Penggunaan Almanak Jawa

Penggunaan Almanak Jawa

Almanak Jawa ialah salah satu sistem penghitungan hari nan dianut oleh masyarakat Jawa. Dalam sistem ini, perhitungan hari didasarkan pada perputaran bulan dan jumlah hari dalam sebulan antara 29 dan 30 hari. Sementara dalam perhitungan kalender masehi, perhitungan dilakukan menggunakan perputaran matahari. Selain itu, jumlah hari dalam almanak masehi selama sebulan ialah 30 atau 31 hari, kecuali pada bulan Februari.

Perbedaan lain antara almanak dalam kalender Jawa dan sistem kalender masehi antara ialah dalam jumlah hari dalam seminggu. Pada sistem masehi, perputaran hari berlangsung dalam tujuh hari. Sementara pada almanak dalam kalender Jawa, perputaran hari terjadi dalam lima hari.

Penyebutan hari pun ada disparitas antara kedua sistem kalender tersebut. Dalam sistem masehi, nama hari nan digunakan sama seperti nan sudah kita akrabi selama ini. Dimulai dari hari Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan Sabtu. Sedangkan dalam sistem almanak dalam kalender Jawa nama hari nan digunakan ialah Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Selain itu, sistem almanak dalam kalender Jawa ini hanya dikenal dalam kehidupan masyarakat di pulau Jawa saja, khususnya di daerah Jawa Tengah,Yogyakartadan Jawa Timur. Sementara buat masyarakat di Jawa Barat,Jakartadan Banten kurang begitu memperhatikan masalah perhitungan dari almanak dalam kalender Jawa ini.

Hal ini disebabkan asal usul munculnya sistem almanak dalam kalender Jawa ini dimulai ketika masa kerajaan masih berkuasa di kawasan pulau Jawa. Salah satu kerajaan nan dianggap sebagai pelopor perhitungan sistem almanak dalam kalender Jawa ialah kerajaan Mataram Kuno. Itulah mengapa sistem almanak dalam kalender Jawa masih demikian kuat dianut sebagian masyarakat di Jawa Tengah danYogyakarta, nan merupakan lokasi dimana kerajaan tersebut dulu berada.



Penggunaan Almanak Jawa

Di tengah gempuran teknologi modern saat ini, sistem almanak dalam kalender Jawa ini belum sepenuhnya ditinggalkan. Bedanya, pada saat ini penggunaan almanak dalam kalender Jawa hanya digunakan sebagai penanda akan sesuatu. Berbeda dengan masa kerajaan masih berjaya, dimana pada saat itu almanak dalam kalender Jawa kerap digunakan buat menentukan waktu aktivitas nan berbau mistis atau supranatural. Salah satu hari Jawa nan dianggap keramat pada masa lalu ialah hari Jum’at Kliwon dan Selasa Kliwon. Kedua hari tersebut dipercayai banyak makhluk halus nan sedang bergentayangan mencari mangsa.

Namun secara umum, ada sebagian orang nan masih memiliki kepercayaan akan makna almanak dalam kalender Jawa ini. Beberapa hal nan masih kerap dikaitkan dengan almanak dalam kalender Jawa ini di antaranya ialah :

1. Perhitungan hari baik. Biasanya penentuan hari baik ini digunakan buat memilih waktu aplikasi sebuah kegiatan, seperti aplikasi acara pernikahan, hari kepindahan rumah, waktu buat melakukan prosesi pelamaran seorang wanita.

Dalam almanak dalam kalender jawa memang sangat banyak dikaitkan dengan hari baik dan hari nan buruk. Masyarakat Jawa sangat mempercayai mengenai hal ini.Adahari baik nan bisa digunakan buat melakukan acara eksklusif namun ada hari jelek nan tidak boleh digunakan buat melakukan ha tertentu.

Jika dalam melakukan beberapa acara tersebut bertepatan dengan hari baik maka nan akan didapat ialah hal-hal nan baik. Tak akan ada keburukan nan akan menghampiri. Misalnya melaksanakan hari pernikahan bertepatan dengan hari baik nan telah dihitung oleh pihak-pihak nan terkai dan memahami mengenai almanak dalam kalender jawa. Maka akan diharapkan bahwa pernikahan nan dibina akan dipenuhi dengan hal nan baik dan bisa terhindar dari hal nan jelek nan bisa menimpa rumah tangga nan telah dibina.

Lain halnya jika pernikahan tersebut dilaksanakan pada hari nan dianggap sebagai hari buruk. Hal ini tentunya akan membuka peluang buat terjadi hal jelek di dalam pernikahan tersebut. Suatu misal setelah terjadi pernikahan dan di saat menjalankan biduk rumah tangga terjadi hal jelek nan menimpa rumah tangga tersebut, pastilah orang Jawa akan langsung menghubungkan bahwa hal jelek tersebut terjadi sebab memang pernikahan telah dilaksanakan pada hari nan buruk.

Hari baik dan hari jelek ini, dalam almanak dalam kalender Jawa ini banyak berkaitan dengan hari wafatnya seseorang nan ada di dalam keluarga, misalnya ialah orang tua atau kakek nenek kita. Ada pemahaman bahwa dilarang buat melaksanakan acara apa pun bertepatan dengan hari dimana orang tua atau kakek nenek kita wafat. Karena jika memang tetap dilaksanakan pada hari itu akan membawa hal jelek buat terjadi.

2. Pemilihan Jodoh. Bagi mereka nan masih mempercayai almanak dalam kalender Jawa ini, hari kelahiran sangat menentukan dalam kecocokan jodoh seseorang. Demikian pula, ada pasangan nan dianggap tak akan berjodoh sebab memiliki hari kelahiran nan dianggap kurang pas. Seperti pada mereka nan lahir pada hari Wage dan Pahing, dianggap sangat pantang buat melangsungkan pernikahan sebab tabiat nan bertentangan.

Masyarakat Jawa sangat mempercayai bahwa karakter dan sifat nan dimiliki oleh seseorang berhubungan dengan tanggal lahirnya. Dan pasangan dari seseorang tersebut pun juga memiliki karakter dan sifat sinkron dengan hari kelahirannya. Untuk itu, memang harus diketahui hari lahir dari setiap orang nan mau menikah agar bisa diketahui apakah masing-masing memiliki kecocokan atau justru memiliki ketidakcocokan.

Setiap hari akan mengandung angka. Nantinya angka nan dihasilkan oleh hari lahir dari seseorang akan dijumlahkan dengan angka nan menjadi hasil dari hari lahir calon pasangannya. Jika jumlah angka nan diperoleh menunjukkan hasil nan baik maka pernikahan bisa dijalankan. Namun jika ternyata jumlah angka nan dihasilkan kurang menunjukkan hal positif maka sebaiknya pernikahan kedua orang ini tak dilaksanakan. Dan masing-masing orang harus berpisah dan mencari pasanganny nan baru.

3. Menentukan hari pasar. Hari pasar ialah hari dimana sebuah transaksi atas komoditi eksklusif dilakukan di sebuah tempat. Misalnya pasar hewan dilakukan pada hari Pon, pasar sayur dilakukan pada hari Pahing dan seterusnya.

Karena memang di dalam masyarakat Jawa mengenal aneka pasar nan hanya ada di hari-hari tertentu. Misalnya pasar Pon, berarti pasar jenis ini hanya ada di Hari Pon saja dan tidak ada di hari nan lain. Jadi pasar Pon ini hanya ada setiaplimahari sekali sinkron dengan jumlah hari nan ada di dalam almanak dalam kalender Jawa nan berjumlahlimahari.

4. Acara ritual. Bagi mereka nan masih memiliki kepercayaan dinamisme, ada hari-hari eksklusif nan dianggap sangat benar buat melakukan sebuah ritual nan mereka percayai. Biasanya hari nan dipilih ialah Jum’at Kliwon dan Selasa Kliwon.

Itulah beberapa hal nan memang menggunakan almanak dalam kalender Jawa nan masih dilakukan oleh kebanyakan masyarakat Jawa saat ini. Walau pun ada pula beberapa kalangan atau orang nan suda meninggalkan penggunaan dari almanak dalam kalender Jawa ini.

Karena mereka, nan meninggalkan almanak dalam kalender Jawa ini lebih mempercayai bahwa segala sesuatu tidak hanya ditentukan oleh sebuah tanggal saja. Semua hal nan terjadi di global ini semuanya telah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua hal nan terjadi tentunya sudah menjadi ketetapan dan takdir dari Tuhan.

Misalnya mengenai tanggal dilaksanakannya pernikahan. Semua hari dianggap baik sebab memang tidak ada hari nan buruk. Atau masalah jumlah angka nan dihasilkan dari hari lahir seseorang. Masak hanya sebab dianggap memiliki jumlah angka nan tidak cocok, dua anak manusia nan saling mencintai harus dipisahkan sebab memang dianggap memiliki ketidakcocokan hari.

Semuanya haruslah dipahami dengan sebuah koridor kepercayaan dan ketawakalan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semua manusia tentunya akan selalu diberi dengan ujian dan cobaan di dalam hidupnya. Dengan ujian dan cobaan itulah manusia akan dinilai dan dinaikan derajat imannya jika sukses melewati itu semua.

Jika memang ada hal nan jelek terjadi maka haruslah dipahami bahwa itu berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Dan di balik itu semua ada maksud baik Tuhan kepada hayati kita. Kita harus menyerahkan segalanya, semua hal di dalam hayati kita hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Masyaat Jawa memang masih kental dengan budaya nan terwarisi dari budaya Hindu dan Budha. Karena memang Islam nan dibawa ke Pulau Jawa dialkulturasikan dengan budaya Hindu Budha ini oleh para Wali Songo. Karena pada saat itu, mereka melihat bahwa masyarakat Jawa masih kental dengan kedua budaya itu dan agar Islam bisa diterima oleh mereka maka Islam harus dialkulturasikan dengan kedua budaya tersebut. Termasuk dalam hal almanak Jawa ini.