Kebijakan Makroekonomi
Ekonomi makro atau makroekonomi berasal dari bahasa Yunani, makro prefiks nan berarti besar, dirangkaikan dengan kata ekonomi. Pengertian makroekonomi sendiri ialah cabang ilmu ekonomi nan membahas performa, struktur, kelakuan, dan pengambilan keputusan pada ekonomi secara keseluruhan.
Awal Mula dan Perkembangan Teori Makroekonomi
Terminologi “makroekonomi” berasal dari kata “makrosistem” nan diajukan oleh ahli ekonomi Norwegia, Ragnar Frisch pada 1933. Makroekonomi sendiri sebagai sebuah ilmu nan terus berkembang dan makroekonomi nan dipelajari sekarang merupakan klimaks dari proses perkembangan itu.
Secara tradisi, ada dua cara pendekatan dalam makroekonomi dan ekonomi secara umum, yaitu Ekonomi Keynesian (mengacu pada teori ekonomi nan dikembangkan oleh John Maynard Keynes) nan berfokus pada permintaan dan ekonomi neoklasik nan berdasar pada ekspektasi rasional dan efisiensi pasar.
Keynes berpendapat bahwa siklus bisnis nan berfluktuasi harus dikurangi melalui kebijakan fiskal (pemerintah ikut berperan atau mengurangi perannya bergantung pada situasi nan dihadapi) dan kebijakan moneter.
Kelompok Neo-Keynesian mengombinasikan pendapat Keynes ini dengan beberapa elemen neoklasik menghasilkan pondasi bagi mikroekonomi dengan menunjukkan bagaimana pasar nan tak paripurna dapat menyesuaikan diri dengan permintaan manajemen.
Ekonomi klasik lebih fokus pada kebijakan moneter, seperti suku kembang dan peredaran uang. Ekonomi neo-klasik berdasarkan pada ekspektasi rasional nan berarti pilihan dibuat secara optimal berdasarkan waktu dan ketidakpastian dan semua pasar kliring.
Makroekonomi ini meliputi ekonomi nasional, kawasan, atau ekonomi global secara global. Disandingkan dengan mikroekonomi, makroekonomi ialah dua bidang paling generik dalam ekonomi.
Makroekonomi mempelajari indikator agregat seperti PDB (Produk Domestik Bruto), taraf pengangguran, dan indeks harga buat memahami bagaimana kondisi fungsi ekonomi secara keselurahan.
Makroekonomi mengembangkan model nan mampu menjelaskan interaksi antara pemasukan nasional, pengeluaran, konsumsi, pengangguran, inflasi, tabungan, investasi, perdagangan internasional, dan keuangan internasional.
Makroekonomi sangat berbeda dengan mikroekonomi. Mikroekonomi secara generik fokus pada kepentingan individual seperti perusahaan dan konsumen, dan bagaimana konduite mereka menentukan harga dan jumlah barang dalam pasar nan spesifik.
Ada dua area nan jadi objek penelitian dalam makroekonomi, yaitu mencoba buat memahami penyebab dan konsekuensi dari fluktuasi pendapatan nasional dalam jangka pendek (siklus bisnis) dan mencoba buat memahami penentu pertumbuhan ekonomi jangka panjang (peningkatan pendapatan nasional).
Model makroekonomi dan prakiraannya digunakan oleh pemerintahan dan perusahaan besar buat membantu pengembangan dan pengevaluasian kebijakan ekomomi dan taktik bisnis.
Sistem Ekonomi Global
Ekonomi berasal dari kata “oikos” dan “nomos”. Arti ekonomi ialah kegiatan-kegiatan nan dilakukan buat memenuhi kebutuhan hidup. Adapun kegiatan ekonomi dibagi menjadi tiga, yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi.
Untuk mengatur ketiga jenis kegiatan ekonomi tersebut, diperlukan sebuah sistem, yaitu sistem ekonomi. Dengan adanya sistem, kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan teratur.
Adapun sistem ekonomi global, pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga juga, yaitu sistem kapitalis, sosialis, dan campuran. Sistem ekonomi kapitalis berprinsip bahwa warga negara memiliki hak seluas-luasnya buat melakukan kegiatan ekonomi tanpa campur tangan pemerintah.
Sebaliknya sistem ekonomi sosialis ialah sistem ekonomi nan terpusat pada pemerintah dan rakyat tidak memiliki hak sama sekali dalam hal kepemilikan aset negara. Terakhir sistem ekonomi campuran ialah kombinasi antara kapitalis dan sosialis.
Sebelum kita menjawab, mana sistem ekonomi dunia nan berlaku sekarang, maka mari kita cermati kegiatan ekonomi pada masa sekarang ini. Sebagian besar kegiatan ekonomi nan dilakukan ialah condong pada kapitalis. Apa ciri-cirinya?
Salah satunya ialah pihak partikelir dibebaskan buat memekarkan usahanya seluas-luasnya tanpa dibatasi. Dalam artian lain juga berarti pihak nan bermodal dapat melakukan apa saja, atau dapat berarti uang ialah segalanya.
Lihat saja pada zaman sekarang ini, bukankah nan menguasai global memang orang-orang nan memiliki kapital nan besar. Bukankah nan kaya semakin kaya dan nan miskin semakin miskin. Itulah salah satu sisi kejam dari sistem ekonomi dunia nan kapitalis.
Ciri lain dari sistem ekonomi dunia nan mengarah ke kapitalis ialah pendayagunaan sebesar-besarnya pada sumber daya alam tanpa memikirkan imbas jangka panjang. Satu hal nan hanya menjadi pemikiran kaum kapitalis, yaitu untung, untung, dan untung. Tak ada nan lain.
Sistem ekonomi dunia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Mulai dari sistem ekonomi tradisional, modern, hingga kapitalis seperti sekarang. Perkembangan sistem ekonomi dunia tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan pola pikir manusia.
Semakin lama, manusia cenderung semakin ingin bebas dan tak mau dikekang keinginannya. Begitu pula dengan kegiatan ekonomi nan mereka lakukan. Mereka semakin ingin terlepas dari aturan-aturan nan selama ini diberlakukan pemerintah.
Oleh karena itu, sistem ekonomi kapitalis mengalami perkembangan nan cukup pesat. Saat ini, hampir negara-negara di seluruh global menggunakan sistem ekonomi kapitalis. Sekalipun negara tersebut mengatakan bahwa sistem ekonominya ialah campuran, namun pada kenyataannya ialah kapitalis.
Jadi, bila ada orang nan bertanya, sistem ekonomi apakah nan dipakai global saat ini? Jawabannya memang sistem ekonomi kapitalis. Yang kuat akan semakin kuat, sedangkan nan lemah akan semakin lemah. Sungguh ironi.
Kebijakan Makroekonomi
Beberapa masalah perekonomian nan masih saja muncul di Indonesia ialah kondisi infrastruktur perekonomian, angka pengangguran nan tinggi, tingginya inflasi, belum maksimalnya FDI ke Indonesia, belum maksimalnya peranan APBN sebagai stimulus ekonomi, dan masalah perekonomian di Indonesia nan lainnya.
Masalah perekonomian di Indonesia nan sempat terjadi bukan hanya masalah deflasi dan inflasi. Sektor ekonomi riil, seperti industri rumah tangga, pangan, maupun jasa, pun terkadang masih mengalami kendala hingga saat ini sehingga masalah perekonomian nan ada di Indonesia belum tuntas sepenuhnya.
Jika kita mau menghubungkan masalah perekonomian Indonesia dengan pengangguran dan kemiskinan, tentu kondisi ekonomi Indonesia masih jauh disebut stabil. Usaha pemerintah buat memenuhi kebutuhan pokok pun seringkali mengalami kendala.
Alhasil, kita harus berulang-ulang mengimpor beras atau gandum dari negara lain. Output pertanian kita sampai sekarang masih belum cukup buat memenuhi kebutuhan pokok dalam negeri. Inilah salah satu masalah perekonomian di Indonesia.
Kita pernah punya cerita manis dan membanggakan soal ketahanan pangan Indonesia. Ketika Sutan Sjahrir menjadi perdana menteri, Indonesia pernah memberikan donasi beras kepada India sebanyak 2.000 ton. Prestasi nan sangat luar biasa di saat republik baru seumur jagung.
Namun, bagaimana dengan masalah perekonomian di Indonesia sekarang? India kini telah menjadi bagian dari kekuatan ekonomi Asia nan sangat diperhitungkan, di samping Cina dan Jepang.
Masalah-masalah perekonomian tersebut dijadikan sasaran program ekonomi pemerintah dan membuat kebijakan ekonomi. Untuk menghindari guncangan ekonomi utama, seperti depresi besar, pemerintah melakukan penyesuaian-penyesuaian melalui perubahan kebijakan nan diharapkan dapat memberikan kestabilan ekonomi.
Pemerintah percaya bahwa keberhasilan melakukan penyesuaian dibutuhkan buat menjaga stabilitas dan melanjutkan pertumbuhan ekonomi. Manajemen ekonomi ini dicapai melalui dua tipe taktik pemerintahan, yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Berikut kebijakan pemerintah berkaitan dengan masalah perekonimian di Indonesia.
1. Iklim Investasi
Iklim investasi ialah salah satu masalah perekonomian nan terjadi di Indonesia nan harus dibenahi. Nilai FDI nan masuk ke negara kita masih rendah sekali, yaitu sekitar 0,66 persen terhadap FDI dunia, sedangkan terhadap FDI Amerika Perkumpulan sebesar 5,18 persen.
Meskipun begitu, masuknya FDI ke Indonesia beberapa tahun lalu dinilai lebih baik dari pada masalah perekonomian di Indonesia memuncak, yaitu krisis ekonomi pada 1997.
Simpulannya ialah realisasi FDI ke Indonesia akan lebih meningkat jika dua faktor primer buat masuknya FDI diperbaiki, yakni kondisi infrastruktur dan masalah birokrasi nan bertele-tele. Dengan cara itu, masalah perekonomian nan terjadi di Indonesia bisa diatasi.
2. Kebijakan Sumber Daya Alam, Lingkungan, dan Pertanian
Pengelolaan sumber daya alam, lingkungan, dan pertanian nan kurang baik juga menjadi masalah perekonomian Indonesia secara tak langsung. Indonesia sangat beruntung mempunyai sumber daya alam melimpah, mulai dari bahan tambang, hutan, pertanian, hasil laut, dan lain-lain.
Oleh sebab itu, sumber daya alam ini harus dikelola dengan cara nan tepat sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan tentunya meminimalkan masalah perekonomian nan ada di Indonesia.
Ekonomi Makro memang sangat luas cakupannya, begitu pun masalah nan ditimbulkannya luas juga. Semoga saja, dengan adanya kebijakan dari pemerintah mengenai ekonomi makro, negara ini akan sejahtera.