Sejarah Satelit Indonesia
Nasa atau National Aeronautics and Space Administration ialah sebuah forum nan didirikan oleh pemerintah Amerika Serikat. Forum ini diberi tanggung jawab buat segala aktivitas nan berhubungan dengan kegiatan luar angkasa nan dilakukan pemerintah Amerika Serikat.
Di sisi lain, Nasa juga diberikan tugas buat melakukan program penelitian luar angkasa secara generik dalam jangka panjang. Forum ini didirikan pada 29 Juli 1958, dan berpusat di Washington DC, Amerika Serikat. Penelitian nan dilakukan oleh Nasa ini bukan hanya demi kepentingan masyarakat sipil, namun juga demi kepentingan kelompok militer.
Dalam kegiatannya, Nasa memiliki misi buat menyibak berbagai macam rahasia nan ada di antariksa. Itulah mengapa, Nasa merupakan forum resmi pemerintah di global nan paling sering melakukan penelitian di ruang angkasa. Baik dilakukan dengan cara mengirimkan para astronot atau dilakukan dengan menggunakan perangkat modern seperti pesawat luar angkasa tanpa awak pesawat.
Tak heran, dengan gencaranya kegiatan mereka, dibutuhkan dana nan cukup besar buat biaya operasional forum tersebut. Dalam setahun, Nasa dapat menghabiskan dana mencapai 17, 6 miliar dollar Amerika. Hal ini sebagaimana nan dilaporkan oleh catatan keuangan dari Nasa.
Dana sebesar itu bukan hanya digunakan buat membiayai setiap operasi luar angkasa mereka. Namun juga digunakan buat membayar 18.800 orang karyawan nan bekerja disana.
Sejarah Luar Angkasa
Manusia sudah mulai melakukan perjalanan ke luar angkasa sejak tahun 70an. Di masa itu, dua negara adi daya yaitu Amerika dan Uni Sovyet merupakan negara pertama di global nan sukses menjalankan misi perjalanan ke antariksa tersebut.
Di Amerika dan negara sekutunya, orang nan melakukan perjalanan ke luar angkasa disebut astronot. Sedangkan di Uni Sovyet, sebutan manusia nan melakukan perjalanan ke luar angkasa tersebut dikenal dengan nama kosmonot.
Sementara, ketika ada warga negara Tiongkok nan sukses menjalani misi luar angkasanya, disebut dengan nama Taikonot. Istilah Taikonot ini diperkenalkan sejak tahun 2003, yaitu ketika Yang Liwei sukses menjadi taikonot pertama dari kawasan Asia.
Secara generik para astronot/ kosmonot tersebut memiliki latar belakang militer dengan spesialisasi dari pilot pesawat tempur. Di Amerika, pilot pesawat tempur nan sukses menyelesaikan pendidikan keantariksawan dan memiliki tanda kualifikasi khusus, diberi penghargaan nan disebut Astronout Badge. Penghargaan ini diberikan setelah mereka mereka mengikuti pelatihan serta melakukan penerbangan ke luar angkasa.
Hingga saat ini, sudah 32 negara nan terdaftar sebagai pengirim antariksawan mereka ke luar angkasa. Dan tercatat, ada 19 orang antariksawan nan gagal dan harus gugur saat melakukan misi ke luar angkasa mereka. Selain itu, ada sepuluh orang calon antariksawan nan meninggal ketika mereka mengalami kecelakaan saat melakukan latihan di bumi.
Perjalanan manusia pertama keluar angkasa dilakukan oleh Neil Amstrong dan Yuri Gagarin dengan menggunakan pesawat Vostok 1. Perjalanan ini dilakukan pada tanggal 12 April 1961. Sementara wanita pertama nan sukses pergi keluar angkasa ialah Valentina Tereshkova seorang warga negara Uni Sovyet pada bulan Juni 1963 dengan menggunakan pesawat Vostok 6.
Sementara itu, Alan Shepard ialah orang Amerika pertama nan memimpin rombongan astronot ke luar angkasa. Mereka melakukan perjalanan tersebut pada 5 Mei 1961. Sedangkan wanita Amerika pertama nan sukses pergi keluar angkasa ialah Sally Ride dengan menggunakan pesawat Chalenger misi STS 7. Perjalanan tersebut dimulai 18 Juni 1983.
Sementara manusia dari Asia pertama nan sukses keluar angkasa ialah Yang Liwei. Yang Liwei pergi keluar angkasa dengan mengendarai pesawat Shenzhou 5 pada 15 Oktober 2003.
Indonesia
Indonesia sendiri memiliki aktivitas nan terkait dengan kegiatan antariksa. Untuk memfasilitasi setiap kegiatan nan berhubungan dengan global angkasa luar, pemerintah membentuk sebuah forum non departemen. Forum ini memiliki tugas buat melakukan penelitian serta pengembangan di bidang kedirgantaraan berikut dengan pemanfaatannya.
Lembaga tersebut disebut LAPAN atau Forum Penerbangan dan Antariksa Nasional. Forum tersebut didirikan pada tanggal 27 November 1963. Sebelum pembentukan LAPAN ini dilakukan, sebelumnya pada tanggal 31 Mei 1962, pemerintah melalui Menteri Pertama RI, bersama Ir. Juanda sebagai Ketua Dewan Penerbangan Indonesia dan R.J Salatun sebagai sekretaris Dewan Penerbangan Indonesia membentuk Panitia Austronautika.
Selain itu pada tanggal 22 September 1962 dibentuk pula sebuah Projek Roket Ilmiah dan Militer Awal atau PRIMA. Proyek ini merupakan hasil kerjasama antara Angkatan UdaraRepublik Indonesia dan ITB Bandung. Hasil dari proyek PRIMA ini sukses menciptakan sekaligus meluncurkan dua roket nan diberi kode Kartika beserta telemetrinya. Hal ini terjadi tepatnya pada tahun 1964.
Sementara itu, akhirnya pada tanggal 27 November 1963, Indonesia sukses memiliki sebuah forum nan mengurusi masalah antariksa. Dibentuklah Forum Penerbangan dan Antariksa Nasional nan ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 236 tahun 1963 tentang LAPAN. Dimana melalui keputusan presiden tersebut, LAPAN memiliki tugas buat mengkoordinasikan setiap kegiatan dan program nan berhubungan dengan pembangunan masalah dirgantara nasional.
Sejarah Satelit Indonesia
Sejarah satelit di Indonesia mulai terjadi pada tahun 1980an. Lebih tepatnya, ketika proses uji coba penerbangan muatan roket dengan tujuan komunikasi radio amatir dilakukan pada tahun 1982. Proses uji coba ini dilaksanakan oleh LAPAN nan berafiliasi dengan Organisasi Radio Amatir Indonesia atau ORARI. Pada kesempatan itu, LAPAN menerbangkan empat buah roket hingga ketinggian 30 kilometer.
Pada roket ini, diberikan pemancar radio nan berada pada gelombang amatir 146.500 MHz dengan daya 2 watt. Dari empat roket nan diluncurkan, dua buah roket diantaranya mampu memberikan frekuwensi radio nan menunjukkan data meteorologi serta data olah mobilitas roket nan berupa multitone. Frekuwensi nan berisi data tersebut sukses ditangkap oleh beberapa statiun radio amatir nan berada di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Sumatra Selatan serta di Kalimantan.
Pada tahun 90an, sistem satelit nan diuji coba sudah mengalami kemajuan dengan adanya pemanfaatan teknologi komputer. sistem nan digunakan menggunakan konsep mode store and forward. Sistem ini merupakan sebuah solusi atas jaringan komunikasi nan sering mengalami kendala sebab padatnya jalur konvensional.
Jika berfungsi sebagai router, satelit akan menciptakan rute surat eletronik dari stu node ke node nan lain berdasar tujuan nan hendak dicari. Sementara, jika berfungsi sebagai kotak surat terbang, maka satelit akan mengumpulkan berkas data nan ada buat kemudian disampaikan pada bagian penyimpanan. Selanjutnya dari bagian ini akan diteruskan pada tujuan.
Tahun 2000 merupakan awal dari penggunaan sistem satelit dengan konsep nan lebih tertata rapi. Dalam model satelit nan dirancang pada tahun 2001 tersebut, memiliki konsep bahwa semua semua model subsistem harus saling berintegrasi antara satu sama lain. Selain itu, sistem operasi catu daya, muatan komunikasi data digital serta telemetrinya harus dapat dikontrol melalui komputer nan terpasang.
Dan pada tahun 2004, LAPAN mengembangkan satelit nan disebut Tubsat 1. Dan satelit ini dikembangkan pada tahun 2007 dengan menggunakan LAPAN 2 nan difungsikan buat proses pengindraan jauh. Selain itu, satelit ini dirancang buat mendukung program ketahanan pangan nasional.