki kemampuan dalam menghasilkan telur nan cukup tinggi dalam masa produktifnya. Demikian pula dengan ayam pedaging, nan memang dipelihara dengan tujuan buat dikonsumsi dagingnya.

Itulah mengapa, ayam kampung ini disebut juga dengan istilah ayam buras atau bukan ras. Hal ini mengacu pada kondisi awal dari pemeliharaan ayam jenis tersebut nan memang tak memiliki keunggulan eksklusif sebagaimana ayam ras petelur atau ras pedaging.

Keberadaan ayam kampung ini banyak dijumpai di seluruh pelosok nusantara. Ayam ini hayati bebas dan mencari makanan dengan cara berburu dan tak mendapatkan asupan makanan spesifik dari pemiliknya. Jika pun ada nan memberi makanan bagi ayam kampung nan mereka pelihara, itu pun bukan menjadi makanan primer serta tak memiliki nilai gizi tinggi.

Makanan tersebut hanya difungsikan sebagai makanan pendamping dan tak diolah secara spesifik sebagai makanan ayam. Jenis makanan tersebut biasanya diolah dari bekatul atau residu nasi. Ayam kampung ini banyak dipelihara oleh masyarakat, sebab pemeliharaannya nisbi mudah. Kondisi ini didukung dengan taraf adaptasi nan tinggi nan dimiliki oleh ayam kampung tersebut.

Di Indonesia sendiri, sejarah ayam kampung ini sudah ada sejak jaman kerajaan Kutai Kartanegara. Ayam kampung lahir sebagai turunan dari ayam kampung generasi pertama yaitu ayam hutan merah. Ayam hutan merah ini memiliki nama latin Gallus gallus, nan pada masa kerajaan tersebut digunakan sebagia alat pembayaran upeti kepada para penguasa oleh masyarakat setempat.

Kewajiban upeti inilah nan kemudian menjadi dasar mengapa masyarakat di jaman kerajaan tersebut mulai menernakkan ayam kampung nan tetap ada hingga pada jaman sekarang ini. Selain sebab dasar upeti tersebut, ayam kampung merupakan jenis unggas nan mudah buat dipelihara dan menjadi media tabungan bagi masyarakat khususnya di pedesaan.



Pemeliharaan Ayam Kampung

Dalam beternak ayam kampung, dikenal dua cara. Cara nan pertama ialah dengan sistem peliaran. Sistem ini merupakan sistem nan banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Khususnya pada mereka nan dalam beternak ayam kampung tak diutamakan buat tujuan ekonomi.

Cara ini sering ditemui di kawasan pedesaan, dimana hampir setiap rumah di pedesaan hampir dipastikan akan memiliki binatang ternak ini sebagai harta mereka. Dengan peliaran ini, ayam dilepas secara bebas pada siang hari dan mencari makan di perkebunan atau lingkungan sekitar loka tinggalnya.

Dengan cara diliarkan seperti ini, peternak akan mendapatkan beberapa keunggulan dan juga beberapa kekurangan. Beberapa kelebihan beternak ayam kampung dengan cara diliarkan seperti ini antara lain :

- Ayam nan dipelihara akan memiliki kekebalan dan ketahanan terhadap agresi penyakit nan lebih baik.

- Biaya buat makanan menjadi lebih rendah, sebab ayam kampung akan mencari makanan sendiri dari lingkungannya.

- Tidak membutuhkan perawatan spesifik seperti membersihkan kandang atau merawat ayam kampung pada siang hari.

Di sisi lain, cara ini juga memiliki beberapa kelemahan. Misalnya :

- Kemampuan berkembang biak lebih lamban, karena angka kematian pada anak ayam cukup tinggi.

- Produktivitas dalam bertelur rendah.

- Angka keamanan terhadap ayam rendah, sebab resiko ayam dimangsa binatang lain cukup tinggi.

Cara lain nan dapat ditempuh ialah dengan cara pengandangan. Cara ini biasanya dilakukan oleh para peternak nan memiliki tujuan ekonomi dalam memelihara ayam kampung tersebut. Dengan cara ini, ayam kampung tak dibiarkan bebas berkeliaran di alam bebas, namun hayati di dalam kandang dengan pemenuhan segala kebutuhannya.

Cara pengandangan ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain :

- Mudah buat mengontrol dari ancaman binatang predator.

- Perkembangan populasinya dapat dipercepat dengann penetasan menggunakan alat penetas.

- Ayam lebih produktif sebab tak perlu mengerami dan mengasuh anak-anaknya.

- Mendapatkan makanan nan lebih sehat.

Namun, cara ini juga memiliki beberapa kelemahan. Khususnya, apabila dalam pemeliharaan tersebut tak didukung dengan perhatian nan cukup serta syarat kandang nan baik tak terpenuhi. Beberapa kelemahan sistem pengandangan tersebut antara lain :

- Membutuhkan biaya nan lebih tinggi, baik dari sisi pakan ternak, pembuatan kandang dan juga biaya pemeliharaan buat menetaskan dan merawat anak ayam nan ditetaskan.

- Ayam nan dipelihara kurang memiliki ketahanan terhadap perubahan cuaca sebab terbiasa hayati dalam kondisi nyaman.

- Rasa daging nan tak seenak ayam kampung nan diliarkan, sebab ayam nan dikandang ini tak memiliki banyak kesempatan bergerak sehingga lebih banyak lemak dalam tubuhnya. Meskipun, lemak tersebut tak sebanyak lemak pada ayam pedaging.

Witono