Teori Komunikasi Massa
Ilmu komunikasi merupakan cabang ilmu nan menitikberatkan fokus pada peristiwa-peristiwa komunikasi nan terjadi antarmanusia. Komunikasi pun semakin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dewasa ini kita juga mengenal istilah komunikasi massa serta teori-teori komunikasi massa nan juga turut berkembang. Selain dari komunikasi massa ada juga komunikasi antarbudaya nan berfokus pada komunikasi nan terjadi pada beberapa budaya nan berbeda atau lintas budaya. Di dalam komunikasi antarbudaya pun ada teori-teori komunikasi antarbudaya nan dapat digunakan dalam analisis komunikasi antarbudaya.
Teori Komunikasi Antarbudaya
Untuk membantu penelitian dalam bidang komunikasi antarbudaya, ada beberapa teori nan mendukung. Dalam pembahasan ini akan dibahas tiga teori nan dapat digunakan sebagai pendekatan dalam penelitian komunikasi antarbudaya. Teori-teori komunikasi antarbudaya tersebut ialah teori analisis kebudayaan implisit, teori analisis kaidah peran, dan teori analisis hubungan antarbudaya.
1. Teori Analisis Kebudayaan Implisit
Kebudayaan tersirat merupakan kebudayaan nan sifatnya tak berbentuk benda atau sesuatu nan bukan berbentuk materi tetapi masuk ke dalam kehidupan masyarakat serta ke dalam norma-norma budaya, salah satu nan termasuk ke dalam kebudayaan tersirat ialah bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi nan digunakan oleh manusia guna mengungkapkan pikiran, gagasan, pengalaman, dan pandangannya masing-masing terhadap tentang global dan kehidupan. Bahasa menjadi pengantar komunikasi guna mempertahankan interaksi setiap pribadi penggunanya baik dengan sesama maupun dengan segala sesuatu di global ini. Bahasa juga mempermudah segala proses nan terjadi dalam setiap bidang.
Di dalam bahasa ada simbol-simbol verbal nan biasa disebut dengan kode-kode sosio-linguistik. Kode-kode sosio-linguistik ini memiliki interaksi timbal balik dengan kebudayaan. Fungsinya nan dapat menjadi ciri dari masyarakat dengan budaya bahasa lisan, menjadikannya bagian dari kebudayaan dan juga dipengaruhi oleh kebudayaan itu sendiri. Pengaruh kebudayaa ini menjadikan kode-kode linguistik ini sebuah bahasa verbal.
2. Teori Analisis Kaidah Peran
Di dalam teori analisis kaidah peran, titik pokok dari pembahasan ini ialah kaidah peran itu sendiri. Konsep generik dari kaidah peran seperti nan dituturkan oleh Rom Harre dalam Pierce, 1976 ialah “Bahwa setiap peran manusia mempunyai “kaidah peran” eksklusif sehingga satu peran akan diikuti oleh peran lain, satu konduite akan diikuti oleh konduite lain.”
3. Teori Analisis Hubungan Antarbudaya
Di dalam teori hubungan antarbudaya biasanya ada beberapa pendekatan nan digunakan. Pendekatan-pendekatan tersebut ialah sebagai berikut.
a. Pendekatan jaringan metateoritikal
Teori ini lebih memfokuskan pada bagaimana sebuah pribadi tetap mempertahankan swatantra pribadinya dengan kebutuhan dan ketergantungannya terhadap orang lain atau pribadi lain.
Hubungannya dengan komunikasi antarbudaya ialah tentang bagaimana sebuah nilai kebudayaan memiliki pengaruh terhadap swatantra pribadi maupun hubungannya dengan orang lain dalam rangka mempertahankan interaksi dengan orang lain.
b. Pendekatan psikologi humanistik
Teori ini lebih menekankan pada sikap terbuka dari seorang pribadi. Seseorang apabila berusaha buat terbuka pada orang lain atau lingkungan masyarakatnya maka akan memudahkannya buat berbaur, mengenal sesama, serta lebih dikenal oleh orang lain.
c. Pendekatan adaptif
Teori ini lebih menekankan bahwa setiap pribadi memiliki kemampuan buat melakukan adaptasi dengan pribadi lain atau orang lain. Ada dua pilihan nan dapat dilakukan dalam adaptasi antarpribadi dan antarbudaya yaitu (1) pilihan buat mengadaptasi nilai dan kebiasaan nan mendukung interaksi antarpribadi, dan (2) pilihan buat mengadaptasi nilai dan kebiasaan nan tak mendukung interaksi antarpribadi.
d. Pendekatan etnografi dan pelukisan kaidah peran
Hampir sama dengan pendekatan metateoritikal, teori ini lebih mengacu kepada swatantra pribadi serta ketergantungan antarpribadi. Dalam teori ini terlebih hubungannya dengan komunikasi antarbudaya ialah sejauh mana kebiasaan dari sebuah kelompok etnis memberikan kesempatan dan peluang bagi setiap pribadi buat bisa membentuk swatantra pribadi serta ketergantungan antarpribadi.
e. Teori pertukaran
Teori ini lebih menekankan pada sebuah interaksi antarpribadi nan dapat saja diteruskan ataupun dihentikan. Maksudnya, setiap interaksi antarpribadi itu tak selalu berjalan dengan baik. Ketika sebuah interaksi antarpribadi terus memberikan akibat positif baik bagi satu pihak atau bagi setiap pihak, maka interaksi antarpribadi itu kemungkinan buat diteruskan cukup besar. Ketika interaksi antarpribadi justru lebih banyak berdampak negatif dan kurang baik maka interaksi tersebut dapat saja dihentikan.
Begitu pula bila dihubungkan dengan komunikasi antarbudaya. Tentunya interaksi antarpribadi nan baik akan berdampak juga pada interaksi antarbudaya, terlebih jika pribadi-pribadi tersebut berasal dari latar budaya nan berbeda.
f. Teori pengurangan taraf ketidakpuasan
Teori ini menekankan kepada fungsi komunikasi nan dapat digunakan buat mencari informasi buat mengurangi taraf ketidakpuasan antarpribadi. Teori ini pun banyak bermanfaat dalam penelitian nan hubungannya lekat dengan interaksi antarbudaya.
g. Pendekatan Manajemen Koordinasi Makna
Pada teori ini muncul sebuah anggapan bahwa tindakan akan menghasilkan konteks dan konteks menghasilakn tindakan. Di dalam pendekatan manajemen koordinasi makna ada lima taraf dari konteks. Kelimat taraf konteks tersebut ialah (1) konteks konduite verbal dan nonverbal, (2) konteks aktivitas komunikasi verbal, (3) konteks episode, (4) konteks relationship, (5) konteks life scripting, dan (6) konteks pola-pola budaya.
Teori Komunikasi Massa
Di dalam komunikasi massa pun ada beberapa teori nan dapat dipilih buat menjadi jalan memecahkan persoalan dalam komunikasi massa. Teori-teori komunikasi massa tersebut ialah sebagai berikut.
1. Teori Pengaruh Tradisi
Individu-individu dipercaya mendapat pengaruhi langsung dan secara besar oleh pesan media, sebab media dianggap berkuasa dalam membentuk opini publik.
2. Uses, Gratifications, and Depedency
Dalam teori ini penekanan lebih diarahkan pada pilihan masyarakat. Apa nan ditampilkan oleh media tak lagi menjadi keharusan buat dilakukan juga oleh masyarakat penggunanya. Masyarakat bebas menentukan apakah akan percaya atau menggunakan apa nan ditampilkan oleh media. Masyarakat memiliki pilihan sendiri dan memutuskan sendiri.
3. Teori Pengaharapan Nilai
Teori ini lebih menekankan pada sikap masyarakat terhadap apa nan ditampilkan oleh media. Masyarakat mencari kepuasan dari media bergantung dari sikap masyarakat terhadap media itu sendiri. Bergantung dari kepercayaan masyarakat terhadap apa nan ditampilkan oleh media, apakah masyarakat percaya dan menyukainya atau justru sebaliknya.
4. Teori Ketergantungan
Teori ini lebih menekankan pada ketergantungan masyarakat akan apa nan ditampilkan oleh media. Hal tersebut dikarenakan media mampu memberikan apa nan dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga masyarakat menjadi sangat tergantung pada apa nan ditampilkan atau ditawarkan oleh media.
Ketergantungan akan media sebenarnya tak berarti masyarakat memiliki ketergantungan nan sama terhadap semua media. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam dua uraian berikut.
a. Masyarakat akan lebih bergantung kepada media nan dapat memenuhi segala kebutuhannya dibandingkan media nan hanya dapat memenuhi sebagian kebutuhannya saja. Artinya, hanya satu atau beberapa media saja nan dapat menyebabkan masyarakat merasakan ketergantungan.
b. Kondisi sosial dari masyarakat itu sendiri. Kondisi sosial akan memengaruhi ketergantungan masyarakat akan beberapa media tetapi tak berdasarkan pada sumber media tersebut.
Sekilas mengenai teori-teori komunikasi massa dan antarbudaya tersebut diharapkan dapat memberikan citra generik mengenai teori nan berhubungan dengan kedua jenis komunikasi tersebut. Berbagai jenis komunikasi lainnya juga menarik buat diketahui dan dipelajari, begitu juga dengan teori-teori pendukungnya. Tidak ada salahnya buat lebih mengenal ilmu komunikasi.
Selain dari artikel-artikel nan membahas tentang ilmu komunikasi , banyak buku nan beredar di pasaran nan membahas ilmu komunikasi mulai dari pembahasan generik sampai pembahasan nan lebih bersifat khusus.