Pakaian Adat sebagai Bukti diri Budaya
Setiap suku bangsa tentu memiliki hasil budayanya sendiri, seperti baju khas. Kali ini kita akan mengupas tentang baju Melayu , nan menjadi salah satu simbol budaya bagi suku Melayu. Indonesia merupakan salah bangsa nan sebagian besar masyarakatnya ialah keturunan suku Melayu.
Suku Melayu di Indonesia tersebar di beberapa wilayah, mulai dari Sumatera sampai Sulawesi. Meskipun memiliki rumpun nan sama, di setiap daerah nan masyarakatnya merupakan keturunan suku Melayu memiliki adat istiadat nan berbeda. Disparitas itu dapat kita lihat dalam upacara adat nan mereka anut, terutama upacara adat pernikahan.
Pakaian adat pun juga tak sama antara suku Melayu nan satu dengan nan lainnya. Namun, dari semua baju adat nan mereka kenakan, memiliki kesamaan, yaitu berupa pakaian kurung nan dikenakan dengan kain panjang atau kain tenun benang emas.
Pakaian Adat sebagai Wujud Kebudayaan
Segala hal nan dihasilkan atau diciptakan manusia dari akal dan pikirannya itu akan menghasilkan wujud kebudayaan. Kita sudah mempelajari apa saja nan termasuk ke dalam wujud kebudayaan ini, di antaranya ialah bahasa daerah, upacara adat, nilai dan kebiasaan nan dianut, sampai baju adat.
Pakaian Melayu merupakan salah satu bentuk wujud kebudayaan dari hasil cipta karsa dan rasa orang-orang Melayu. Sandang ini nan menjadi karakteristik khas dari masyarakat suku Melayu. Sebagai wujud kebudayaan, tentu saja baju adat ini tak serta merta muncul begitu saja, melainkan melalui berbagai proses di dalamnya.
Suku bangsa tentu memiliki cara atau etos nan berbeda-beda, termasuk dengan suku Melayu. Orang-orang Melayu ini mayoritas pemeluk agama Islam , oleh sebab itu ajaran agama menjadi panduan dalam kehidupan keseharian mereka. Apa nan mereka lakukan berdasarkan atau berlandaskan dengan ajaran agama Islam.
Jika dahulu sebelum Islam berkembang di Nusantara, banyak sekali nilai nan dianut oleh masyarakat nan bersifat kepercayaan. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya ritual atau mitos nan berkembang di tengah masyarakat. Ritual dan mitos ini sudah berkembang dan mengakar dalam keseharian masyarakat.
Semenjak agama Islam masuk ke Nusantara, perlahan namun niscaya kepercayaan masyarakat akan mitos dan ritual mulai ditinggalkan. Kebiasaan keseharian masyarakat pun mulai berubah menjadi lebih Islami. Proses asimilasi dan akulturasi budaya nan tak bisa dielakkan pun terjadi selama proses masuknya ajaran Islam.
Selama ini masyarakat Melayu awalnya belum mengenakan baju adat mereka, sudah menemukan pakaian Melayu nan sinkron dengan ajaran agama serta tanpa mengesampingkan tradisi budaya. Anda tahu apa baju Melayu nan dikenakan sebagian masyarakatnya? Ya tak lain dan tak bukan ialah baju kurung atau pakaian kurung.
Pakaian Adat sebagai Bukti diri Budaya
Sandang adat selain berfungsi sebagai epilog tubuh, juga berfungsi sebagai wujud kebudayaan serta bukti diri sebuah budaya. Sandang adat nan diciptakan dari hasil cipta karsa dan karya manusia ini perlahan memberikan semacam bukti diri bagu budaya setempat. Jadi, selain tradisi dan adat istiadat, baju adat juga memberikan sumbangsih sebagai bukti diri budaya.
Sama halnya dengan rumah adat, baju adat dapat dijadikan sebagai pengenal salah satu budaya atau suku bangsa. Nah, Indonesia nan mayoritas sebagai anggota dari suku bangsa Melayu pun menjadikan baju adatnya sebagai pengenalnya. Bukti diri ini sangat krusial sebab merupakan sebagai representasi dari suku bangsa nan bersangkutan.
Identitas di sini dimaksudkan sebagai satu kesatuan nan tak dapat dilepaskan dari budaya nan bersangkutan. Dengan kata lain baju adat ini sudah inheren dalam tradisi budaya masyarakat, khususnya masyarakat Melayu itu sendiri. Sebagai bukti diri tentu saja baju ini dibuat berdasarkan kebiasaan nan berlaku nan dianut oleh budaya itu, dalam hal ini budaya masyarakat Melayu.
Ada beberapa alasan mengapa baju adat ini dijadikan sebagai bukti diri budaya bagi masyarakat Melayu. Jika kita pergi ke pesta tentu saja kita akan mengenakan pakaian pesta bukan? Demikian juga halnya ketika akan pergi ke kantor atau bekerja, kita akan mengenakan pakaian kerja. Analogi ini juga berlaku pada baju adat. Untuk lebih jelasnya dapat Anda perhatikan dalam uraian berikut ini.
1. Adat Pernikahan
Pakaian adat selalu dikenakan pada saat aplikasi upacara adat. Misalnya saja upacara pernikahan . Memang buat upacara pernikahan, pasangan nan menikah memiliki baju nan khusus, namun buat modelnya ialah model pakaian kurung. Penggunaan baju adat ini harus dipatuhi oleh masyarakatnya sebagai bentuk kecintaan terhadap budayanya, serta penghargaan terhadap nenek moyangnya.
Untuk para undangan pun juga mengenakan baju adat, yaitu pakaian kurung, hanya saja tak sama dengan pengantinnya. Sandang adat nan dikenakan berupa pakaian kurung nan dipadukan dengan kain tenun berdasarkan dari tenunan khas masyarakat Melayu di seluruh Nusantara .
2. Upacara Adat Masyarakat
Setiap budaya tentu saja memiliki upacara adat nan berbeda-beda. Misalnya saja buat sebagian masyarakat Melayu nan melakukan upacara adat cukur bayi. Nah, karakteristik khas dari upacara adat cukur bayi ini dapat kita lihat dari baju adat nan mereka kenakan. Sandang nan mereka kenakan pada saat menjalankan upacara adat tentu saja berbeda dengan baju nan mereka kenakan sehari-hari.
Kekonsistenan mereka menggunakan baju adat buat segala upacara adat istiadat nan mereka anut inilah nan membuat secara otomatis menjadi sebuah bukti diri budaya mereka. Jika mengenakan baju adat ada semacam perasaan tak tahu adat nan ditujukan kepada mereka.
3. Upacara Keagamaan
Upacara keagamaan tentu saja mengenakan baju adat, tak terkecuali msyarakat suku Melayu. Misalnya saja ada peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw, atau penyambutan bulan puasa, biasanya mereka melakukan upacara keagamaan.
Selama melaksanakan upacara keagamaan ini mereka juga mengenakan pakaian kurung, hanya saja tak dipadukan dengan kain tenun. Pemakaian kain tenun spesifik buat nan menyelenggarakan atau pihak nan berpatisipasi dalam upacara keagamaannya, sementara masyarakat lainnya nan menyaksikan hanya mengenakan pakaian kurung saja dan menyesuiakan dengan tradisi.
4. Hari Raya Agama
Bila dalam peringatan upacara keagamaan mengenakan baju adat, itu artinya pada saat hari raya agama pun mereka mengenakan baju adat khasnya. Masih dengan pakaian kurung nan sama, pada umumnya mereka mengenakannya dengan pakaian muslim. Baju kurung nan sudah menyerupai pakaian muslim seakan menjadi penekanan jika pakaian tersebut ialah bukti diri budaya mereka.
Coba saja kita perhatikan pada saat seremoni hari lebaran, baik lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha kebanyakan model baju nan mereka kenakan ialah pakaian kurung. Baju kurung ini dikenalan dengan tambahan selendang panjang di selempangkan di bagian lehernya.
5. Upacara Kematian
Pada saat salah satu anggota masyarakat mereka tertimpa musibah atau ada nan meninggal dunia, mereka tetap mempertahankan tradisi mengenakan pakaian kurung. Bila di barat ketika sedang berkabung ditunjukkan dengan mengenakan baju berwarna hitam, tak begitu dengan masyarakat Melayu ini.
Mereka mengenakan pakaian kurung tetapi rona nan dominan mereka kenakan justru berwarna putih atau warna-warna nan gelap tetapi bukan berwarna hitam. Memang saat ini sudah sporadis dalam masyarakat Melayu melaksanakan upacara kematian ini. Saat ini nan mereka lakukan hanya sebatas mengunjungi keluarga nan tertimpa musibah, dan memberikan pertolongan ala kadarnya.
Berdasarkan uraian di atas semakin jelaslah bagi kita mengapa baju adat suku Melayu dijadikan sebagai bukti diri budaya. Mulai dari Norma mengenakan baju sehari-hari, cara adat pernikahan, upacara adat masyarakat, upacara keagamaan, hari raya, sampai pada saat tertimpa musibah pun mereka mengenakan pakaian Melayu.