Keunggulan Ka’bah

Keunggulan Ka’bah

Jika merunut sejarah ibadah haji, terlihat bahwa sesungguhnya perintah aplikasi ibadah haji bagi umat Islam cukup tua. Usianya setua dengan perintah nan lain seperti perintah shalat, puasa dan zakat.

Sebuah riwayat tentang sejarah ibadah haji , menyebutkan bahwa Allah memerintahkan haji kepada malaikat sebelum memerintahkan kepada Nabi Adam as. Allah juga memerintahkan kepada malaikat buat membangun Ka'bah di Mekkah. Malaikat setelah itu diperintahkan buat melakukan thawaf yaitu kegiatan mengelilingi Ka'bah.



Kehidupan Keluarga Nabi Ibrahim

Selama ini masyarakat secara doktrial lebih mengenal bahwa ibadah haji merupakan syariat yang diwahyukan Allah swt . kepada Nabi Ibrahim as . nan dilakukan secara turun temurun. Sejak Nabi Ismail as . hingga Nabi Muhammad saw .

Sejarah ibadah haji terkait nilai historis kisah istri Nabi Ibrahim as. yang bernama Sarah. Sebelum menikah dengan Sarah , Nabi Ibrahim as. telah menikah dengan Hajar. Meskipun kerukunan antara Nabi Ibrahim as. dengan Hajar cukup tercipta hingga usia nan lanjut, namun ketiadaan buah hati hasil pernikahan mereka menjadi cobaan tersendiri.

Atas inisiatif dan perantaraan Hajar , Nabi Ibrahim as. menikah dengan Sarah . Sarah awalnya ialah pembantu rumah tangga Nabi Ibrahim as. dengan Hajar. Atas kekuasaan Allah swt. , tidak lama setelah menikah, Sarah hamil nan membuat Hajar cemburu.

Atas perintah Allah swt, Nabi Ibrahim as ., menghijrahkan Hajar juga Nabi Ismail as yang masih bayi dan baru dilahirkan ke Mekkah. Suatu loka di sebuah dataran tandus nan pada masa itu masih belum berpenghuni. Sedangkan Nabi Ibrahim as kembali ke Palestina menemui Sarah.

Ketika meninggalkan anak dan istrinya di bawah sebuah pohon, Nabi Ibrahim as berdoa dengan menyebut nama Allah swt ., menitipkan keselamatan Hajar dan Nabi Ismail as di bawah konservasi Allah swt .



Antara Shafa dan Marwah

Haji merupakan ibadah nan berlatar belakang humanisme buat memperingati kesabaran dan juga ketaatan Hajar. Dalam sejarah ibadah haji, ketaatan dan kesabaran Hajar memang patut diteladani. Kesabaran Hajar sangat luar biasa.

Ia bersedia hayati di daerah nan tandus, tidak berpenghuni, serta memiliki perbekalan nan ala kadarnya. Karena kurangnya perbekalan bahan makanan, buat menghidupi diri dan anaknya, ia bersusah-payah, berlari-lari dari bukit Shafa ke bukit Marwah buat mencari air bagi sumber kehidupan mereka.

Saat air tidak ada, Hajar tidak dapat menyusui Nabi Ismail as. Hajar menaiki bukit Shafa mencari air demi buat putranya dan berharap ada kafilah (pedagang) sedang lewat nan bisa membantu. Ketika ia tidak menemukan seorangpun nan lewat, Hajar berjalan menuruni bukit, lembah, dan mendaki ke bukit Marwah.

Ia berusaha melihat ke sekitar namun tidak menemukan apa-apa. Tujuh kali bolak-balik dilakukan , naik turun bukit Shafa ke bukit Marwah. Tanpa disangka, keluarlah air nan berlimpah menyembur tanpa henti dari sebuah sumber nan sangat besar di dekat loka Nabi Ismail as . ditinggalkan.

Air itu akhirnya dikenal saat ini dengan nama air zamzam. Dan sumber air itu dinamakan sumur zamzam.Rangkaian peristiwa inilah nan mendasari sa'i , sebuah prosesi ibadah haji.

Berdasarkan cerita sejarah ibadah haji nan sudah dibeberkan di atas, haji ialah peristiwa memperingati perjuangan Hajar dalam mematuhi perintah Allah meskipun harus bertahan dalam hayati sendirian dan penuh cobaan keimanan di Mekkah.



Keunggulan Ka’bah

Bicara sejarah Ibadah haji tidak mungkin lepas juga dari menceritakan keunggulan Ka’bah, sebab nan menjadi salah satu absah rukun haji ialah mengelilingi Ka’bah tujuh kali. Rasanya, tidak salah bila penulis mengupas tentang keunggulan Ka’bah di dalam artikel ini.

Ahmad Jad, penulis buku Washfu Ka’bah Al-Musyarrafah mencantumkan sebuah inovasi menarik di dalam bukunya tersebut. Yaitu inovasi nan pernah dimuat di beberapa media massa bawha dinas antariksa Amerika NASA pernah melakukan pemotretan bumi melalui satelit.

Dari hasil pemotretan tersebut, rata-rata hasulnya terlihat agak gelap. Namun ada dua titik nan terlihat berbeda dri hasil foto-foto di bagian bumi nan lainnya. Di dua titik tersebut terlihat lebih terang dan memancarkan cahaya. Setelah dibidik leboh dekat dengan dilakukan pemotretan kembali, ternyata terlihat jelas bahwa foto Mekah dan Madinah dekat makam Rasulullah saw. Ahmad Jad mengatakan bahwa potret gambar nan dilakukan NASA tersebut pernah dipublikasikan.

Hal seperti ini dapat saja mempertebal keyakinan kita bahwa tanah Mekah dan Madinah memang sangat istimewa di mata Allah Swt. Namun, nan harus lebih diperhatikan dalam memandang arti dan makna Tanah Kudus sebagai loka aplikasi ibadah kudus ialah bukan asumsi bahwa tanah, bebatuan, kerikil, serta pasir nan terdapat di lokasi sejarah ibadah haji tersebut lebih higienis dibanding di loka lainnya.

Sejarah Ibadah haji memang tidak pernah lekang dari Mekah dan Madinah nan dikenal dengan tanah suci. Namun, tidak banyak nan tahu kenapa disebut dengan tanah suci. Disebut sebagai tanah kudus sebab wilayah ini merupakan tanah atau loka manusia buat menyucikan hati dan jiwanya dari dosa-dosa nan pernah dilakukannya.

Selama ini, kita mungkin hayati di dalam global materialistik, tak ingat siapa pencipta diri kita dan alam ini, serta lupa buat apa dia diciptkan Sang Khalik. Tanah Kudus Mekah dan Madinah ialah dua loka nan dikhususkan buat membersihkan diri dan kembali ke pangkuan Allah Swt. dalam seluruh kehidupannya.

Dengan beribadah ke Tanah Kudus atau rumah Allah, berarti ia sedang berusaha meniru kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya nan menjadi simbol sejarah ibadah haji. Yaitu, simbol nan berusaha meninggalkan “rumah materinya” nan penuh dengan dosa dan khilaf. Meninggalkan “rumah materinya” menuju rumah Allah Swt.

Datang ke Baituillah berarti datang buat mengingat sejarah ibadah haji nan di dalamnya terdapat tanda perjuangan Ibrahim as. dan keluarganya buat terpilih menjadi kekasih Allah. Sekaligus, mengingatkan bahwa tak ada nan dilakukan di global ini melainkan buat beribadah kepada Allah Swt.

Karena itu, tidak mengherankan kenapa hampir setiap tahun beramai-ramai orang datang mengunjungi baitullah, tujuannya tak lain ialah buat menyadari kembali dari kekhilafan cara hayati kita selama ini. Mungkin kita sering merasa hanya memiliki tugas hayati sebagai sebuah eksistensi diri, tak buat beribdah kepada Sang Pencipta Allah Swt.

Dalam pemaknaan lain, beribadah ke Tanah Kudus Mekah dan Madinah juga buat mengingatkan perjanjian manusia dengan Allah Swt. sewaktu manusia belum lahir ke alam dunia. Hal ini dapat kita yakini dengan keberadaan benda nan menjadi saksi perjanjian tersebut, yaitu hajar aswad.

Dengan mendatangi Tanah Suci, kita harus lebih konfiden bahwa Allah Swt. pernah bertanya epada manusia di alam kehidupan sebelum alam dunia. Allah bertanya, Bukankah saya satu-satunya Tuhanmu nan kamu sembah?” Saat itu kita menjawab dengan pastu, “Benar, dan Kami bersaksi”. Intinya kehadiran kita di Mekah nan menjadi simbol sejarah ibadah haji mengantarkan kita buat ingat selalu akan surat al-A’raf ayat 172,

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah saya ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan nan demikian itu) agar di hari kiamat kamu tak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) ialah orang-orang nan lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

Sebelum manusia lupa dan benar-benar “kebablasan” dalam menjalani kehidupan di dunia, Ka’bah nan ada di Tanah Kudus bisa mengingatkan kembali pada perjanjian manusia nan pernah dengan konfiden mengataka bahwa mereka hayati sebab Allah Swt, dan tugas manusia di global ialah hanya buat beribadah kepada-Nya.

Satu kelebihan nan sangat jelas dari kemukjizatan Ka’bah ialah selalu didatangi oleh berjuta-juta bahkan bermilyar-milyar manusia. Hal ini memang sudah disinyalir di dalam al-Qur’an. Allah Swt. berfirman,

“Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah kudus itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia[444], dan (demikian pula) bulan Haram[445], had-ya[446], qalaid[447]. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa nan ada di langit dan apa nan ada di bumi dan bahwa Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Maidah: 97)

Inilah kajian sederhan tentang sejarah ibadah haji dan hal-hal nan berkaitan dengannya. Semoga memberikan kegunaan bagi sobat Ahira.