Kerajaan Mataram Antik (Kerajaan Medang)
Pernahkah Anda menonton film Kuch-Kuch Hota Hai? Film nan fenomenal di tahun 90-an ini memang menjadi awal dikenalnya budaya Hindustan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Mulai dari budaya sosial, budaya, hingga agama nan sangat kental di India ditampilkan melalui film-film nan khas dan menjadi favorit hingga saat ini.
Keeksotisan India menyimpan majemuk cerita. Kebudayaan nan majemuk serta sistem kepercayaan nan dimiliki India seolah menasbihkan arti baru dari kekayaan sebuah negara nan sebenarnya. Agama Hindu, misalnya, nan sangat berakar kuat di India. Bahkan, 'kekuatannya' menyebar dan berkembang hingga negara-negara tetangga, termasuk Indonesia.
Perkembangan agama Hindu di Indonesia dimulai sejak ratusan tahun lalu. Agama Hindu dibawa langsung dari India dan Tiongkok oleh seorang resi dari India, Maha Resi Agastya, dan Musafir Budha Pahyien dari Tiongkok. Pada awal kedatangannya di Indonesia, kedua tokoh tersebut memang sudah bertujuan buat menyebarkan Dharma Hindu atau ajaran-ajaran baik di seluruh Indonesia.
Sejarah agama Hindu di Indonesia dimuali dari Kerajaan Kutai pada abad ke-4. Kemudian Kerajaan Tarumanagara (358-669), Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11), Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9) Kerajaan Medang (752-1045), Kerajaan Sunda (932-1579), Kerajaan Kediri (1045-1221), Kerajaan Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14), Kerajaan Singhasari (1222-1292), Kerajaan Majapahit (1293-1500), hingga Kerajaan Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15).
Sejarah panjang tersebut tentu saja memberikan pengaruh nan besar bagi perkembangan agama hindu di Indonesia. Hingga saat ini, Bali merupakan pusat masyarakat beragama hindu nan sangat terkenal hingga ke mancanegara. Keunikan budaya nan sangat erat dengan perbedaan makna hindu init tetap lestari hingga saat ini dan menjadi salah satu aset parwisata andalan Indonesia.
Selain itu, berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut juga telah meninggalkan jejak sejarah nan masih dapat dilihat hingga saat ini. Bahkan, beberapa di antaranya menjadi wisata sejarah nan sangat menarik buat disaksikan. Candi-candi nan ada di Indonesia merupakan bentuk warisan sejarah hindu nan merupakan bukti berdirinya kejayaan hindu di Indonesia.
Memang, sejarah panjang perkembangan agama hindu di Indonesia tak dapat dilepaskan dari sejarah, budaya, dan pariwisata Indonesia. Bahkan, budaya Jawapun memiliki kaitan erat dengan sejarah kerajaan hindu nan pernah berjaya. Beberapa nama-nama raja dan kerajaan, seperti Airlangga, Udayana, dan Brawijaya menjadi nama universitas terkemuka di Indonesia. Berikut ialah sejarah tiga kerajaan hindu nan pernah berjaya di Indonesia.
Kerajaan Kutai
Agama Hindu buat pertama kalinya berada di Indonesia sekitar 100 hingga 400 M. Bukti keberadaan agama Hindu di Indonesia pertama kali banyak ditemukan di Kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai terletak di sekitar Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di kerajaan ini, terdapat sedikitnya tujuh buah prasasti nan semuanya bertuliskan huruf Pallawa. Huruf ini biasa digunakan oleh penduduk dari India bagian selatan.
Nama raja Kerajaan Kutai saja sudah menunjukkan bahwa kerajaan ini ialah sebuah kerajaan Hindu. Ia ialah Aswawarman nan merupakan putra Kudungga. Sedangkan, Kudungga ialah seorang pemimpin sebuah suku di Indonesia nan kemudian berubah menjadi sebuah kerajaan, yaitu Kutai.
Raja Aswawarman dinobatkan menjadi raja Kutai melalui upacara keagamaan Hindu, yaitu vratyastoma . Aswawarman mempunyai tiga orang putra, salah satunya menjadi raja Kutai nan sangat disegani. Ia ialah Mulawarman. Diceritakan bahwa ia ialah seorang raja nan baik hati. Ia menyedekahkan sapi sebanyak 20.000 ekor pada para Brahmana.
Resi dan musafir penyebar ajaran agama Hindu di Indonesia tersebut, nyatanya bukan hanya menyebarkan Dharma Hindu di kerajaan Kutai. Kerajaan lain di Indonesia, seperti Tarumanegara pun, tak luput dari ajaran Hindu nan mereka bawa.
Kerajaan Tarumanegara
Keinginan dan niat buat berbagi Dharma ajaran agama Hindu seolah tak mengenal jarak. Saat itu, Maha Resi Agastya dan musafir dari Tiongkok sepertinya memang benar-benar keliling Indonesia. Dari Kalimantan Timur, ajaran itu pun secara bersamaan dianut oleh sebuah kerajaan di Jawa Barat. Kerajaan tersebut ialah Tarumanegara.
Bukti perkembangan agama Hindu di Kerajaan Tarumanegara terlihat dari beberapa prasasti nan ditemukan. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja bernama Purnawarman. Beberapa buah prasasti banyak ditemukan di daerah Bogor. Dari tujuh buah prasasti nan ditemukan, lima di antaranya terdapat di kota hujan tersebut. Sama halnya dengan prasasti nan terdapat di Kalimantan Timur, prasasti ini menggunakan huruf Pallawa.
Salah satu prasasti nan semakin menunjukan bukti diri kehinduan dari kerajaan ini ialah prasasti nan terdapat di daerah Ciaruteun Bogor. Prasasti ini menggambarkan telapak kaki Raja Purnawarman. Gambar telapak kaki Raja Purnawarman dilukiskan sebagai gambar telapak kaki Dewa Wisnu.
Dari tujuh buah prasasti nan dimiliki Kerajaan Tarumanegara, prasasti Tugulah nan dinilai merupakan prasasti paling penting. Prasasti ini ditemukan di daerah Cilincing, Jakarta. Pada prasasti ini, Raja Purnawarman menuliskan beberapa kepentingan rakyatnya. Ia juga menyedekahkan 1000 ekor sapi pada para Brahmana.
Kedua kerajaan nan terdapat di Indonesia itu ibarat sebuah gerbang nan mempersilakan ajaran agama Hindu masuk ke wilayah Indonesia. Terbukti dengan banyaknya kerajaan Hindu lain di Indonesia. Seperti, Kerajaan Mataram, Kerajaan Singosari, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Udayana di Bali.
Kerajaan Mataram Antik (Kerajaan Medang)
Pernahkah Anda mengunjungi Candi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah? Candi tersebut merupakan salah satu peninggalan pada masa kerjaan Mataram Antik nan terkenal sebagai objek wisata. Peninggalan lainnya nan cukup terkenal ialah kompleks Candi Prambanan, dan Candi Gending Songo.
Berdasarkan prasasti nan ada, kerjaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-8 di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bhumi Mataram dulunya merupakan sebutan buat Yogyakarta sehingga pada masa itu pusat kerjaan memang berada di Jawa Tengah. Berdasarkan beberapa prasasti nan ditemukan, pusat kerajaan ini berpindah-pindah, hingga ke Jawa Timur.
Awal berdirinya kerajaan ini ialah pada tahun 752 oleh seorang raja bernama Sanjaya. Pada masa kerjaan Mataram di Jawa Tengah, terdapat dua dinasti nan pernah berkuasa yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra. Wangsa Sanjaya tentu saja merupakan dinasti nan mengacu pada raja pertama Mataram yaitu Sanjaya. Pada masa kejayaan dinasti ini, agama nan dianut ialah agama hindu nan beraliran Siwa.
Kejayaan agama hindu nan dianut oleh dinasti Sanjaya ini rupanya mulai runtuh pada saat kerajaan dipimpin oleh Rakai Panangkaran. Pada masa raja Rakai Panangkaran inilah dinasti Sailendra nan menganut agama Budha Mahayana sukses merebut kekuasaan. Namun, di tahun 840, wangsa Sanjaya mampu bangkit lagi setelah Rakai Pikatan, seorang keturunan wangsa Sanjaya memikat hati putri wangsa Sailendra nan bernama Pramodawardhani. Samaratungga nan merupakan raja wangsa Sailendra menikahkah putrinya tersebut dengan Rakai Pikatan sehingga Rakai Pikatan menduduki tahta raja selanjutnya.
Rupanya, kenaikan tahta Rakai Pikatan menjadi raja Medang menimbulkan perlawanan dari seorang anggota wangsa Sailendra bernama Balaputradewa. Namun, Rakai pikatan sukses mengalahkannya dalam sebuah peperangan. Menyadari kekalahannya, Balaputradewa kemudian melarikan diri ke Sumatra dan menduduki tahta raja di kerjaan Sriwijaya.
Akibat letusan gunung Merapi, masa kerajaan nan berpusat di Jawa Tengah ini hancur sehingga berpindah ke Jawa Timur. Tentu saja perpindahan ini juga diikuti oleh pergantian dinasti nan menduduki tahta kerjaan. Dinasti tersebut dikenal dengan nama wangsa Isana nan didirikan oleh Mpu Sindok.
Permusuhan antara raja Mataram Rakai Pikatan dengan Balaputradewa raja Sriwijaya rupanya terus berlangsung turun-temurun hingga pada masa kejayaan Mpu Sindok. Sehingga, pada awal masa kerjaan Mataram di Jawa Timur, pasukan Sriwijaya dan kerajaan Mataram melakukan pertempuran di daerah Anjukladang nan sekarang dikenal dengan nama Nganjuk. Peperangan ini akhirnya dimenangkan oleh Mpu Sindok. Pada tahun 1020, Dharmawangsa Airlangga menduduki tahta kerajaan dan membagi kerjaan tersebut menjadi dua bagian, yaitu kerajaan Janggala dan Pangjalu.