Lembaga Masyarakat

Lembaga Masyarakat

Gerakan civil society di Indonesia kian menggeliat pascareformasi. Tumbangnya rezim orde baru memunculkan euforia di kalangan masyarakat sipil. Posisi militer nan kuat saat itu dipaksa tunduk pada kekuatan sipil. Efeknya, forum masyarakat mengalami peningkatan pesat.

Hal itu dapat dilihat dari banyaknya partai politik, organisasi masyarakat, forum swadaya masyarakat, dan sebagainya. Forum masyarakat mulai memiliki bargaining positioning (nilai tawar) terhadap kebijakan pemerintah. Misalnya, gerakan satu juta facebookers dan koin peduli Prita.



Model Ideal

Kekuatan forum masyarakat ialah kekuatan kolektif. Ibarat lidi nan diikat jadi satu. Forum masyarakat akan bertumpu pada kapital sosial. Budaya, norma, kultur, dan sah formal, ialah kriteria dari kapital sosial tersebut. Lalu, bagaimana model ideal forum masyarakat?

  1. Pemantau. Berperan seperti watch dog . Bagai anjing nan menyalak ketika melihat orang asing masuk. Masyarakat pun bisa bersuara keras ketika melihat defleksi terjadi. Itu sebabnya, banyak forum masyarakat pemantau. Misalnya, ICW, Formappi, dan Petisi 28.
  2. Penjaga. Melampui peran pemantau. Masyarakat sipil masuk pada fase penjaga. Bukan sekadar memberi saran dan kritik, melainkan aksi melindungi ( guardian ). Seperti security nan siap pasang badan buat melindungi. Forum masyarakat bersedia buat menjamin dirinya. Misalnya, gerakan satu juta facebookers dan koin peduli Prita.
  3. Penuntun. Nah, ini jauh dari sekadar tuntutan. Ketika masuk fase ini, berarti telah dapat do something atau melakukan sesuatu . Lembaga masyarakat model ini mengimbangi tuntutan dengan tuntutan. Menjadi role model apa nan ada di benaknya.


Lembaga Masyarakat

Menilik konteks Indonesia, forum masyarakat bak jamur di musim hujan. Bermunculan silih berganti seolah tak pernah henti. Reformasi 1998 telah menanamkan makna kebebasan di pikiran masyarakat. Untuk lebih jelas, berikut ini ialah bentuk forum masyarakat.

  1. Partai politik. Organisasi nan mempunyai tujuan buat meraih kekuasaan. Memakai istilah Harold Laswel, "Siapa mendapat apa, kapan, dan bagaimana." Kira-kira demikain tabiat partai politik.
  2. Organisasi masyarakat. Siapa tak kenal FPI, FBR, Pemuda Pancasila. Kiprah nan luas dan memancing kontroversi. Ormas di era sekarang telah menjadi momok menakutkan. Bahkan, tak sporadis terjadi konflik vertikal di antara ormas itu sendiri.
  3. LSM. Ya. Forum Swadaya Masyarakat. Ruang para aktivis buat berkiprah. LSM memang jadi anjung para aktivis buat memperjuangkan idealismenya. Meskipun demikian, sekarang ini, tak semua berlaku demikian. Tidak jarang, LSM memiliki afiliasi dengan parpol dan perusahaan sehingga tak indepeden dalam mengusung tuntutan.