Bangunan Masjid Demak
Jika ada masjid nan terkenal dengan nilai sejarahnya, dapat jadi Masjid Demak ialah satu di antara sedikit masjid di Indonesia nan memiliki itu. Kemewahannya mungkin memang berbeda dengan Masjid Istiqlal nan ada di Jakarta, tapi nilai historis di dalamnya, agunan mutu bahwa Masjid Demak memiliki historis lebih menarik.
Wajar saja jika Masjid Demak ini memiliki nilai historis nan jauh lebih menarik dibandingkan dengan masjid lainnya di Indonesia. Masjid ini menjadi saksi bisu dalam perkembangan agama Islam di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Jauh sebelum masjid-masjid lain didirikan, Masjid Demak sudah hadir mengakomodir kepentingan umat Islam “baru” buat beribadah.
Boleh jadi Indonesia ialah negara dengan jumlah penganut Islam terbanyak di dunia. Melebihi negara-negara nan ada di Arab sana. Jadi, bukan suatu hal nan aneh sebenarnya, jika ada beberapa masjid nan usianya sudah sangat tua. Masjid Demak ialah salah satunya. Tentu saja, usia masjid ini sudah sangat tua, hampir dapat disamakan dengan pertama kali Islam ada di tanah Jawa.
Hal nan membuat Masjid Demak istimewa dibandingkan dengan masjid tua lainnya, seperti nan sudah dikatakan di awal, ialah kandungan historisnya. Anda akan banyak belajar sejarah perkembangan ajaran agama Islam di Pulau Jawa ini. Seperti napak tilas akan kebesaran dari para penyebar ajaran Allah di pulau terpadat ini.
Masyarakat Demak niscaya bangga dengan hadirnya Masjid Demak ini di tengah-tengah mereka. Pun dengan segenap masyarakat Indonesia. Bangunan loka beribadah ini memiliki keistimewaan lain selain sebagai rumah Allah. Bahwa ini ialah bukti, jika Islam dalam masa penyebarannya memiliki sebuah kekokohan, nan diwakilkan dengan berdirinya bangunan ini.
Nilai Historis Masjid Demak
Namanya saja Masjid Demak, sedikit kemungkinan jika masjid ini berada di Jakarta, bukan? Ya. Karena memang masjid ini bukan terletak di Jakarta. Masjid ini terletak di Desa Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid ini terletak di Jawa. Milik masyarakat Jawa dan keturunannya.
Kemegahan Masjid Demak itu merupakan hasil karya dari Raden Patah. Raden Patah ialah pemimpin atau raja pertama dari keagungan Kesultanan Demak di masa lalu. Jika masjid-masjid nan ada di Indonesia sebagian besar ialah hasil karya para tukang bangunan, maka Masjid Demak ini hasil karya dari seorang sultan, raden. Sudah terlihat bahwa bangunan ini memang istimewa sejak pertama kali didirikan.
Pada masa keemasan Kesultanan Demak Bintoro, Masjid Demak ini didirikan. Masjid ini menjadi krusial sebab sebagai basis kekuatan penyebaran Islam pada masa lalu di Indonesia, bukan hanya Pulau Jawa. Selain didesain langsung oleh Raden Patah, keistimewaan lain nan dimiliki oleh Masjid Demak ini ialah cerita bahwa Masjid Demak ini konon, merupakan loka berkumpulnya para wali ketika menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Para wali nan akrab dengan Masjid Demak tersebut niscaya tak asing di telinga Anda. Sekelompok lelaki dengan tekad kuat buat mengenalkan Indonesia kepada ajaran agama Islam. Sekelompok laki-laki berjumlah sembilan nan sangat dikenali masyarakat Indonesia dengan istilah Wali Songo atau Wali Sanga. Mereka dalah sembilan orang wali nan menyebarkan ajaran agama Islam buat pertama kalinya di daratan Pulau Jawa.
Layaknya sebuah perhimpunan di zaman sekarang, Wali Songo menggunakan Masjid Demak ini buat berbagai kegiatan positifnya. Mereka berkumpul, melakukan ibadah serta diskusi. Semua nan Wali Songo itu lakukan tak lain dan tak bukan buat mengenalkan agama Islam di tanah Jawa nan saat itu masyarakatnya masih menganut sistem agama lain.
Masjid Demak ini juga digunakan para wali sebagai wahana belajar masyarakat Jawa nan mulai tertarik dengan ajaran agama nan diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhamad Saw. Sebab itulah, keistimewaan sepertinya sudah menjadi nama tengah Masjid Demak ini. Bangunan ini ialah bukti, kejayaan Kesultanan Demak, sekaligus bangunan nan dapat digunakan buat mengenang perjalanan masa lalu tentang penyebaran agama Islam.
Bangunan Masjid Demak
Tebak, apa bahan primer pembuatan Masjid Demak ini? Ya. Masjid Demak ini sebagian besar bangunannya terbuat dari kayu jati. Masjid ini terbuat dari kayu terkuat nan pernah ada di muka bumi. Panjangnya antara 31 meter x 31 meter. Untuk bagian serambi masjid, ukuran Masjid Demak ini ialah 31 meter x 15 meter. Berdirinya Masjid Demak ini atas prakarsa dan gotong royong nan dilakukan oleh Wali Songo dengan donasi Kesultanan Demak.
Untuk bisa berdiri tegak, bagian atap Masjid Demak ini ditopang dengan empat tiang kayu ukuran besar nan biasa dikenali dengan istilah saka guru. Pilar ini dibuat oleh empat wali. Masing-masing pilar atau saka dibuat oleh satu orang wali. Pilar bagian tenggara merupakan protesis Sunan Ampel, bagian barat daya pilar tersebut merupakan protesis dari Sunan Gunung Jati, buat barat laut, Sunan Bonanglah nan bertanggung jawab. Ada satu pilar nan terbilang istimewa.
Pilar tersebut terletak di bagian timur laut. Saka atau pilar istimewa itu berbeda dengan saka nan sudah berdiri kokoh nan terbuat dari satu pohon kayu besar. Pilar milik Sunan Kalijaga ini terbuat dari potongan-potongan balok nan diikat, dinamakan saka tatal. Selesai mendirikan bagian dalam masjid, bagian serambi pun didirikan. Bagian ini didirikan oleh Adipati Yunus (Sabrang Lor) pada 1520 dengan menyiapkan delapan buah tiang.
Didirikannya Masjid Demak ini tak langsung sekali jadi. Para wali dan pihak dari Kesultanan demak membaginya menjadi tiga tahapan. Berurutan dimulai dari tahun 1466 buat termin pertama pembangunan. Saat pertama kali didirikan, Masjid Demak berfungsi sebagai pondok pesantren Glagah wangi nan dipimpin oleh Sunan Ampel.
Baru pada 1477, pembangunan cikal bakal Masjid Demak ini kembali dilakukan. Perubahan fungsi bangunan pun terjadi. Pada termin kedua ini, bangunan tersebut difungsikan menjadi masjid milik Kadipaten Glagahwangi Demak. Baru, satu tahun kemudian, 1478, ketika Raden Patah menjabat sebagai Sultan Demak bersama Wali Songo, masjid ini berubah menjadi Masjid Demak.
Bangunan Masjid Demak ini dibuat dengan sangat tradisional. Masih mengandalkan pilar sebagai penopang utama. Jika Anda pernah masuk ke dalam Masjid Demak, Anda niscaya akan cukup dikagetkan dengan banyaknya tiang di dalam masjid. Jumlah tiang penyangga nan dimiliki oleh Masjid Demak ini ialah 128 saka. Dengan 4 saka di antaranya ialah saka guru atau penopang utama.
Banyaknya pilar atau saka atau tiang nan menopang berdirinya Masjid Demak memang semakin membuat masjid nan satu ini istimewa. Ditambah dengan gaya arsitektur nan sangat nusantara. Dengan atap berbentuk limas nan disusun tiga, masing-masing memiliki bentuk segitiga sama kaki, Masjid Demak ini memiliki filosofi.
Berbeda dengan masjid pada umumnya nan memiliki kubah sebagai atapnya, Masjid Demak ini justru tidak. Tiga susunan pada atap Masjid Demak melambangkan tiga strata penting, yaitu taraf iman, islam dan ihsan. Bukan hanya bagian atap Masjid Demak nan jumlahnya berfilosofis, jumlah pintu Masjid Demak pun demikian.
Masjid Demak dilengkapi dengan lima pintu nan nantinya akan menghubungkan antara satu ruangan ke ruangan lainnya. Lima pintu tersebut melambangkan rukun Islam. Masjid Demak juga dilengkapi dengan ventilasi berjumlah enam nan melambangkan rukun iman. Ketika dibangun, para pendiri Masjid Demak ini seolah ingin menciptakan sebuah bangunan nan benar-benar melambangkan Islam secara keseluruhan.