Seni Tradisional Bali
Pernahkah Anda mendengar alat musik gamelan angklung ? Sepintas ini seperti penggabungan dari dua alat musik tradisional khas Jawa Tengah dan Jawa Barat. Memang seperti itulah gamelan angklung, gamelan dan angklung dipadukan dalam satu bentuk kesenian. Alat musik tradisional ini merupakan jenis kesenian tertua pada abad kesepuluh nan berasal dari Bali.
Seni Musik Gamelan Angklung
Di Kabupaten Gianyar, salah satu sentral ukiran di Bali, terdapat Desa Sidan nan secara spesifik terus melestarikan budaya angklung gamelan. Angklung gamelan sendiri bagi masyarakat Bali ialah sebagai alat musik nan sering mengiringi upacara Pitra Yadnya, yaitu upacara pembakaran mayat nan dikenal dengan istilah ‘ngaben’.
Begitu pula dengan warga Tionghoa nan tinggal di sekitar Kota Denpasar. Mereka turut menggunakan alat musik nan dimainkan secara kelompok ini dalam prosesi pemakaman mayat keluarga dan handai taulan.
Bila di Bali Selatan lebih mengenal gamelan angklung atau angklung kelentungan empat nada sebagai iringan upacara kematian dengan nada nan sedih dan menyayat hati, di Bali Utara gamelan angklung dikenal sebagai seni hiburan rakyat nan disebut angklung kebyar.
Musik Gamelan Angklung
Gamelan angklung nan memiliki lima nada biasa dimainkan berkelompok. Kelompok nan memainkannya bernama barung . Satu barung terdiri dari sebelas sampai dua puluh lima orang nan semuanya ialah seniman. Begitu banyak orang nan memainkannya dan begitu banyak pula alat musik nan harus dibunyikan, seperti jegogan, jublag, angklung bambu kocok, gong pada angklung kebyar dan kempur pada angklung kelentungan, reyong, kendang, kantilan, tawa-tawa dan pemada.
Musik nan dihasilkan dari gamelan angklung tradisional bernada melankolis. Wajar saja sebab angklung ini digunakan buat mengiringi upacara pemakaman mayat nan dibawakan tanpa tarian khas dari Pulau Dewata. Untuk angklung kebyar, barungan madya mengiringi pertunjukan drama atau sendratari dengan menggunakan gong kebyar. Gong kebyar berisi nada lelegongan , khasnya seni tari Ramayana. Gong kebyar biasa ditampilkan buat ritual atau upacara di pura.
Alat musik atau instrumen dalam gamelan angklung mengenal berbagai macam seni tabuh. Di antara seni tabuh nan sering dimainkan oleh para pemusik ialah tabuhan gong kebyar, Dongkang Menek Biu, Asep Menyan, Jaran Sirig, Pipis Samas, Glagah Katunuan, Sekar Jepun, Capung Manjus, Gowak Maling Taluh, Capung Ngumbang, Kupu-kupu Tarum, meong Megarong, Berong, Cecek Magelut dan Sekar Ulat.
Kombinasi bunyi nan tercipta dari gamelan angklung berasal dari 3 gong besar dengan 1 nan paling kecil bernama kempul, 2 jegogan nan menghasilkan suara bass, reyong berbentuk kayu panjang dengan 8 pot logam nan diikat dan dimainkan oleh 4 orang, pemada nan memberikan melodi utama, dan kantilan nan satu oktaf lebih tinggi dari pemada. Susunan instrumen gamelan angklung tergantung pada suasana atau ritual nan akan dihadirkan.
Seni Tradisional Bali
Bali memiliki kekayaan budaya nan tiada terkira. Dengan kondisi geografis nan sangat rupawan, tak salah jika Bali disebut sebagai pulau Dewata. Banyak hal menarik nan dapat kita lihat di Bali, salah satunya ialah pertunjukkan seni gamelan angklung. Tetapi apakah seni tradisional Bali hanya sebatas gamelan angklung ? Masih banyak seni tradisional Bali lainnya selain dari seni musik gamelan ini. Berikut seni tradisional khas Bali.
1. Tari Topeng
Tarian topeng ialah pertunjukan topeng sakral nan didasarkan pada legenda-legenda silsilah kehidupan; dengan wayang kulit, salah satu media tradisional kebudayaan. Serangkaian toping model nan merupakan simbol figur-figur keluarga kerajaan diatur apik dalam rangkaian tari-tarian dan diiringi oleh orkes gamelan.
2. Tarian Sakral
Tarian sakral ini berhubungan langsung dengan upacara keagamaan dimana aktivitas ini berfungsi sebagai persembahan, doa, atau upacara mengusir roh jahat. Dengan keterlibatan pemangku (pendeta dan penjaga pura desa), upacara ini merupakan sebuah bentuk interaksi dramatis dengan global spiritual serta melakukan komunikasi dengan tujuan buat mensukseskan kegiatan upacara tersebut.
3. Legong Keraton
Dalam legenda, Legong ialah tarian ilahi dari para dewa-dewa suci. Dari semua tarian klasik Bali, Legong tetap merupakan inti dari estetika dan keanggunan. Gadis-gadis eksklusif dipilih buat mewakili masyarakat sebagai penari Legong. Penari-penari ahli melakukan tarian ini dengan rasa bangga dan mereka meluangkan waktu berjam-jam membahas tema dari berbagai kelompok Legong. Legong nan paling terkenal ialah Legong Keraton, Legong dari keluarga kerajaan.
4. Calonarang
Saat nan menyeramkan pada malam pertama bulan purnama pada waktu bayangan gelap terlihat seperti hantu diatas tanah, pada saat penghuni desa berkumpul Pura Dalem buat menonton drama Calon Arang, kisah seorang janda dursila nan bernama Dirah. Setiap orang Bali mengenal cerita legenda Calonarang.
5. Barong dan Rangda
Barong ialah pelindung mistik dari desa-desa Bali. Sebagai “penguasa hutan” dengan topeng bergigi runcing dan rambut panjang, Barong ialah versus dari Rangda sang penyihir, penguasa roh kegelapan, dalam pertarungan nan tak pernah berakhir antara baik dan jahat. Dalam festival-festival Galungan Kuningan, Barong (terdapat banyak jenis barong, termasuk barongket, barong macan, dan barong bangkal) mengembara dari pintu ke pintu ( nglawang ) membersihkan daerah dari pengaruh jahat.
6. Janger
Suling dimainkan dengan nada nan memilukan, kemudian ada suara nan mengalunkan lagu aneh dengan nada tinggi ke intonasi nada nan paling tinggi nan hampir tak kedengaran. Dua gadis kemudian tampil dengan mengenakan mahkota nan sangat latif dengan tanduk nan berwarna-warni.
Mereka berjalan kedepan, agar pasangan berikutnya maju, sampai akhirnya dua belas gadis berada diatas panggung. Secara perlahan-lahan, mereka berlutut pada posisi tubuh saling berhadapan, memiringkan kepalanya dengan gerakkan bola mata mengikuti irama musik.
7. Wayang Kulit
Wayang kulit ialah pertunjukkan wayang nan biasanya dilakukan pada upacara-upacara keagamaan. Wayang ini terbuat dari kulit sapi nan telah dikeringkan dibentuk sedemikian rupa dan diwarnai. Bentuk wayang ini sinkron dengan karakter nan dimainkan. Terdapat wayang monster nan menggambarkan orang dursila dan orang baik dinyatakan dengan wayang dengan bentuk nan indah.
8. Sang Hyang Bidadari
Di Pura, dua gadis berlutut didepan anglo dengan dupa berasap. Sang pemangku memberikan persembahan kepada dewa pura, meminta konservasi buat seluruh desa selama jam upacara. Dibelakang dua gadis ini terdapat sekelompok wanita nan duduk sambil menyanyikan lagu Sanghyang, nan meminta dewa angkasa buat turun dari surga dan menari dihadapan masyarakat melalui tubuh para gadis tersebut.
9. Tari Baris
Seperti halnya Legong dengan estetika feminimnya, Baris, sebuah tarian perang tradisional, ialah tarian nan memuja keperkasaan kesatria Bali nan menang perang, para penarinya mengenakan topeng-topeng raksasa atau topeng setan nan menyeramkan, dan ceritanya diambil dari episode-episode versi Kawi dari legenda Ramayana dan Mahabharata.
Ada beberapa jenis tarian Baris nan dibedakan berdasarkan senjata nan dibawa. Yang bersifat ritual ialah Baris Gede dimana tarian menceritakan dimana para prajurit kerajaan sedang melakukan defile di kerajaan.
10. Oleg Tamulilingan
Tarian ini ialah tarian modern nan dikembangkan oleh almarhum Mario ditahun 1952, Oleg Tambulilingan telah menjadi tambahan populer pada deretan tarian nan disertakan pada pertunjukkan Legong. Awalnya tarian ini dimainkan hanya oleh satu gadis nan disebut Oleg, istilah generik nan berarti goyangan sang penari. Akhirnya, pria pun disertakan buat membuat duet, dan tarian ini kemudian mendapat tema baru nan mengilustrasikan dua tambulilingan (lebah) nan bermain-main ditaman.
11. Tarian Kecak
Berlawanan dengan kepercayaan, tarian Kecak itu sendiri tak begitu tua. Tarian ini mungkin pertama kali dilakukan ditahun 1930. Lagunya diambil dari ritual tarian Sanghyang kuno, nan sampai hari ini masih dilakukan beberapa desa. Selama tarian Sanghyang, seseorang akan berada pada kondisi tak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
12. Barong Landung
Di pulau Nusa Penida hiduplah roh jahat, Jero Gede Mecaling, sang raksasa bertaring. Raksasa ini pernah berkunjung ke Bali bersama rombongan setannya. Dia turun di Bali bagian selatan dalam wujud Barong dan menunggu di loka itu sementara kaki tangannya berpencar buat menghancurkan kehidupan.
Masyarakat kemudian mengetahui keberadaan raksasa ini dan meminta nasihat kepada rahib nan mengatakan bahwa mereka harus menciptakan Barong lain nan bentuknya seperti Jero Gede Mecaling, ini saja cukup kuat buat mengusir setan. Mereka kemudian membuat sebuah Barong nan besar dan sukses mengusir sang raksasa itu kembali ke Nusa. Sejak saat itu, Barong ini digunakan buat menyembuhkan penyakit dan mengusir roh setan.