Ciri-Ciri Jamur Beracun

Ciri-Ciri Jamur Beracun

Jamur merupakan satu di antara beberapa jenis tumbuhan liar nan dapat ditemui di hutan, pegunungan, atau bahkan di ladang sekalipun. Jamur muncul terutama di wilayah nan lembab dengan waktu pada musim penghujan.

Jenis jamur nan biasa ditemui mungkin ialah jamur nan dapat dikonsumsi, seperti halnya jamur kuping, jamur kancing, jamur tiram, jamur kuping hitam, jamur kuping merah, dan jamur merang.

Jamur liar nan dapat dikonsumsi akan sulit dengan jamur beracun. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan mengenai macam-macam jamur beracun beserta ciri-ciri nan dapat kita kenali agar terhindar dari keracunan jamur.



Klasifikasi Jamur

Jamur secara generik terbagi atas dua kelompok besar, yaitu jamur beracun dan tak beracun. Jamur beracun ialah jenis jamur nan tak bisa diolah sebagai bahan makanan.

Keberadaannya hanya sebagai penanda terhadap sesuatu nan lembap, lapuk dan membusuk seperti batang-batang pohon, kayu lapuk, dan makanan nan dibiarkan dalam keadaan terbuka buat waktu nan lama.

Adapun jamur tak beracun ialah jamur nan bisa dikonsumsi sebagai makanan kesehatan nan rata-rata memiliki khasiat memperlancar peredaran darah.

Penyebaran kedua jenis jamur ini merata di seluruh wilayah bumi. Mereka tumbuh liar di tempat-tempat lembap. Bentuk-bantuk jamurnya pun hampir sama. Oleh sebab itu, Anda mesti berhati-hati dalam memilih jamur. Lebih kondusif bila membeli jamur di pasar atau swalayan dibandingkan mencari sendiri di alam terbuka.

Beberapa jenis jamur nan kondusif dikonsumsi oleh manusia di antaranya: volvariela volvacea atau jamur merang, pleurotus atau jamur tiram, jamur portabella, auricularia polytricha atau jamur kuping hitam, auricularia auricular judae atau jamur kuping merah, champignon (agaricus campestris) atau jamur kancing, jamur kompos, dan lentinus edulis atau jamur shitake.

Sementara, jamur beracun nan sering kita jumpai ialah amanita muscaria, lepoita, russula, collybia, boletus dan kelompok jamur nan dikenal sebagai ‘destroying angel’ dengan warna-warna nan mencolok.



Jenis-Jenis Racun dalam Jamur

Beberapa jenis racun atau toksin nan terdapat pada jamur beracun bisa menyebabkan berbagai macam dampak. Jenis racun tersebut antara lain ialah sebagai berikut.



Amatoxin / Amanitin (Cyclopeptide)

Amatoxin merupakan jenis racun nan sering menjadi penyebab keracunan pada orang nan mengonsumsi jamur beracun. Racun ini bekerja dengan cara menghambat polimerase RNA II nan bisa mengganggu sintesa mRNA. Racun ini juga bisa mengganggu transkripsi DNA serta menyebabkan nekrosis pada sel dengan sintesa protein taraf tinggi.

Kerusakan nan dapat ditimbulkan oleh racun tersebut ialah kerusakan pada hati. Prosedur tersebut diperkirakan merupakan penyebab tertundanya gejala gastroenteritis nan parah pada fase intoksikasi. Kelompok jamur nan memiliki toksin jenis ini antara lain ialah kelompok jamur Amanita (Amanita phalloides, Amanita virosa) atau dikenal dengan The Death cap atau Destroying Angel, The Fool’s Mushroom (A. verna).

Gejala keracunan jamur beracun jenis ini ialah terasa nyeri perut, muntah, diare nan berair, gangguan elektrolit, gangguan asam basa (pada 24 jam pertama setelah mengonsumsi jamur), lalu terjadi penurunan fungsi hati dan ginjal pada 24 jam berikutnya, dan peningkatan gangguan fungsi hati, gagal hati akut dan ginjal akut pada 3 hari setelahnya.



Gyromitrin

Toksin jenis ini merupakan salah satu dari bagian hidrazin nan mampu mengikat protein. Toksin ini bisa ditemukan pada jamur jenis gyromitra nan bisa terurai dengan cepat dalam lambung dan duodenum sehingga berubah menjadi asetaldehida dan N-metil-N-formilhidrazine.

Gejala keracunan toksin ini biasanya muncul setelah 6 sampai 12 setelah mengonsumsi bahan bertoksin tersebut. Pada 12 jam pertama, korban keracunan akan merasa kembung, mual, muntah, kram perut, diare berat hingga perdarahan saat buang air.

Setelah itu, korban akan merasakan imbas keracunan akhir dengan gejala vertigo, kehilangan koordinasi otot, demam, penyakit kuning, kegagalan hati, methemoglobinemia, disfungsi ginjal, seizure,
koma.



Orellanine

Toksin ini terdapat pada jamur cortinarius nan memiliki sekitar 800 spesies di wilayah Amerika Utara. Keracunan dampak toksin ini bisa menimbulkan gejala awal seperti mual, muntah, nyeri pada abdomen, anoreksia, dan diare pada 14 jam pertama setelah mengonsumsi jamur tersebut.

Organ tubuh nan biasanya diserang oleh jamur dengan toksin orellanine ialah ginjal. Oleh karena itu, fase selanjutnya pada keracunan jamur dengan toksin ini ialah merasa haus berat, diuresis, dan rasa sakit berkembang dalam segitiga lumbal atas ginjal. Salah satu jamur nan biasanya memiliki toksin jenis ini ialah Cortinarius rubellus.



Ibotenic Acid dan Muscimol

Toksin jenis ini biasanya dihasilkan oleh jamur The Fly Agaric (Amanita muscaria) dan Panthercap (Amanita pantherina). Keduanya mengandung asam nan dapat dengan cepat dilepaskan dari tubuh jamur pada saat dimasak atau dipanaskan. Namun, proses pembakaran atau pemasakan tersebut tak akan menghilangkan racun nan terdapat di dalam jamur.

Gejala nan muncul apabila keracunan diakibatkan oleh toksin jenis ini ialah disfungsi sistem saraf pusat dan depresi SSP dengan gejala awal seperti mual, muntah, pusing, vertigo, ketiadaan koordinasi, dan mengantuk.

Gejala lain nan biasanya muncul sebab terkena racun ini ialah kebingungan, ataksia, euforia seperti keracunan etanol. Lalu secara perlahan, gejala berkembang menjadi sentakan otot, kram, dan halusinasi.



Psilocybin

Toksin ini biasanya diproduksi oleh jamur genus Psilocybe, Panaeolus, Copelandia, Gymnopilus, Conocybe dan Pluteus. Jamur dengan toksin psilocybin dapat melepaskan imbas neurotoksik mirip dengan LSD (d-lysergic acid). Racun ini akan berhubungan dengan struktur kimia serotonin dalam sistem saraf sehingga berpengaruh terhadap susunan saraf pusat (halusinasi) dan susunan saraf periferal.

Gejala nan muncul apabila keracunan toksin ini akan berkembang dalam kurun waktu 10 menit sampai 2 jam setelah tertelan dengan fase pertama terjadi pada 30 menit pertama, yakni munculnya rasa gelisah, lemah, nyeri otot, dan rasa tak enak pada perut. Fase selanjutnya yakni terjadinya halusinasi, rona merah pada wajah, tak adanya koordinasi, dan distorsi persepsi pada 30 menit setelahnya. Lalu menit-menit berikutnya semua gejala tersebut akan muncul lebih sering lagi.



Ciri-Ciri Jamur Beracun

Untuk lebih mewaspadai pertumbuhan jamur beracun di sekitar Anda, lebih baiknya mengenal ciri-ciri jamur beracun. Adapun ciri-ciri jamur tersebut di antaranya:

  1. Tubuh jamur beracun umumnya berwarna mencolok seperti merah darah, biru tua, oranye, dan hitam legam. Namun, ada pula nan memiliki rona lembut seperti kuning muda dan putih menyerupai jamur tak beracun. Jamur nan berwarna gelap dan bisa dimakan umumnya berwarna cokelat tua.

  2. Jamur beracun umumnya mengeluarkan bau nan menyengat seperti bau telur busuk dan gas amoniak.

  3. Jamur beracun memiliki cawan atau cincin pada pangkal batangnya. Jamur nan tak beracun juga ada nan memiliki cawan seperti jamur merang dan ada pula nan memiliki cincin, seperti jamur kompos.

  4. Umumnya, jamur ini banyak terdapat di tempat-tempat kotor seperti pembuangan sampah dan dekat kandang hewan. Namun, jamur kompos dalam pembudidayaannya memakai kotoran kandang, terutama kotoran kuda.

  5. Bila jamur dipotong dengan mengunakan pisau stainless steel, maka jamur akan meninggalkan noda berwarna hitam dan biru.

  6. Jenis jamur beracun akan mengalami perubahan rona nan cepat menjadi kehitam-hitaman atau gelap. Terutama bila dimasak atau dipanaskan.

Yang menyebabkan jamur-jamur menjadi beracun sebab adanya senyawa kholin. Racun jamur bernama muscarin, athropin, fallin, helvelat nan mendatangkan imbas mematikan bagi nan memakannya.
Jamur nan tak beracun dan dibiarkan membusuk juga dapat menjadi beracun sebab adanya aktivitas bakteri, seperti Pseudomonas, Clostridium, dan Salmonella.



Tips Memilih Jamur buat Dikonsumsi
  1. Konsumsilah jenis jamur nan memang sudah terdaftar sebagai jamur kondusif dikonsumsi.
  2. Hindari melakukan indentifikasi terhadap jamur nan belum dikenal.
  3. Gunakan jamur nan masih segar tanpa bagian nan sudah terdekomposisi oleh ulat atau larva.
  4. Konsumsilah jamur nan sudah dimasak.
  5. Hindari menggunakan jamur liar nan berada di halaman atau kebun sebagai makanan.