Seni Kebudayaan Tradisional Papua Barat
Anda pernah mendengar Papua Barat? Salah satu provinsi nan berada di Pulau Cenderawasih ini merupakan surga bagi para penyelam nan mengagumi estetika global bawah air maupun wisatawan nan menyukai estetika alam dan budayanya nan unik.
Sekilas tentang Papua Barat
Nama Papua Barat merujuk pada salah satu wilayah nan terletak di sebelah barat Pulau Papua. Selain dikenal dengan nama Papua Barat, wilayah ini juga dikenal dengan nama Irian Jaya Barat. Secara geografis, Provinsi Papua Barat dibatasi oleh Samudra Pasifik di sebelah utara, bahari Seram di bagian barat, Bahari Banda di selatan, dan provinsi Papua di sebelah timur.
Sementara, secara administratif, Provinsi Papua Barat terdiri atas delapan kabupaten (Fak fak, Kaimana, Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Manokwari, Sorong Selatan, Sorong, dan Raja Ampat), satu kotamadya, yaitu Kotamadya Sorong, 103 kecamatan, 47 desa, dan 1153 kampung. Manokwari ialah ibu kota Provinsi Papua Barat. Papua Barat memiliki kekayaan nan melimpah. Namun, kekayaan sumber daya alam tersebut belum dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
Keragaman Budaya Papua Barat
Banyak suku terlahir nan tersisa di planet kita ditemukan di Papua Barat. Beberapa suku ialah pemburu dan peramu, nan lainnya mengikuti tradisi agraris. Setidaknya, terdapat 250 bahasa nan berbeda di Papua Barat. Sungguh menakjubkan bahwa 15% dari bahasa global diucapkan hanya oleh 0,01% total populasi. Selain bahasa, setiap suku juga bersifat otonom dengan setiap kepala suku, sistem kepercayaan, dan tradisi nan berbeda.
Orang Papua telah hayati bersama secara berkelanjutan selama lebih dari sepuluh ribu tahun, tapi banyak suku nan tak bertahan pada dasa warsa ini. Selama berabad-abad, orang Papua hayati lebih senang dan jauh lebih banyak gizi dibandingkan kita di global modern. Di dataran rendah, kerja satu hari (beberapa suku tak memiliki kata "bekerja") memanen sagu palem akan memberi makan sebuah keluarga besar selama berminggu-minggu.
Akan tetapi, orang Indonesia memandang warga Papua sebagai masyarakat terbelakang dan malas sebab mereka cenderung buat tak berusaha buat laba ekonomi. Masyarakat Papua ialah keturunan suku bangsa Melanesia, tak ada interaksi sejarah dan suku di Indonesia.
Kulit gelap dan rambut keriting nan dimiliki orang Papua tak memiliki kemiripan dengan karakteristik orang Indonesia nan khas, sama seperti metode-metode ukiran, lukisan, dan tarian nan tak memiliki interaksi dengan tradisi mayoritas muslim Indonesia. Pria bersenjatakan tombak dan panah kayu (meskipun banyak juga sekarang nan memiliki parang). Perang suku merupakan ritual rumit nan meliputi teriakan dan sikap mengancam satu dengan lainnya dan mencoba buat terlihat garang.
Perang suku biasanya berakhir cepat ketika ada nan terluka parah. Beberapa di antaranya pernah meninggal dan tak ada niat buat membunuh dalam jumlah besar atau buat memusnahkan suku lainnya. Beberapa suku menggunakan praktik kanibalisme, tapi mereka tak memakan daging manusia sebagai makanan santapan.
Hal ini biasanya merupakan ritual peralihan, saat anak muda memikul tanggung jawab buat memelihara dan melindungi keluarga korban nan dimakan. Hal ini terlihat sangat aneh bagi kita, mungkin sama anehnya dengan pembunuhan massal dan peperangan modern. Gagasan buat memusnahkan seluruh desa tak terpikirkan sampai pendudukan Indonesia.
Didukung pembunuhan massal, transmigrasi telah mengubah struktur masyarakat Papua Barat menjadi minoritas di tanah mereka sendiri. Pemindahan skala terbesar diselenggarakan dalam sejarah, transmigrasi telah menghasilkan imigran Indonesia membentuk lebih dari 40% total penduduk Papua Barat, lebih dari 80% berada di daeah perkotaan.
Di bawah kedok "pembangunan", program transmigrasi dirancang buat menegakkan persatuan di Indonesia dengan membanjiri wilayah-wilayah pendudukan seperti Papua Barat dengan pemukim Jawa, menggusur penduduk orisinil dengan menggantikan mereka dengan pemukim lain dari pulau nan kelebihan penduduk.
Program transmigrasi didukung oleh Bank Global dan sampai batas eksklusif oleh Pemerintah Kanada serta pakar konsultan Kanada SNC-Lavalin. Para transmigran dianjurkan buat membersihkan wilayah "liar" buat menanam makanan pokok mereka, yaitu padi. Sayangnya, perambahan pada sumber makanan tradisional penduduk Papua orisinil menghancurkan kebun hutan dan menggangu ekuilibrium alam dari hutan.
Tanah hilang dan kehilangan banyak nutrisinya selama beberapa tahun. Banjir pun terjadi selama musim hujan, mencemari air mereka. Penduduk orisinil Papua harus meninggalkan interaksi dengan lingkungan mereka secara berkelanjutan dan beralih ke pekerjaan ekonomi nan menyengsarakan mereka.
Seni Kebudayaan Tradisional Papua Barat
Seperti halnya kebanyakan perempuan pada umumnya, perempuan di Papua Barat sangat bahagia menggunakan tas. Noken merupakan tas tradisional nan banyak digunakan oleh perempuan di Papua Barat khususnya, dan Papua pada umumnya. Noken merupakan homogen kantung atau tas nan dianyam dari kulit kayu.
Perempuan Papua Barat menggunakan noken biasanya dengan digantung di kepala atau di leher. Noken biasanya digunakan buat mengangkut hasil bumi, anak babi, bahkan berfungsi juga sebagai gendongan bayi. Beberapa perempuan Papua Barat juga terkadang menggantungkan beberapa noken di lehernya buat membawa barang-barang. Biasanya, noken nan dibawa disusun bertingkat di atas punggung agar tak bertumpuk dan berat.
Noken hanya dibuat oleh kaum perempuan, itu uniknya. Noken dianggap sebagai ukuran kedewasaan bagi kaum perempuan Papua Barat dan dianggap belum layak buat menikah apabila belum dapat menganyam noken. Kaum laki-laki tak diperbolehkan buat mengayam noken sebab makna dari noken itu sendiri sebagai perlambang kesuburan kandungan seorang perempuan.
Noken memiliki nama sebutan nan bhineka di banyak suku Papua dan Papua Barat. Kayu nan digunakan sebagai bahan standar noken pun berbeda-beda, dari kulit kayu pohon manduam , pohon nawa , bahkan sampai dengan anggrek hutan. Noken dari bahan anggrek hutan harganya dapat sangat mahal. Noken ini terkenal di Paniai. Harga noken anggrek hutan ini dapat mencapai ratusan ribu rupiah.
Ketika Anda berkunjung ke Papua Barat, sempatkanlah mengunjungi kampung wisata Sauwadarek. Di sana, Anda dapat menjumpai beberapa perempuan Papua Barat nan mendemonstrasikan pembuatan noken. Harga noken di kampung wisata ini nisbi lebih murah, mulai dari Rp25.000 sampai Rp50.000. Noken bisa menjadi salah satu buah tangan bagi Anda buat dibagikan kepada keluarga dan orang-orang terdekat.
Berwisata ke Raja Ampat dengan Cara Para Backpacker
Siapa nan tak kenal dengan Raja Ampat, sebuah surga estetika bagi para pecinta global bawah laut. Selama ini nan diketahui banyak orang ialah bahwa berwisata ke Raja Ampat harus memiliki uang nan banyak. Namun, bagi kaum backpaker , bepergian ke suatu loka tak harus memiliki uang nan banyak. Bagi kita perjalanan mereka mengagumkan mengingat dana nan disediakan buat bepergian tak realistis. Namun, itulah seni seorang bacpacker .
Ada trik-trik spesifik agar dapat bepergian ke Raja Ampat dengan murah meriah, yaitu sebagai berikut.
- Rajin-rajinlah membuka situs penerbangan Jakarta-Sorong pada saat bukan musim liburan. Maskapai penerbangan nan melayani jalur ini ialah Batavia Air, Wings Air, dan Express Air. Kita akan mengeluarkan uang sekira tiga jutaan buat pulang-pergi dengan lama perjalanan tujuh jam sebab transit di Makassar selama dua jam.
- Di bandara Sorong, Anda dapat menggunakan angkutan berwarna kuning nan menuju ke arah Pelabuhan Sorong.
- Di pelabuhan, Anda dapat menumpang kapal rakyat menuju Raja Ampat nan setiap hari berangkat sekira pukul 14.00.
- Di Waisai, Pulau Waigeo, ibu kota Raja Ampat, Anda dapat memilih penginapan dengan harga nan berbeda-beda. Di Raja Ampat Anda dapat melakukan berbagai kegiatan, mulai dari diving sampai mengelilingi pulau-pulau di Raja Ampat.
Setelah mengetahui informasi mengenai Papua Barat, khususnya Raja Ampat, apakah Anda tertaik buat berkunjung ke sana? Jika iya, bersegeralah buat merencanakan perjalanan Anda baik dengan cara biasa atau dengan cara para backpacker.