Popularitas Atlet Sepak Bola

Popularitas Atlet Sepak Bola

Berbicara masalah atlet sepak bola, maka tidak lepas dari masalah industrialisasi sepak bola. Dalam era modern seperti saat ini, sepak bola telah berkembang menjadi sebuah industri.

Sepak bola bukan lagi sebuah olah raga. Sepak bola tidak lagi hanya sebuah permainan, tapi sepak bola telah berperan krusial dalam sektor ekonomi, layaknya sebuah perusahaan. Saat ini, sepak bola telah menjadi ladang untuk para investor buat menanamkan kapital dan meraup pundi-pundi keuntungan.

Memang, dalam dua dasa warsa terakhir ini. sepak bola telah berkembang pesat dan diklaim sebagai olah raga dengan penggemar terbesar di seluruh dunia. Kenyataan ini pun direspon oleh sebagian pihak dengan menjadikan sepak bola sebagai sebuah industri, di mana laba finansial didapat dari sponsor, transfer pemain, penjualan tiket, merchandise, dan lain sebagainya.

Mekanisme inilah nan berpotensi mendatangkan laba miliaran atau bahkan triliunan rupiah, sehingga menarik para investor buat menanamkan kapital dengan membeli saham dari sebuah klub.

Lihat saja taipan minyak asal Rusia, Roman Abramovich, nan mengakuisisi Chelsea pada tahun 2003. Ada juga Massimo Moratti, miliarder dari Italia, nan sejak dua dasa warsa nan lalu menguasai klub Internazionale Milan. Dan, nan terakhir nan masih hangat menjadi perbincangan, yakni Syeikh Mansour, nan membeli saham mayoritas Manchester City nan kemudian menjadikan klub tersebut superior dan baru saja menjuarai Perserikatan Utama Inggris.

Industrialisasi sepak bola seperti nan dijelaskan di atas telah membawa akibat nan luar biasa. Tak terkecuali bagi para pemain sepak bola. Betapa tidak, dalam indusri sepak bola, seorang atlet atau pemain bak komoditas mahal dalam prosedur transfer. Gaji mereka pun melambung tinggi. Tak hanya jutaan, tapi sudah mencapai angka miliaran.

Contohnya saja, gaji David Beckham nan mencapai 2 milliar per minggu. Christiano Ronaldo nan bergaji 3 miliar per minggu. Wow, sebuah angka nan fantastis, bahkan melebihi gaji presiden RI nan notabene tidak mencapai angka satu milliar per bulannya.

Penghasilan nan tinggi membuat atlet sepak bola mempunyai life stile nan tinggi pula. Derajat mereka sejajar dengan selebritis. Jadi, tidak ayal banyak pesepak bola Eropa saat ini mempunyai pasangan seorang seniman ataupun model dan industri hiburan pun sudah banyak mulai melirik mereka.

Banyak pemain sepak bola nan menjadi bintang iklan atau pun bintang film, seperti David Beckham, Christiano Ronaldo, dan Lionel Messi. Itulah sedikit fakta nan menggambarkan betapa gemerlapnya kehidupan seorang pemain bola.



Gaji Atlet Sepak Bola

Berdasarkan data statistik, gaji pemain sepak bola top di Eropa, nan di klaim sebagai pusat industri sepak bola dunia, berkisar antara 2-3 milliar per minggu. Sedangkan gaji pemain sepak bola kelas menengah, dalam artian pemain dengan skill biasa, berkisar antara 200 juta sampai dengan 1 milliar per minggu.

Jelas, hal ini merupakan citra penghasilan pesepak bola nan sangat menjanjikan. Oleh sebab itulah, mengapa menjadi atlet sepak bola merupakan sebuah dambaan. Bahkan di Brazil, sepak bola telah menjadi asa bagi kaum miskin buat mengubah kehidupannya.



Gaya Hayati Atlet Sepak Bola

Dari segi life style atau gaya hidup, tidak diragukan lagi pesepak bola, terutama di benua biru, mempunyai selera nan tinggi. Gaji nan selangit membuat mereka bebas dalam memenuhi segala sesuatu. Dari segi tunggangan, rasanya tidak ada satu atlet atau pemain pun nan tak memiliki mobil. Bahkan sebagian dari mereka tergolong memiliki mobil nan nisbi mewah.

Lihat saja Christiano Ronaldo, nan sampai tahun 2012 ini, mempunyai koleksi sebanyak 18 mobil nan berharga milliaran rupiah. Salah satunya ialah mobil Bugatti Veyron nan berbandrol 15 milliar. Christiano Ronaldo merupakan satu dari sekian banyak contoh nan menggambarkan betapa mewahnya kehidupan pemain sepak bola. Itupun baru sekedar mobil, belum lagi masalah rumah, mode, dan lain-lain.



Popularitas Atlet Sepak Bola

Penghasilan nan tinggi dan life style layaknya kaum elit, membawa pemain sepak bola bak selebritas. Ya, saat ini global telah mensejajarkan para pesepak bola dengan para selebritis hiburan. Atlet sepak bola bagaikan aktor nan bermain dalam sebuah drama nan dinamakan dengan pertandingan sepak bola. Kehadiran mereka selalu dinanti.

Nama mereka selalu dipuja. Bahkan banyak penggemar nan rela berdesak-desakan hanya demi mendapatkan tanda tangannya. Itulah mengapa pesepak bola penuh dengan kharisma, baik di mata para penggemar ataupun di mata selebritis hiburan.

Ini pun membawa kenyataan kedekatan antara pemain sepak bola dan selebritis hiburan. Kalau kita lihat, banyak atlet sepak bola di Eropa saat ini mempunyai istri ataupun pacar seorang aktris atau model.

Contohnya David Beckham nan beristrikan Victoria Beckham, seorang model dan penyanyi asal Inggris. Ada juga Christiano Ronaldo nan sering menjalin interaksi dengan seniman dan model. Bahkan pemain berkulit hitam, seperti Mario Baloteli pun juga memiliki pacar seorang selebritis nan cantik, nan bernama Melissa. Ini menunjukkan bahwa faktor kedekatan mereka tidak hanya sekedar masalah wajah, tapi sudah mengarah kepada popularitas dan gaya hidup.



Atlet Sepak Bola Dalam Negeri

Bagaimana dengan atlet sepak bola dalam negeri? Kalau kita bandingan dengan atlet sepak bola di Eropa, tentu akan berbeda jauh. Ini tak terlepas dari upaya industrialisasi sepak bola kita nan belum sepenuhnya berhasil.

Sejak digulirkannya Perserikatan Indonesia pertama, sebelumnya dengan sistem perserikatan, pada tahun 1994, Indonesia mulai menatap sebuah perserikatan professional. Namun, profesionalitas klub-klub peserta liga, belum benar-benar terbukti sebab hampir semua klub di Perserikatan Indonesia waktu itu, masih mengandalkan dana APBD.

Padahal dalam filosofi perserikatan professional, klub dituntut buat berdikari dari segi finansial dan lepas dari sokongan APBD. Oleh sebab itu, seiring berjalannya waktu, PSSI, selaku induk organisasi sepak bola Indonesia, terus berbenah.

Akhirnya, terhitung sejak tahun 2012, bersamaan dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri, PSSI membuat regulasi, nan mana setiap klub dilarang menggunakan dana APBD. Klub dituntut buat berdikari dengan mengandalkan dana sponsor atau investor. Ini bertujuan tidak lain dan tidak bukan buat menuju sepak bola Indonesia nan profesional dan benar-benar menjadi sebuah industri layaknya di Eropa.

Namun, terlepas dari itu semua, kehidupan para atlet sepak bola Indonesia mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Ini tidak lepas dari buah industrialisasi nan terus diupayakan. Peningkatan tersebut bisa dilihat dari segi gaji atlet atau pemain nan semakin melonjak, popularitas layaknya artis, dan gaya hayati nan glamor, walaupun tak seglamor para pesepak bola di Eropa.

Pemain-pemain tenar, seperti Bambang Pamungkas, Christian Gonzalez, dan Shafee Sali, memiliki kontrak mencapai miliaran rupiah per musim. Ini merupakan nominal nan besar buat ukuran Indonesia. Bahkan pemain-pemain kelas dua nan akrab dengan bangku cadangan pun, memiliki nilai kontrak nan berkisar ratusan juta rupiah per musimnya.

Penghasilan nan tinggi ini kemudian berdampak pada gaya hayati mereka. Jadi, tidak heran jika mayoritas pemain saat ini memiliki koleksi mobil nan nisbi mewah.

Kegandrungan masyarakat Indonesia terhadap sepak bola ditambah dengan gaya hayati para pemain sepak bola membuat popularitas para atlet menjadi naik daun.

Banyak dari mereka nan menjadi bintang iklan, bahkan sebagai bintang film, seperti Christian Gonzalez. Dan nan lebih unik lagi, tren gaya hayati atlet sepak bola Eropa nan berkaitan dengan kehidupan pribadi juga mulai menular di Indonesia.

Banyak pesepak bola nan menjalin interaksi dengan para artis. Di antara mereka ada nan sudah menikah, Sebut saja Markus Horison, kipper tim nasional ini telah menikahi seorang seniman bernama Kiki Amalia. Selain itu juga, ada back timnas, Gunawan Dwi Cahyo, nan beristrikan seorang seniman nan bernama Oki Agustina. Belum lagi interaksi nan lagi hot antara Nikita Willy dan pesepak bola naturalisasi Diego Michels.

Demikianlah fakta nan menggambarkan betapa gemerlapnya kehidupan para atlet sepak bola, baik dalam maupun luar negeri. Sebuah fakta nan merupakan konsekuensi dari adanya industrialisasi sepak bola. Namun, apapun itu, tak masalah dan sah-sah saja bila seorang atlet sepak bola mempunyai kehidupan nan glamor. Asalkan diiringi dengan konduite nan mudun dan prestasi nan tinggi.