Mencegah Pencemaran Laut

Mencegah Pencemaran Laut

Indonesia ialah negara kepulauan terbesar di dunia. Hal ini bisa terlihat dari dua per tiga dari wilayah Indonesia terdiri dari lautan. Bahari Indonesia menyimpan banyak kekayaan dan keindahan. Selain sebagai sumber penghasilan masyarakat nan berada di pesisir laut, bahari Indonesia juga menjadi salah satu tujuan wisata para pelancong mancanegara dan domestik. Namun sayang pencemaran bahari sudah merusak sebagian bahari Indonesia.

Sejumlah bahari di Indonesia nan rawan pencemaran laut, antara lain Pelabuhan Perikanan Bitung di Sulawesi Utara, Muara Angke di Jakarta, dan Jembrana di Bali. Pencemaran bahari nan terjadi ialah pencemaran minyak nan berasal dari kapal motor nelayan penangkap ikan tradisional. Pencemaran bahari ini semakin meluas seiring dengan bertambahnya jumlah kapal motor nelayan nan beroperasi.

Keadaan ini semakin diperburuk dengan pendirian industri-industri galangan kapal di sekitar pelabuhan, seperti di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Belum lagi kapal tanker pengangkut minyak nan bocor di bahari atau tenggelam memberi sumbangan besar terjadinya pencemaran laut.

Misalnya, di Bahari Timor beberapa tahun lalu terjadi pencemaran bahari oleh minyak dampak meledaknya sumur minyak Montara di Blok Atlas Barat Bahari Timor Leste pada tahun 2009. Hingga kini masalah pencemaran bahari dampak meledaknya sumur minyak ini masih belum terselesaikan.

Akibatnya para nelayan di sekitar Bahari Timor mengalami kerugian sebab jumlah tangkapan ikan menjadi menurun, budi daya rumput bahari gagal, dan terumbu karang pun menjadi rusak. Para wisatawan pun enggan berkunjung ke pantai-pantai nan tercemar minyak sebab banyaknya bangkai-bangkai makhluk bahari nan berserakkan di tepi pantai.

Selain itu, burung-burung bahari pun banyak nan wafat dampak pencemaran minyak di laut. Jenis-jenis burung nan paling banyak menjadi korban dampak tumpahan minyak di bahari ialah Penguin, Auk, atau homogen burung bahari dari utara, dan burung Camar. Mengapa demikian? Pasalnya, burung-burung bahari akan berusaha membersihkan tubuh mereka nan terselimuti oleh minyak.

Akibatnya minyak pun tertelan dan masuk ke dalam sistem pencernaan nan berujung pada kematian. Hal inilah nan menyebabkan hewan-hewan bahari nan memakan burung-burung penuh minyak itu juga akan wafat sebab minyak nan menempel pada burung itu masuk ke sistem pencernaan. Sunggguh mengerikan, bukan?

Adapun keberadaan hutan mangrove nan terdapat di sekitar pantai pun akan mengalami kerusakan dampak tumpahan minyak di laut. Selain itu, ekosistem bahari akan terganggu dan rusak buat waktu nan cukup lama. Minyak nan tumpah tersebut dapat bertahan hingga lebih dari 10 tahun di hutan mangrove.

Bukan hanya buat hewan-hewan laut, pencemaran bahari juga berbahaya bagi manusia. Hasil tangkapan ikan nelayan nan mengandung zat-zat berbahaya bisa menyebab berbagai macam penyakit. Misalnya, saja ikan nan mengandung logam berat dan dimakan oleh manusia dapat menyebabkan down sydrom, gejala minamata dan paranya lagi dapat terjadi mutasi gen pada manusia.



Pencemaran Bahari Selain Minyak

Nah, sebenarnya pencemaran bahari nan terjadi tak hanya disebabkan sebab minyak tetapi masih banyak penyebab lainnya. Salah satunya ialah limbah plastik. Hampir 80% pencemaran nan terjadi di bahari ialah pencemaran plastik. Sampah-sampah plastik nan terbawa ke bahari sebagian terampung dan beberapa waktu kemudian sebagian akan terendap di lautan.

Sampah-sampah berupa plastik ini masuk ke bahari melalui genre sungai atau selokan nan pada umumnya langsung menuju laut. Belum lagi masyarakat nan hayati di sekitar pesisir bahari dan membuang sampah mereka setiap hari ke laut. Selain itu, terdapat juga sampah kiriman dari bahari sebab terbawa angin musim barat seperti nan terjadi di Pantai Kuta beberapa waktu nan lalu.

Kehidupan bahari pun terganggu dengan sampah-sampah plastik ini. Lumba-lumba, burung laut, kepiting, hiu, dan masih banyak lagi penghuni bahari nan dapat terbelit plastik sehingga terluka. Belum lagi bila sampah-sampah tersebut termakan maka makhluk-makhluk bahari dapat wafat sebab plastik tersebut tak dapat dicerna tubuh mereka.

Hal ini konkret terbukti konkret di Bahari Adriatik. Banyak penyu nan wafat dampak memakan plastik. Para peneliti menemukan banyak plastik di usus penyu-penyu nan mati. Kurang dari 1 gram plastik saja nan tertelan oleh penyu-penyu sudah bisa membuat mereka mati. Mengapa demikian? Usus penyu tak dapat mencerna makanan dampak usus tersebut telah dipenuhi dengan plastik.

Selain penyu, burung dan kura-kura juga mengira plastik-plastik itu ialah makanan. Akibatnya sistem pencernaan mereka terganggu, lambung mereka seakan terisi makanan penuh padahal sebenarnya terisi plastik nan tidak dapat dicerna. Bahari dan pantai nan kotor dampak sampah plastik juga mengakibatkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan nan berkunjung ke pantai.

Pantai nan kotor tentu sangat tak nyaman dipandang. Hotel dan restoran nan berada di tepi pantai atau menghadap pantai pun turut dirugikan. Pemandangan sungguh tak mengenakkan dampak sampah plastik nan menumpuk. Hal ini akan merusak kenyaman para konsumen nan berkunjung ke pantai tersebut.

Selain pencemaran bahari dampak sampah plastik, pencemaran suara juga terjadi di laut. Pencemaran suara di bahari nan disebabkan oleh manusia sebab lalu lintas kapal tanker besar nan semakin banyak dan semakin cepat, kegiatan pertambangan minyak dan gas di laut, serta aktivitas militer nan menggunakan sonar di bawah laut.

Makhluk bahari nan paling terganggu dengan pencemaran suara ini ialah mamalia laut, seperti ikan lumba-lumba dan ikan paus. Kedua hewan tersebut termasuk mamalia bahari nan hayati di kedalaman bahari nan tak tertembus cahaya sehingga mereka hanya mengandalkan suara sebagai alat komunikasi dan juga buat mengenali lingkungan sekitarnya.

Pencemaran suara ini membuat mereka terganggu dan mengacaukan konduite mereka. Mamalia bahari ini berusaha menjauhi habitat mereka nan justru membawa mereka pada kematian sebab habitat nan tak sesuai. Banyak dari mamalia bahari ini terdampar di pantai dan mati.



Mencegah Pencemaran Laut

Berbagai peraturan nasional maupun internasional diberlakukan buat mencegah dan mengurangi pencemaran nan terjadi di laut. Beberapa kelompok aktivis pecinta lingkungan hayati secara gencar juga terus menyuarakan tindakan-tindakan tegas bagi pihak-pihak nan secara konkret melakukan pencemaran laut, seperti pemilik tambang dan sumur minyak dan para pengusaha kapal tanker.

Berbagai gerakan buat membersihkan pantai dan bahari dari pencemaran bahari pun kerap dilakukan. Misalnya, gerakan membersihkan pantai dan gerakan pengangkatan sampah dari dasar laut. Namun hal ini masih tak cukup buat mencegah dan mengurangi pencemaran nan terjadi di laut.

Dalam hal ini tak cukup hanya peran serta pemerintah, diperlukan juga pencerahan dari setiap orang buat mengurangi dan mencegah terjadinya pencemaran laut. Pencemaran bahari bisa dicegah dan dikurangi dengan melakukan beberapa kegiatan, antara lain sebagai berikut.

  1. Saat Anda berwisata di pantai, buanglah sampah pada tempatnya. Lebih baik lagi bila Anda memungut sampah nan ditemukan saat berjalan-jalan di pantai dan membuangnya di loka sampah.

  2. Ketika Anda menggunakan bahtera motor buat menuju suatu pulau, jangan membuat apapun ke bahari termasuk puntung rokok.

  3. Bagi Anda nan getol memancing di laut, jangan tinggalkan sampah, tali pancing atau jala di lokasi memancing.

  4. Jangan membuang sampah ke sungai karena genre sungai akan membawa sampah-sampah itu ke laut.

  5. Kurangi penggunaan plastik sebab sedikit atau banyak sampah plastik nan terbawa di selokan atau sungai akan terbawa ke laut.

  6. Mengurangi penggunaan sabun, detergen, atau bahan-bahan kimia lainnya buat keperluan rumah tangga sebab air nan mengandung bahan-bahan kimia tersebut akan terbuang ke selokan atau ke sungai dan akhirnya bermuara ke bahari sehingga bisa mencemari air bahari dan merusak kehidupan di dalamnya.

Nah, mari mulai dari diri kita buat mencegah dan mengurangi pencemaran bahari agar kelak anak cucu kita bisa menikmati kehidupan bahari nan indah.