AMDAL di Indonesia

AMDAL di Indonesia

Apakah Anda tahu bagaimana analisis mengenai akibat lingkungan (AMDAL)? Pembangunan buat suatu Negara ialah penting, namun di sisi lain pembangunan memakan korban. Hal nan paling mencolok tentunya akibat nan diberikannya terhadap lingkungan.

Pembangunan identik dengan bertumbuhnya industrI di sana-sini, pengerukan sumber daya alam buat memperkaya negara, pendirian pusat-pusat perdagangan, jalan raya, dan pasar. Kesejahteraan rakyat bertumpu pada pembangunan. Semakin pesat pembangunan semakin terjamin kehidupan rakyatnya.

Pembangunan selain mempunyai sisi positif juga terdapat sisi negatifnya. Di Negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika telah merasakan dua sisi mata uang akibat pembangunan . Mereka mampu menyejahterakan rakyatnya namun harus menanggung konsekuensi korban dari pembangunan yaitu rusaknya lingkungan.

Pada tahun 1950 kota Los Angeles telah tertutup polusi dampak asap kendaraan bermotor. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di jalan. Polusi ini mengakibatkan sebagian besar masyarakat Los Angeles terkena gangguan pernafasan.

Pada tahun 1959 di Jepang muncul penyakit Minamata nan diberi nama sinkron dengan loka pertama kali penyakit ini muncul. Penduduk Teluk Minamata, pulau Kyusu, terjangkiti suatu penyakit aneh nan berujung pada kematian. Sebenarnya penyakit ini tak menular, hanya saja menjangkiti penduduk secara serempak.

Pada mulanya para penduduk mengalami gejala-gejala neurologis semacam otak melemah, gangguan pada panca indera terutama pada mata, kelumpuhan dan banyak nan berujung pada kematian.

Setelah ditelusuri para penduduk ini terkena racun metilmerkuri nan terkandung dari ikan nan mereka konsumsi. Zat metilmerkuri ini berasal dari buangan limbah pabrik plastiK dan pabrik kimia.

Apa nan terjadi di Jepang tidak berhenti pada kasus Minamata. Penyakit nan serupa juga mewabah pada tahun 1964-1965 di Nigata. Penyakit ini juga diakibatkan oleh konsumsi ikan nan sudah terkontaminasi zat-zat beracun hasil limbah.

Di Nikata mengalir sungai Agano nan terkenal sebagai buangan limbah buat pabrik-pabrik alat listrik. Hal nan sama terulang lagi di tahun 1973 di Goshonoura.

Kerusakan terhadap lingkungan sangat berimbas pada manusia karena manusia ialah bagian dari lingkungan hidup. Manusia dapat membentuk lingkungan hayati dan sebaliknya lingkungan hayati mampu membentuk manusia. Inilah nan disebut lingkaran ekologi dan manusia tidak dapat lepas dari lingkaran ini.

Fenomena-fenomena nan diakibatkan oleh kerusakan lingkungan ini menguras perhatian berbagai pihak. Pada dasarnya pembangunan mau tidak mau telah mempunyai peran besar terhadap kerusakan lingkungan nan berimbas pada keselamatan manusia.

Maka pada tahun 1969 lahirnya sebuah konsep mengenai analisis akibat lingkungan di Amrika Perkumpulan nan diberi nama NEPA (National Environment Policy Act). Sejak tahun inilah mulai muncul gerakan-gerakan anti-pembangunan dan anti-tehnologi di Negara-negara maju.

Mereka meyakini bahwa pembangunan ialah satu-satunya factor nan justru mengancam keselamatan manusia. Pembangunan diyakini sebagai biang keladi munculnya penyakit-penyakit baru nan berbahaya dan rusaknya alam.



AMDAL di Indonesia

Indonesia merupakan Negara berkembang dengan taraf ekonomi masyarakat nan tergolong rendah. Biar bagaimanapun Indonesia masih membutuhkan pembangunan. Bagaimana Indonesia dapat menyejahterakan penduduknya jika pembangunan macet? Kondisi di Indonesia dengan Negara maju tentunya berbeda.

Tingkat pendidikan nan rendah, pengangguran nan tinggi, terjadinya kekurangan bahan makanan, ialah faKtor-faktor kenapa pembangunan di Indonesia harus digenjot terus-menerus.

Meski begitu pembangunan nan dibutuhkan oleh Indonesia bukan pembangunan nan sembarangan, asal bangun sana bangun sini. Pembangunan nan diterapkan adalan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Sumber daya alam di Indonesia tak dapat dihabiskan buat satu generasi saja namun diusahakan dapat dinikmati oleh generas-generasi berikutnya. Jika pembangunan dilakukan tanpa memerhatikan lingkungan tentunya generasi mendatang tak dapat menikmati apa nan sudah dinikmati oleh generasi sebelumnya. Untuk itulah pembangunan harus berkelanjutan artinya berwawasan ke depan.

Oleh sebab itu setiap rencana-rencana nan bertujuan buat membangun Negara memerlukan AMDAL jika tak akan menimbulkan masalah-masalah seperti: kemasyarakatan, pencemaran air, tanah, dan udara, kerusakan pesisir dan laut, kerusakan hutan dan lahan, permasalahan lingkungan perkotaan.

Di Indonesia Analisis Mengenai Akibat Lingkungan (AMDAL ) sudah masuk dalam aplikasi perundang-undangan yaitu peraturan pemerintah nomer no 27 tahun 1999. Meski sudah masuk dalam peraturan pemerintah namun posisi AMDA belum cukup jelas di Indonesia. Pada dasaranya AMDAL bukanlah alat buat menghambat pembangunan.

AMDAL ialah sebuah alat buat mencegah kerusakan lingkungan akan planning suatu pembangunan. Dalam teorinya AMDAL digunakan sebagai alat penarik keputusan apakah proyek pembangunan itu dapat dilanjutkan atau tidak. Meski begitu AMDAL bukanlah syarat absolut sebuah pembangunan.

AMDAL bersifat sebagai masukan. Jika memang pembangunan itu memang harus dilakukan pemerintah dapat mengetahui akibat apa nantinya nan mungkin terjadi sehingga mampu mengambil tindakan-tindakan preventif. Kegiatan nan harus dilengkapi dengan AMDAL antara lain:

  1. Penerapan teknologi nan diduga berpengaruh besar terhadap lingkungan.
  2. Pembuatan dan penggunaan bahan hidup dan non hayati.
  3. Perubahan bentuk alam atau huma misalnya pembuatan jalan tol.
  4. Pembukaan hutan.
  5. Pembangunan jalan kereya api, pendayagunaan sumder daya alam.
  6. Kegiatan nan diindikasi menyebabkan pemborosan sumber daya alam dan energi.
  7. Proses pembangunan nan hasilnya mengancam keselamatan penduduk misalnya pembangunan energi nuklir, adanya penelitian dan pengembangbiakan hewan dan tumbuhan nan justru akan mengancam hewan atau tumbuhan lain serta menimbulkan penyakit baru.

Seharusnya AMDAL mampu berperan sebagai hukum nan mengatur lingkungan namun penerapannya di Indonesia masih terhalang banyak kendala. Hal ini dikarenakan AMDAL di Indonesia masih memiliki banyak kelemahan antara lain :

  1. Tidak ada kejelasan dan patokan mengenai metode-metode penyusunan AMDAL.
  2. Lemahnya penerapan studi AMDAL.
  3. Partisipasi masyarakat nan diabaikan.
  4. AMDAL belum masuk dalam proses perijinan suatu planning pembangunan sehingga belum dapat menjadi alat keputusan nan jelas apakah proyek itu boleh berjalan atau tidak.

Peranan AMDAL di Indonesia mendapat banyak hambatan sebab dipengaruhi oleh konduite dan sifat politik. Di Indonesia perencanaan pembangunan berjalan dari pusat ke daerah. Kadangkala malah sering didapati antar pusat dan daerah tak terjadi kesinambungan, artinya mereka bekerja sendiri-sendiri.

Perencanaan pembangunan ini biasanya juga mengabaikan partisipasi masyarakat nan justru berada dalam wilayah pembangunan itu. Pada kenyataannya pastisipasi masyarakat dianggap akan menggagalkan pembangunan.

Masyarakat setempat ialah pihak sangat tahu dengan daerahnya baik itu secara alam, social, maupun budaya. Apa nan akan menjadi akibat dari pembangunan itu justru masyarakatlah nan paling paham.

Fungsi AMDAL di Indonesia tak sejalan dengan dengan perundang-undangan nan berlaku. AMDAL belum cukup mampu buat menciptakan pembangunan nan berwawasan lingkungan karena para pelaku pembangunan masih memperhatikan kepentingannya sendiri.

Mereka lebih mementingkan seberapa besar hasil nan akan didapat. Pemalsuan dokumen AMDAL buat sebuah proyek sudah biasa terjadi. Inilah suatu indikasi bahwa AMDAL menjadi huma basah buat penyuapan dalam birokrasi.

Seharusnya pemerintah lebih bersikap tegas dengan membuat suatu perundang-undangan baru nan lebih tegas dan kokoh. Dengan begitu AMDAL dapat berlaku sebagai polisi lingkungan bagi suatu perencanaan pembangunan.