Mendapat Pengetahuan Baru dari Benda Pusaka
Dewasa ini, benda-benda pusaka menjadi salah satu incaran generasi muda. Selain dianggap benda langka peninggalan nenek moyang, benda-benda pusaka juga dianggap sebagai benda nan menyimpan banyak kenangan dan sejarah nan ingin diketahui masyarakat pada zaman sekarang.
Berbagai jenis benda pusaka beredar di mana-mana, mulai dari museum sampai dijaga ketat oleh keturunan si pemilik benda pusaka. Salah satu benda pusaka nan paling sering dicari orang ialah perkakas tradisional dan batu-batu pusaka nan menunjukkan sejarah atau silsilah suatu keluarga raja di wilayah tertentu.
Banyak sekali orang nan sengaja datang ke padepokan atau perguruan silat buat mendapatkan atau bahkan hanya melihat benda-benda pusaka tertentu, seperti senjata tradisional daerah tertentu, daun lontar bertuliskan mantera atau tulisan kuno, bahkan baju nan pada zaman dahulu digunakan oleh para anggota kerajaan.
Mayoritas benda-benda pusaka tersebut tersimpan rapi di museum sebab dianggap sebagai artefak budaya nan pada masa mendatang mampu menunjukkan bukti diri bangsa Indonesia nan sebenarnya, serta menunjukkan sejarah Indonesia hingga sampai pada termin Indonesia nan modern seperti saat ini.
Salah satu benda pusaka nan sampai saat ini selalu disimpan rapi ialah bendera peninggalan Fatmawati nan dijahit sendiri oleh istri presiden pertama Indonesia itu. Bendera tersebut hanya akan dikeluarkan saat akan menghadapi upacara bendera pada hari kemerdekaan Indonesia, yakni tiap tanggal 17 Agustus.
Bendera tersebut dianggap sebagai benda pusaka sebab dijahit langsung oleh Fatmawati dan menjadi bendera pertama nan dikibarkan saat proklamasi kemerdekaan berlangsung.
Lain benda pusaka, lain pula ceritanya. Beberapa benda pusaka seperti senjata tradisional khas daerah eksklusif dinilai mampu mendatangkan kondisi spiritual terhadap orang nan memegang atau memilikinya. Oleh sebab itu, banyak orang 'pintar' nan memiliki benda pusaka semacam itu dianggap memiliki kemampuan spiritual nan lebih tinggi dibandingkan masyarakat pada umumnya.
Kepercayaan tersebut semakin merebak dengan adanya praktik dukun nan juga menggunakan benda-benda pusaka sebagai media buat menghubungkan antara global konkret dengan global mistik nan dirasa mampu membantu manusia dalam mewujudkan apa nan dicita-citakan.
Ada nan memburu benda pusaka seperti keris atau kujang, lalu memandikannya tiap malam Jumat Kliwon dengan air bunga tujuh rupa, serta menyimpannya dengan rapi di sebuah peti buat dapat melindungi diri dari segala macam serangan.
Ada pula nan mendatangi orang pintar buat dibacakan mantra pusaka agar dapat terlihat menarik dan memesona di mata versus jenis. Selain itu, juga buat menarik perhatian atasan atau kolega agar mendapatkan proyek pekerjaan nan diharapkan.
Disfungsi Benda Pusaka
Kejadian-kejadian seperti nan telah disebutkan di atas membuktikan bahwa benda pusaka telah mengalami disfungsi dari fungsi nan seharusnya. Senjata tradisional nan seharusnya digunakan sebagai media berperang pada zaman dahulu, kini dianggap mampu mendatangkan kekuatan sebab adanya kekuatan mistik dari nenek moyang pemegang benda pusaka sebelumnya.
Selain itu, mantra-mantra pusaka nan pada zaman dahulu digunakan sebagai doa atau simbol misteri oleh suatu kelompok eksklusif dalam taktik perang, kini dijadikan media buat mengantarkan manusia ke global gaib.
Lantas, batu-batu pusaka seperti nan sekarang ramai ditemukan di beberapa daerah juga mengalami disfungsi nan sama seperti benda-benda pusaka lainnya. Batu-batu tersebut sengaja didatangi oleh orang-orang nan berziarah buat mendatangkan rezeki, kekuasaan, dan hal lain nan diharapkan sebagian besar manusia mampu membawa kebahagiaan kepada mereka.
Padahal, jika dilihat secara historis, batu-batu pusaka tersebut pada zaman dahulu merupakan batu nan digunakan buat menandai batas wilayah kerajaan eksklusif (yang juga digunakan buat membuktikan kekuasaan raja pada zaman tertentu), serta buat menuliskan pepatah dan nasihat raja-raja pada zaman dahulu.
Masyarakat modern nan kini telah mengenal berbagai macam teknologi justru disesatkan oleh hadirnya benda-benda pusaka temuan mereka sendiri. Mereka percaya bahwa hampir semua benda pusaka mendatangkan kekuatan mistik nan berpengaruh terhadap kehidupan mereka di dunia.
Sayangnya, masih sedikit orang nan mampu menjadikan benda-benda pusaka tersebut sebagai narasumber primer ekskavasi sejarah masa lampau nan ada di Indonesia. Hampir semua orang di Indonesia hanya menganggap benda-benda pusaka tersebut sebagai benda kenangan nan disimpan sebagai cara buat mengingat masa lalu atau sebagai benda berharga dengan daya magis nan tak tertandingi.
Padahal, jika diteliti lebih lanjut, benda-benda pusaka itu mampu mendatangkan ilmu pengetahuan dan wawasan baru nan mungkin belum kita temui sekarang ini. Sebagai contoh, salah satu budayawan asal Jawa bernama Jakob Sumardjo nan sangat tekun meneliti berbagai macam artefak budaya Sunda, banyak menemukan pengetahuan filosofis mengenai budaya Sunda.
Hal ini dilakukan dengan meneliti benda-benda pusaka budaya Sunda, seperti rumah adat Sunda, baju adat Sunda, dan pantun-pantun Sunda. Dengan cara tersebutlah seharusnya benda-benda pusaka diperlakukan sehingga mendatangkan kebaikan bagi penemunya.
Mendapat Pengetahuan Baru dari Benda Pusaka
Seperti halnya penelitian mengenai budaya nan dilakukan oleh Jakob Sumardjo di atas, banyak juga sejarawan dan budayawan nan mempergunakan benda-benda pusaka buat meneliti sejarah suatu wilayah atau silsilah kerajaan tertentu. Salah satu benda pusaka nan sampai saat ini masih digandrungi dan menjadi epik terkenal ialah kisah Mahabrata dan Ramayana. Kedua kisah ini menjadi epik budaya sepanjang masa nan memperlihatkan peperangan besar antarsaudara.
Dengan membaca kisah pusaka Mahabrata, kita tak hanya diajak buat kembali pada situasi zaman dahulu, tapi juga diajak buat membandingkan situasi tersebut dengan kondisi negara Indonesia pada zaman sekarang. Dalam cerita tersebut, berbagai mitos dan legenda pusaka dimasukkan agar masyarakat Indonesia mendapat pengetahuan baru sebagai cara nan tepat buat menganalisis keadaan negara pada zaman nan serba modern ini.
Sebagai contoh, pertarungan nan dilakukan Pandawa dan Kurawa merupakan sebuah simbol peperangan antara jiwa besar manusia dengan jiwa kerdil manusia (sisi baik dan sisi jahat). Pada termin ini, benda pusaka berfungsi bukan hanya buat menghibur atau mengenang sesuatu, tetapi juga berfungsi memberi pengetahuan dan mendidik generasi baru buat dapat mengambil pelajaran dari masa lalu.
Selain itu, manusia juga dituntut buat lebih peka terhadap kebesaran alam nan kini telah semakin rusak sebab ulah manusia sendiri. Pepohonan rimbun nan terdapat di dalam hutan dan gunung telah digunduli demi mendapatkan penghasilan individu nan besar. Hal tersebut merupakan contoh kecil bahwa manusia tak mengambil pelajaran dari kejadian atau benda-benda pusaka nan mereka temukan.
Terlepas dari berbagai pandangan masyarakat mengenai benda pusaka, ada baiknya juga jika pemerintah memberlakukan sistem edukasi terhadap masyarakat, terutama pelajar, buat mengenal lebih jelas budaya bangsa Indonesia. Dalam hal ini, benda pusaka dapat menjadi sumber informasi nan sangat besar buat memperoleh warta mengenai sejarah masa lalu serta mengetahui kultur masyarakat Indonesia pada masa benda-benda tersebut berjaya.
Selain buat mengasah kemampuan generasi muda dalam menganalisis benda-benda pusaka, kegiatan tersebut juga diharapkan mampu meningkatkan pencerahan masyarakat Indonesia dalam menjaga budaya bangsa Indonseia sehingga lebih dicintai dan dihargai oleh bangsa lain.