Tokoh-Tokoh Tasawuf Sunni
Ada dua kata kunci dalam judul tersebut yaitu tasawuf dan sunni. Secara bahasa "tasawuf" dapat diartikan sebagai ajaran nan berisi cara atau upaya buat mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah Swt sehingga diperoleh interaksi langsung secara dengan-Nya. Sementara "sunni" golongan atau kelompok orang dalam agama Islam nan berusaha secara sungguh-sungguh buat melaksanakan ibadah sinkron dengan contoh atau sunah dari Nabi Muhammad Saw.
Pengertian Tasawuf Sunni
Tasawuf sunni pada zaman sahabat dan tabi'in memang tak dikenal. Tradisi keilmuan dalam Islam ini baru dikenal sekitar akhir abad kedua Hijriyah, terutama setelah muncul berbagai genre pemikiran dan ideologi dalam Islam seperti khawarij, muktazilah, syiah dan lain sebagainya.
Pengertian tasawuf sunni dapat didefinisikan sebagai sebuah genre dalam agama Islam nan mengajarkan upaya-upaya buat mencapai sifat zuhud dalam keberagamaannya dengan tujuan akhir mencapai akhlak nan mulia. Sebagai panduan atau landasan dalam sikap zuhud tersebut, genre tasawuf sunni mengambil dari kandungan Al-Qur'an, sunah dan sirah hayati para sahabat.
Para pengamal ajaran tasawuf sini senantiasa berusaha terus semaksimal mungkin buat mengamalkan ajaran nan terkandung dalam Al-Qur'an dan sunah nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan keseharian, para pengamal tasawuf ini berusaha menjauhkan diri dari hal-hal keduniawaan, seperti menumpuk-numpuk harta, jabatan, dan popularitas. Mereka tak mau terlibat dalam perdebatan akidah nan berbelit-belit, tak pula mau terlibat dalam pengamalan mazhab eksklusif secara gelap mata.
Ulama besar Abu Hamid Al-Ghazali termasuk tokoh nan dikaitkan dengan munculnya tasawuf sunni ini. Secara keilmuan, Al-Ghazali termasuk pribadi nan matang sebab telah mempelajari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu kalam, falsafah Yunani bahkan pernah terpengaruh pemikiran sufi batiniyah.
Aliran Tasawuf Sunni
Tasawuf sunni merupakan genre tasawuf, di mana pengertian tasawuf sunni ini merupakan ajaran nan memadukan aspek syari'ah dan hakikat namun diberi interpertasi dan metode baru nan belum dikenal pada masa salaf as-shalihin dan lebih mementingkan cara-cara mendekatkan diri kepada Allah Swt serta bagaimana cara menjauhkan diri dari semua hal nan bisa menggangu kekhusyu'an jalannya ibadah nan mereka lakukan.
Aliran tasawuf ini memiliki karakteristik nan paling primer yaitu kekuatan dan kekhusyu'annya beribadah kepada Allah Swt, dzikrullah serta konsekuen dan juga konsisten dalam sikap walaupun mereka diserang dengan segala godaan kehidupan duniawi.
Dari awal prosesnya, corak tasawuf ini muncul dikarenakan ketegangan-ketegangan dikalangan sufi, baik nan bersifat internal maupun eksternal yaitu para sufi dan ulama zahir baik para fuqaha maupun mutakallimin. Hal itu menyebabkan gambaran tasawuf menjadi buruk dimata umat, maka sebagian tokoh sufi melakukan usaha-usaha buat mengmbalikan gambaran tasawuf. Usaha ini memperoleh kesempurnaan ditangan Ghazali, nan kemudian melahirkan Tasawuf Sunni.
Ada pendapat nan mengatakan bahwa asketisme (zuhud) itu ialah cikal bakal timbulnya tasawuf. Sedangkan asketisme itu sendiri sumbernya ialah ajaran Islam, baik nan bersumber dari Al-Qur'an, sunnah maupun kehidupan sahabat nabi.
Pengertian generik dari Zuhud sendiri ialah Zuhhaad, jamak dari zahid. Zahid diambil dari Zuhd nan artinya "tidak ingin". Tidak "demam" kepada dunia, kemegahan, mal dan pangkat. Menurut Abu Yazid Busthami ketika ditanya orang apa arti zuhud itu, beliau menjawab, tak mempunyai apa-apa dan tak dipunyai apa-apa. Gerakan asketisme itu sendiri bisa dibedakan menjadi 4 genre utama.
1. Genre Bashroh
Aliran Bashroh mulai Nampak pada abad kedua Hijriyah. Genre ini muncul dengan karakteristik khasnya yaitu,sikap asketisme nan sangat kuat dan lebih ekstrim serta mengembangkan sikap nan amat takutterhadap murka Allah, serta amat sangat takut terhadap siksa diakhirat. Pada periode inilah, mulaimeluas dan berkembangnya sufisme. Artinya konsep-konsep nan tadinya semata-mata sebagai sikap hayati saja kemudian disusun sebagai upaya buat mencapai tujuan. Tokoh terpenting dari genre ini, antara lain Malik Ibnu Dinar dan Hassan Al-Bashri.
2. Genre Madinah
Sejak masa permulaan Islam, di Madinah sudah terlihat kelompok-kelompok asketis nan berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-sunnah dan menempatkan Rasulullah sebagai idola kezuhudan mereka. Karakteristik nan paling primer genre ini ialah kekuatan dan kekhusyu'an beribadah kepada Allah Swt, konsekuen serta konsisten dalam sikap walaupun datang berbagai godaan.
Bagi mereka nan terpenting ialah mendekatkan diri pada Allah Swt serta menjauhkan diri dari segala hal nan bisa mengurangi kekhusyu'an beribadah kepada Allah Swt. Tokohnya nan terkenal diantaranya ialah Salman Al-Farisi dan Abdullah Ibnu Mas'ud.
3. Genre Kuffah
Apabila kedua genre di atas lebih mengarahkan perhatian kepada ibadah dan menghindari pengaruh-pengaruh nan merusak, maka genre Kuffah lebih bercorak idealis. Getol kepada hal-hal nan bersifat imajinatif nan biasanya dituangkan dalam bentuk puisi, tektualis dalam memahami ketetapan dan sedikit cenderung kepada genre syi'ah.
Namun, secara holistik genre ini masih berpola Ahlussunnah waljama'ah. Karakteristik khas genre ini yaitu rasa keagamaan nan kental, asketisme nan keras, kerendahan hati dan kesederhanaan hidup. Tokohnya nan terkenal yaitu Shufyan Al-Tsauri.
4. Genre Mesir
Aliran Mesir memiliki kecenderungan karakteristik dengan genre Madinah. Sebab genre ini sebenarnya ialah ekspansi dari genre Madinah nan tersebar melalui sahabat nan ikut serta ke Mesir pada saat Islam memasuki kawasan itu. Tokohnya ialah Dzuu Al-Nun Al Mishri.
Sulit dipastikan kapan asketisme itu beralih ke sufisme, tetapi nan niscaya sufisme nan awal ialah sufisme nan konsisten dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam. Karena itu tasawuf tipe Awalini bisa diterima sebagian besar ulama, terutama ulama Ahlussunnah Waljama'ah. Hal ini pula nan menyebabkan penamaan tasawuf sunni.
Dari aliran-aliran di atas bisa dilihat bahwa tokoh-tokoh aliran-aliran tersebut ialah ahlu zuhud. Namun tak setiap nan zuhud dapat disebut sufi, tapi sebaliknya tak mungkin menjadi sufi tanpa melalui zuhud dan asketisme.
Tokoh-Tokoh Tasawuf Sunni
Munculnya aliran-aliran tasawuf ini tak terlepas dari tokoh-tokoh nan berperan di dalamnya. Begitu juga sama halnya dengan Tasawuf sunni. Diantara sufi nan berpengaruh dari aliran-aliran tasawuf sunni dengan antara lain sebagai berikut:
1. Hasan al-Basri
Hasan al-Basri ialah seorang sufi angkatan tabi'in, seorang nan sangat taqwa, wara' dan zahid. Nama lengkapnya ialah Abu Sa'id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan di Wadi al-Qura. Setahun sesudah perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan menetap di sana sampai ia meninggal tahun 110 H.
Setelah ia menjadi warga Bashrah, ia membuka pengajian di loka itu sebab keprihatinannya melihat gaya hayati dan kehidupan masyarakat nan telah terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu ekses dari kemakmuran ekonomi nan dicapai negeri-negeri Islam pada masa itu.
Gerakan itulah nan menyebabkan Hasan Basri kelak menjadi orang nan sangat berperan dalam pertumbuhan kehidupan sufi di bashrah. Diantara ajarannya nan terpenting ialah zuhud serta khauf dan raja. Dasar pendiriannya nan paling primer ialah zuhud terhadap kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi.
Prinsip kedua Hasan al-Bashri ialah al-khouf dan raja. Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah Swt sebab berbuat dosa dan sering melalakukan perintah-Nya. Serta menyadari kekurang sempurnaannya. Oleh sebab itu, prinsip ajaran ini ialah mengandung sikap kesiapan buat melakukan mawas diri atau muhasabah agar selalu memikirkan kehidupan nan akan dating yaitu kehidupan nan hakiki dan abadi.
2. Rabiah Al-Adawiyah
Nama lengkapnya ialah Rabiah al-adawiyah binti Ismail al Adawiyah al Bashoriyah, juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H, disebut rabi'ah sebab ia puteri ke empat dari anak-anak Ismail. Diceritakan, bahwa sejak masa kanak-kanaknya dia telah hafal Al-Quran dan sangat kuat beribadah serta hayati sederhana.
Cinta murni kepada Tuhan ialah puncak ajarannya dalam tasawuf nan pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Dari syair-syair berikut ini bisa diungkap apa nan ia maksud dengan al-mahabbah:
Kasihku, hanya Engkau nan kucinta,
Pintu hatiku telah tertutup bagi selain-Mu,
Walau mata jasadku tidak mampu melihat Engkau,
Namun mata hatiku memandang-Mu selalu.
Cinta kepada Allah ialah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia tak bersedia mambagi cintanya buat nan lainnya. Seperti kata-katanya "Cintaku kepada Allah telah menutup hatiku buat mencintai selain Dia".
Bahkan sewaktu ia ditanyai tentang cintanya kepada Rasulullah Saw, ia menjawab: "Sebenarnya saya sangat mencintai Rasulullah, namun kecintaanku pada Al-Khaliq telah melupakanku buat mencintai siapa saja selain Dia". Pernyataan ini dipertegas lagi olehnya lagi melalui syair berikut ini: "Daku tenggelam dalam merenung kekasih jiwa, Sirna segalanya selain Dia, Karena kekasih, sirna rasa benci dan murka".
Jenis-Jenis Tasawuf
Dalam global pemikiran tasawuf, selain pengertian tasawuf sunni, dikenal pula tasawuf falsapi . Awalnya genre tasawuf ini mengikatkan diri kepada sunah Rasul dan sirah para sahabat, namun dalam perjalanannya mulai dipengaruhi pemikiran-pemikiran neo-Paltonisme Yunani, Parsi, dan Hindu. Sehingga pemikiran-pemikirannya menjadi tak murni Islam, melainkan telah tercampur-baur.
Cahaya ketuhanan, termasuk salah satu isu nan menarik dan paling santer dihembuskan oleh pengamal tasawuf falsapi ini. Dalam pemahaman pengamal ajaran ini, seseorang nan telah mampu mendekatkan diri melalui konsep tasawuf ini, akan terpancar ke dalam hati mereka cahaya ketuhanan tersebut. Konsep pemahaman cahaya ketuhanan dan kegelapan, sebenarnya telah lama dikenal dalam khazanah pemikiran ajaran Majusi nan berkembang di Parsi.
Konsep wahdatul wujud atau dalam pemahaman falsafah Jawa sebagai Kesatuan Wujud nan dikembangkan oleh Syekh Siti Jenar, termasuk nan banyak diperdebatkan dalam pengamal tawasuf ini. Pelontar gagasan wahadatul wujud yaitu Syekh Al-Akbar atau Muhyi al-Din Ibn Arabi disinyalir sebagai pengembangan pemikiran nan ada dalam agama Hindu.