Jangan Mau Miskin!
Rasulullah, sang pembawa wahyu ke bumi ini pernah mengatakan bahwa kemiskinan itu harus dihindari sebab kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran. Betapa sangat membahayakannya satu kemiskinan hingga Rasulullah dengan kasihnya menganjurkan kepada umatnya buat menjadi kaya. Beliau sendiri miskin sebab Beliau ingin dekat dengan orang miskin. Tetapi sekali lagi Beliau mengatakan bahwa kemiskinan nan Beliau derita bukan suatu penderitaan melainkan satu misi nan ditugaskan oleh Allah Swt. Oleh sebab itulah Islam itu sangat peduli dengan kesejateraan umatnya. Semua faktor penyebab kemiskinan kalau dapat dihilangkan dan umat dapat diberdayakan sedemikian rupa sehingga semua orang menjadi kaya dan sejahtera.
Perangi Kemiskinan
Mengapa setiap orang harus menuntut ilmu? Dengan ilmunya ia dapat mendapatkan penghasilan. Dengan ilmunya ia dapat melakukan banyak hal sehingga hidupnya tak terlunta-lunta dan ia tak menjadi tagungan orang lain. Setiap orang itu harus mampu berdikari terutama dari segi ekonomi. Kalau ia berdikari secara ekonomi, ia tidak harus menjadi seperti seorang budak. Orang nan tak berdikari secara ekonomi sering dilihat sebagai seseorang nan sangat ringkih dan tak akan mampu bertahan bila tidak dibantu.
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Artinya ialah bahwa memberi itu jauh lebih baik daripada menerima. Pemberi itu akan memperoleh pahala sebab ia telah merelakan sebagian hartanya menjadi milik orang lain. Allah Swt sangat bahagia dengan orang-orang nan menafkahkan hartanya di jalan Allah Swt. Bahkan hal itu dianggap sebagai suatu jalan seperti ‘berdagang’ dengan Sang Khalik. Suatu saat harta nan disedekahkan itu akan diberikan balasan dengan harta nan semakin banyak.
Pentingnya menjadi berdikari secara finansial inilah nan membuat setiap orang bekerja keras siang malam demi beberapa lembar uang. Orang nan mempunyai uang itu memang bukan penguasa atau orang nan berhak atas kehidupan orang lain, tetapi dengan adanya uang di tangan, manusia menjadi terlihat lebih bermartabat terutama ketika uang nan ia peroleh memang dari jalan nan halal dan diridhoi.
Lalu bagaimanakah memerangi kemiskinan itu? Sendi-sendi ekonomi harus dibukakan buat setiap orang dan tak boleh hanya diperuntukkan bagi sebagian orang saja. Dalam hal inilah, pemerintah memegang peranan sangat krusial agar semua orang mendapatkan agunan bahwa ia berhak atas setiap jengkal kunci ekonomi nan ada di lingkungannya. Tidak ada halangan baginya buat berusaha. Namun, kenyataannya, banyak kunci-kunci ekonomi itu dikuasai oelh orang-orang tertentu. Mereka mampu mendapatkan berbagai celah agar dapat menambah kekayaannya. Sedangkan orang lain semakin terpuruk.
Semua fasilitas penunjang terwujudnya perekonomian nan layak bagi semua lapisan masyarakat tetap harus diupayakan terbangun dengan cepat. Pemerintah akan berdosa besar bila tak melakukan hal ini. Apalagi kalau mereka sampai memakan uang rakyat. Mereka niscaya akan mendapatkan ganjaran nan setimpal nantinya. Semua orang miskin itu seharusnya ditanggung oleh negara. Negara harus bisa mengentaskan kemiskinan. Orang-orang miskin juga harus diberi pendidikan agar mereka sadar bahwa mereka harus bangkit dari semua faktor penyebab kemiskinan itu.
Jangan Mau Miskin!
Dari sisi individu, orang sering mengatakan bahwa kemiskinan dan pengangguran ialah kemalasan buat mencarinya. Kemiskinan merupakan sebuah masalah nan sudah umum. Keadaan ini hampir dikeluhkan oleh setiap negara dan sering menjadi program primer mengenai masalah pengentasan kemiskinan. Kemiskinan identik dengan tak dapatnya seseorang memenuhi kebutuhan, selalu berada dalam kesulitan dan kekurangan dalam berbagai keadaan.
Kemiskinan identik pula dengan negara berkembang. Sebenarnya, apa nan terjadi di negara berkembang hingga sulit buat menjadi maju? Ada beberapa faktor penyebab nan berasal dari individu sebuah negara nan menyebabkan mereka tetap dianggap miskin. Faktor kemiskinan tersebut banyak sekali dihubungkan dengan beberapa penyebab, mulai dari individu sampai masalah struktural nan menyebabkan sulitnya mengentaskan kemiskinan.
Faktor-Faktor Yang Membuat Miskin
Dilihat dari Faktor Individu
Penyebab individual yakni kemiskinan sebagai dampak dari konduite atau kemampuan dari orang tersebut. Misalnya, malas atau malah menunggu sesuatu nan sifatnya spekulasi. Orang seperti ini seperti membuang percuma waktu dan usianya. Ia rela hanya hayati dengan berjalandi lorong-lorong kegelapan nan membuatnya terlihat bagai bayangan saja. Ia tidak ingin menggunakan energinya menggali potensi dirinya. Baginya, bekerja itu bukan untuknya.
Orang seperti ini terjebak di dalam jiwa nan sesat. Kemungkinan nan membentuk jiwa seperti ini ialah didikan orangtua dan lingkungan nan salah. Bila ia tumbuh di lingkungan nan bangga sebagai seorang pengangguran dan masih dapat hayati layak walau menganggur, maka besar kemungkinan anak muda nan lainnya akan tumbuh seperti itu. Itulah mengapa setiap orangtua itu wajib memberikan pemahaman bahwa hanya dengan bekerjalah seseorang itu akan mendapatkan martabatnya sebagai manusia. Kalau ia tidak bekerja, maka martabatnya akan luntur. Sama saja ia menjadi seorang pengemis. Padahal menjadi seorang pengemis itu haram. Siapa nan mengharapkan sesuatu dari manusia tak akan mendapatkan asa dari Sang Maha Pemberi.
Ancaman itu bukan main-main. Allah Swt sangat cemburu dengan orang-orang nan lebih percaya kepada umatnya buat membantunya. Padahal dalam Al-Quran secara tegas Allah Swt mengatakan bahwa semua umatnya itu hanya butuh berdoa dan doa itu akan dikabulkan. Pengabulan satu doa dapat cepat, dapat lambat, dapat tidak terkabulkan sama sekali. Tetapi dibalik semua itu niscaya tersimpan hikmah nan baik nan hanya Allahlah nan tahu. Manusia hanya berbaik sangka saja dan suatu saat niscaya dapat menyadari mengapa doa-doanya tak terjawab dengan cepat. Pemahaman ini akan membuatnya lebih bersyukur.
Dilihat dari Faktor Keluarga
Penyebab keluarga bukan lagi faktor individu nan sering dilontarkan oleh kelompok nan mengatakan kemiskinan tak akan timbul jika adanya kemauan kuat dari dirinya. Faktor ini menghubungkan kemiskinan sebab keadaan dan pendidikan keluarga. Keluarga nan miskin cenderung melahirkan anak-anak nan juga hayati dalam kemiskinan. Hal ini sebab keluarga tersebut tak mempunyai dana buat menyekolahkan anak-anak mereka.
Pemerintah harus dapat membantu keluarga miskin ini agar anak-anak mereka mempunyai kesempatan memperbaiki kondisi ekonomi keluarga ketika mereka mempunyai pendidikan. Beasiswa ialah jalan terbaik. Banyak sudah contoh anak orang miskin nan akhirnya mampu menjadi kaya raya dan malah membantu orang miskin agar tak miskin lagi. Saling membantu ini sangat krusial agar kemiskinan bisa dientaskan dengan segera. Tanpa perjuangan dan persatuan dalam memerangi kemiskinan, maka akan semakin banyak rakyat berada di bawah garis kemiskinan.
Dilihat dari Faktor Subkultural
Penyebab sub-budaya atau Norma nan menghubungkan faktor kemiskinan disebabkan oleh kehidupan sehari-hari nan dipelajari atau dijalankan dalam lingkungannya. Karena lingkungannya sudah seperti itu, orang pun secara tak sengaja akan menjalani pola hayati nan sama. Misalnya, penduduk suatu daerah bekerja sebagai tukang bangunan. Maka, secara tak disadari, hal ini menular kepada penduduk nan lain. Selain itu, kita sering menjumpai orang nan berjualan berasal dari suatu daerah nan sama.
Bila ada upaya membukakan mata mereka bahwa ada pekerjaan lain nan mungkin akan mengubah nasib mereka, maka mungkin saja kemiskinan itu dapat diatasi. Menggali potensi wilayah tersebut dan memberikan penyuluhan serta memberikan pengetahuan tentang apa nan dapat ditemui di wilayah lain, akan membuat masyarakat sadar bahwa banyak hal nan dapat dilakukan agar terlepas dari jurang kemiskinan. Bila tak diberikan pengertian, maka mereka akan tetap seperti itu. Kasihan bila mereka tidak dapat bangkit dari kemiskinannya.
Dilihat dari Faktor Agensi
Penyebab agensi sosial melihat kemiskinan sebagai dampak dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Misalnya, keputusan pemerintahan Amerika Perkumpulan buat berperang dapat menyebabkan turunnya kesejahteraan rakyat. Bukan hanya terjadi pada negara nan diserangnya, melainkan berdampak besar pula terhadap negaranya sendiri. Perekonomian dan kas negara nan seharusnya dianggarkan buat perekonomian, pendidikan, dan kesehatan, akan terserap buat kebijakan perang tersebut.
Dilihat dari Faktor Struktur
Penyebab struktural sering menimbulkan pertanyaan, kenapa ada nan di sebut struktur? Ini lebih erat kaitannya dengan struktur sosial, baik dalam masyarakat maupun dalam pekerjaan. Misalnya, seorang pejabat nan sudah memiliki strata lebih tinggi dapat diartikan lebih kaya daripada rakyat nan ada di bawahnya.
Semua faktor tersebut dapat dikatakan sebagai faktor penyebab kemiskinan. Faktor-faktor itu harus dihilangkan agar semua rakyat merasa tak miskin lagi.