Upaya Membuat Pelacur Insyaf
Indonesia merupakan sebuah negara nan sebagian besar masyarakatnya masih menjunjung nilai-nilai ketimuran. Hal tabu di negara ini masih cukup banyak. Adat istiadat serta peraturan kebudayaan dan agama nan tak tertulis juga masih sering ditemui. Masyarakat Indonesia seperti berusaha buat melestarikan nilai-nilai kebudayaan serta adat-adat baik tersebut. Harus diakui dalam kehidupan sehari-hari, pelacuran ialah salah satu hal yag dianggap sebagai sampah masyarakat atau penyakit masyarakat. Terlebih jika kita membicarakan tentang pelaku bisnis ereksi tersebut. Pelacur selaku tokoh dibalik berjalannya bisnis “gelap” sangat tak dapat lepas dari pencitraan jelek masyarakat.
Pelacur – Sampah Masyarakat, Abu Neraka
Keidentikan pelacur dengan gambaran jelek tak lain sebab nilai-nilai baik di dalam kehidupan bermasyarakat nan mereka langgar. Pelacur dinilai telah melanggar kebiasaan agama, adat, dan batasan ketimuran nan menjadi bukti diri negara Indonesia. Hal-hal dan peraturan-peraturan fundamental itulah nan menjadi alasan buruknya gambaran pelacur di masyarakat.
Pelacur juga dianggap sebagai pembawa penyakit seksual di lingkungan masyarakat. Beban sosial para pelacur bertambah ketika mereka juga dianggap sebagai wanita perebut dan perusak rumah tangga, dan penghancur prestise para wanita. Pelacur selalu identik dengan satu jenis kelamin, yaitu wanita. Keadaan nan sangat tak adil, tapi memang fenomena nan terjadi ialah demikian.
Wanita dan lelaki nan melakukan kenikmatan pembawa sengsara di global dan di akhirat ini memang merupakan orang-orang nan tidak mampu bertahan dalam tatanan kehidupan nan memang tak mudah. Tak ada satu hal nan baik nan dapat didapatkan dari melacurkan diri. Walau apapun alasannya, menjual tubuh demi rupiah itu haram hukumnya. Saat seseorang berusaha menghindari diri dari perbuatan nista itu, maka pertolongan Tuhan sesungguhnya sangat dekat.
Bukti pertolongan itu sangat dekat ialah ketika ada seorang wanita nan terjebak dalam perzinahan dan lalu ia bertaubat dan meminta kepada Tuhannya buat mempertemukan ia dengan lelaki nan baik, dengan kesabaran dan ketawakalannya, sang wanita tidak harus ke luar rumah dan menjajakan dirinya. Laki-laki nan baik itu datang menghampirinya dan menikahi dirinya. Ketika taubat telah dilakukan dan tak melakukan perbuatan dosa itu lagi, saat itulah perjalanan menuju arah kebaikan itu telah dimulai. Hati mulai tenang dan jiwa mulai lebih mudah buat beribadah.
Semua hal nan dahulunya begitu mudah dilakukan, seperti membuka aurat di depan laki-laki nan tak dikenal sama sekali nan krusial laki-laki itu mau memberi uang, tak mampu lagi dilakukannya. Ia merasa segan dan tidak kuasa membukakan auratnya di depan orang-orang nan bukan muhrimnya. Perasaan itu tumbuh seiring dengan semakin seringnya air mata taubatnya mengalir di pipinya. Kesederhaan hayati dengan hanya berharap kepada Allah Swt semata tidak lagi membuatnya silau dengan gemerlap dunia.
Perasaan cukup dan syukur telah membuatnya menikmati setiap penghasilan dari suaminya walaupun tak banyak dan ia tidak dapat lagi hayati sedikit bermewah seperti ketika ia masih menjalankan pekerjaan hinanya. Herannya ialah ia merasa bahagia. Ia hormati suaminya dengan penuh keikhlasan. Ia hargai dan layani suaminya setulus hati. Ia dengarkan kata-kata suaminya. Ia senang berdiri di belakang suaminya disetiap sholat nan mereka tegakkan. Ia bahagia ketika mengamini doa-doa suaminya. Ia sangat senang ketika bergayut dilengan kokoh suaminya menyusuri jalanan tepi sungai dekat rumahnya nan sederhana namun penuh keasrian dan penuh dengan cinta.
Kehidupan nan sederhana itu telah membukakan hatinya bahwa ketika penyerahan diri secara total kepada takdir nan telah ditentukan, akan membawa kebahagiaan tanpa harus cemburu dengan kehidupan orang lain. Harta nan halal nan diberikan oleh suaminya telah membuat hati keduanya lapang dan tenang menjalani hayati walaupun tidak harus sampai keliling Eropa. Jadi kalau para pelacur itu akan bertaubat dan benar-benar bertaubat sebab Allah Swt semata, pertolongan Allah Swt itu sangat dekat dan sangat banyak.
Biarkan dahulu orang-orang mencibir ketika tahu adanya perubahan. Lambat laun, global akan melihat bahwa orang nan dahulunya tersesat itu telah kembali ke jalan nan sahih dan dengan tawadhunya menyerahkan urusan dunianya kepada Tuhannya. Ilmu nan semakin bertambah akan membuatnya merasa semakin dekat dengan Tuhannya. Ini ialah janji Tuhan bahwa kalau manusia merasa dekat dengannya makan Ia akan dekat. Umat-Nya berjalan menghampirinya, Tuhan akan berlari menyambutnya. Segeralah bertaubat dan raihlah kemenangan hayati dengan lebih berbakti kepada Tuhan.
Pelacur dan Pelacuran di Indonesia
Pelacuran ialah bisnis nan tak pernah sepi peminat. Bisnis ini ialah kenyataan sosial nan akan terus ada dan bergulir mengikuti arus zaman. Permasalahan ekonomi merupakan alasan fundamental dari bisnis apapun. Perut lapar dan semua nan tak perdeo menjadi alasan prioritas mengapa bisnis ini masih banyak digeluti.
Pelacuran di Indonesia bukan hal nan baru. Pelacuran sudah ada sejak zaman penjajahan dulu. Sejak Jakarta masih bernama Batavia. Saat pelabuhan Batavia merupakan pelabuhan dagang internasional. Maraknya transaksi jual beli, kegiatan ekspor-impor nan dilakukan oleh pihak pendatang secara otomatis ikut serta meramaikan pelabuhan tersebut.
Banyaknya pihak-pihak nan datang dari berbagai negara tersebut memicu hadirnya bisnis prostitusi di Indonesia. Kebutuhan ereksi para pelaku bisnis jual beli mau tak mau harus dipenuhi, dan kesempatan itulah nan digunakan oleh para pelaku bisnis prostitusi buat mulai membuka usahanya.
Bisnis prostitusi di Jakarta berlanjut hingga zaman penjajahan Belanda. Hal ini disebabkan sebab jumlah wanita Eropa dan Cina lebih sedikit dibanding dengan prianya. Sebuah alasan fundamental nan manusiawi.
Saat itu prostitusi di Indonesia khususnya nan terjadi di Jakarta berpusat di daerah Jakarta Pusat tepatnya di kawasan Macao Po. Dari kawasan ini, prostitusi di Jakarta terus berkembang dan menyebar di daerah-daerah lain. Tempat-tempat pelacuran bersaing dan saling menggantikan, terus berkembang tak pernah sepi.
Selain sebab jumlah wanita nan lebih sedikit daripada pria, masalah kemiskinan juga menjadi pemikat banyaknya wanita buat terjun ke global prostitusi. Kemiskinan merupakan keadaan nan tak dapat dipisahkan dari keadaan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, bahkan hingga kini. Alasan kemiskinan juga menjadi alasan abadi mengapa bisnis prostitusi masih marak hingga kini.
Para pelacur seolah merasa kondusif jika berada di balik alasan tersebut. Seolah melupakan bahwa uang dapat dicari dengan cara lain nan lebih halal dan berderajat lebih tinggi. Kemudahan melakukan bisnis ini juga menjadi alasan berikutnya mengapa bisnis prostitusi banyak diminati.
Kasarnya, para wanita itu hanya cukup bermodalkan tubuh seksi, dandanan menarik, dan rasa malu nan harus sudah lebih dulu dikikis habis.
Upaya Membuat Pelacur Insyaf
Bukannya belum ada upaya buat membuat para wanita dan laki-laki penjaja cinta itu insyaf dan tak lagi melakukan hal nan sangat merendahkan harkat dan martabatnya sendiri itu. Namun, memang bukan satu hal nan mudah menghapuskan pekerjaan nan paling tua di muka bumi ini. Permintaan ada dan sangat tinggi. Itulah mengapa walaupun banyak saingan, para penjaja tubuh itu terus saja bertahan dengan pekerjaan nan berlumurkan noda dosa itu.
Mereka seolah merasa kalau apa nan mereka lakukan ialah satu takdir nan harus dijalani. Padahal takdir itu selalu latif dan tidak mungkin menjerumuskan manusia ke jalan nan sesat. Hanya mungkin saja hati mereka telah membatu dan menjadi hitam sebab mereka tidak mampu membuka hati buat lebih melihat global nan putih dna latif tanpa melakukan perbuatan zinah.
Penutupan dan penangkapan para wanita dan laki-laki berhati hitam itu telah sering dilakukan. Tetapi mereka seolah mempunyai loka baru dan gaya baru buat menjual dirinya. Mereka dapat saja bertransaksi di banyak hotel dan karaoke. Yang membuat heran ialah betapa begitu mudahnya para konsumen mereka mengeluarkan uang jutaan rupiah hanya buat mendapatkan kenikmatan sesaat. Padahal uang jutaan rupiah itu hanya buat pelayanan selama kurang dari satu atau dua jam saja. Setan niscaya ialah penunggang mereka sehingga mereka merasakan nikmat nan luar biasa dari bergoyang bersama dosa.
Pelacuran nan semakin marak ini ialah akibat dari kekaburan pendidikan nan baik nan harusnya ada di setiap keluarga. Betapa hancur hati orangtua nan mengetahui kalau anaknya hayati dari harta nan didapatkan dari menjajakan diri. Betapa hancur juga hati orangtua kalau mengetahui anaknya membelanjakan uang jutaan rupiah nan didapatkan dengan susah payah buat membayar seorang pelacur.