Definisi Kurikulum Oleh Para Ahli

Definisi Kurikulum Oleh Para Ahli

Pengembangan kurikulum pendidikan merupakan hal nan wajib dilakukan buat menciptakan kemjuan. Tanpa adanya pengembangan, maka sebuah proses pendidikan hanya akan berjalan di tempat. Padahal, pendidikan merupakan sebuah proses nan selalu mengalami perubahan dalam waktu nan nisbi cepat.

Bagi mereka nan menginginkan kemajuan, adanya perubahan tersebut akan dimaknai sebagai sebuah proses buat maju. Dengan demikian, perubahan nan terjadi tersebut harus diikuti dan bukan sebaliknya, ditolak. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi nan ada dalam proses pendidikan nan berorientasi pada kemajuan.

Untuk dapat mendapat klarifikasi nan tepat dalam teori kurikulum, maka kita harus mengetahui dengan tepat konsep kurikulum itu sendiri. Sebab, kurikulum dapat menjadi sebuah seubtansi, dimana kurikulum ini akan dilihat sebagai sebuah perencanaan aktivitas belajar bagi para siswa di sekolah, atau dapat juga menjadi sebuah perangkat tujuan nan hendak diraih.

Konsep kedua dalam kurikulum ialah dipandang sebagai sebuah sistem. Dalam sudut pandang ini, kurikulum menjadi sebuah bagian dari sistem sekolah, pendidikan dan juga sekaligus sebagai sistem masyarakat. Sementara, konsep ketiga dalam kurikulum merupakan sebuah bidang study. Dalam konsep ini, kurikulum akan ditempatkan sebagai bagian kajian para pakar kurikulum serta pakar pendidikan sera pengajaran.

Model kurikulum sendiri memiliki bermacam-macam jenisnya. Dimana semua jenis kurikulum tersebut akan didasarkan pada teori pendidikan. Dalam konsep atau model kurikulum sendiri dipisahkan ke dalam konsep kurikulum humanistik serta rekontruksi sosial.



Sejarah Kurikulum

Sebelum membahas secara lebih mendalam mengenai pengembangan kurikulum, perlu diketahui secara fundamental mengenai makna kurikulum itu sendiri. Kata kurikulum sendiri sudah dikenal di bidang pendidikan sejak abad ke 19. Hal ini didasarkan pada penelitian pada kamus Webster nan muncul pada tahun 1812, kata kurikulum ini belum ditemukan. Baru ketika Webster menerbitkan kamus pada tahun 1856, kata kurikulum ini pertama kali ditemukan.

Dalam kamus tersebut, kata kurikulum memiliki beberapa arti. Arti nan pertama dimaknai sebagai sebuah jeda nan harus dilalui oleh pelari atau kereta pada sebuah perlombaan, sejak dari awal hingga akhir. Selain itu kurikulum juga diartikan sebagai kereta pacu nan ada pada masa lalu, yakni sebuah alat nan akan membawa seorang pelari sejak garis start hingga finish.

Dari arti awal ini menunjukkan bawa pada dasarnya kata kurikulum ini lebih tepat mengacu pada kalimat di bidang olahraga. Sementara, buat penggunaan di bidang pendidikan, kata kurikulum ini diartikan sebagai sejumlah mata kuliah nan terdapat pada perguruan tinggi.

Kata kurikulum sendiri baru dikenal oleh masyarakat Indonesia dibawa oleh para pemuda nan baru kembali menempuh kuliah di Amerika Serikat. Sebelum menggunakan kata kurikulum, istilah "rencana pelajaran" lebih sering digunakan buat menyebutkan makna nan sepadan dengan kata kurikulum itu sendiri.

Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, pada saat ini sudah semakin banyak pakar nan memberikan definisi tersendiri mengenai arti kurikulum tersebut. Perkembangan dan pergeseran makna tersebut muncul sebagai dampak adanya ketidakpuasan pada hasil pendidikan nan ada di sekolah serta semangat buat ingin selalu meningkatkan proses pendidikan itu sendiri.

Di sisi lain, adanya perubahan arti serta makna dari kurikulum itu terjadi sebagai dampak adanya kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan nan mampu merubah perkembangan serta kebutuhan masyarakat.

Hal ini masih pula disebabkan adanya pendapat nan baru muncul mengenai hakikat serta perkembangan anak, cara belajar, definisi masyarakat serta ilmu pengetahuan. Dimana semua hal tersebut secara tak langsung akan memaksa munculnya perubahan pada kurikulum. Dengan semua kondisi nan ada tersebut menunjukkan bahwa sebuah pengembangan kurikulum merupakan hal nan absolut akan terjadi tanpa pernah menemui suatu titik akhir dan akan berlangsung secara terus menerus.

Meski demikian, pada prakteknya proses pengubahan kurikulum tersebut bukan sesuatu hal nan mudah buat dilakukan. Hal ini terjadi sebab antara teori kurikulum serta praktek di lapangan terdapat kesenjangan nan cukup signifikan. Itulah mengapa, seringkali sebuah teori kurikulum baru dapat diterapkan dalam sebuah praktek pendidikan setelah sekian puluh tahun sejak pertama kali ditemukan.



Definisi Kurikulum Oleh Para Ahli

Semakin beragamnya fungsi dan tanggung jawab nan dimiliki sekolah, menjadikan makna kurikulum semakin sulit buat ditemukan definisi nan tepat. Itulah mengapa pada saat ini masing-masing guru harus dapat menciptakan definisi nan sinkron mengenai kurikulum nan didasarkan pada pemahaman serta kesesuaian tugas mereka dalam mengajar. Definisi nan dipahami oleh para guru inilah nan pada akhirnya akan membantu mereka dalam menciptakan taraf keberhasilan dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas.

Di sisi lain, ada pula pernyataan dari beberapa pakar kurikulum mengenai definisi kurikulum itu sendiri. Beberapa pendapat dan definisi para pakar kurikulum tersebut antara lain :

  1. J. Galen Taylor dan William M. Alexander

Melalui buku "Curriculum Rencana for Better Teaching and Learning" nan dibuat pada tahun 1956, keduanya menjelaskan mengenai arti kurikulum. Menurut mereka, kurikulum ialah semua usaha nan dilakukan buat menciptakan pengaruh dalam proses belajar anak. Baik itu proses belajar di ruang kelas, halaman sekolah atau juga di luar sekolah. Dengan demikian, berdasar dari definisi kedua orang ini, semua kegiatan belajar termasuk dalam kategori kurikulum, seperti misalnya kegiatan ekstrakurikuler atau juga pelajaran tambahan.

2. Harold B. Albertycs

Melalui bukunya Reorganizing The High School Curriculum, Albertycs melihat kurikulum sebagai "all school". Dengan demikian, menurutnya kurikulum tak dibatasi pada mata pelajaran, namun juga pada aktivitas lain baik di dalam maupun luar kelas, selama masih dalam tanggung jawab pihak sekolah.

3. B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harjan Shores

Mereka bertiga memandang kurikulum secara lebih luas. Menurut mereka kurikulum merupakan kumpulan dari pengalaman nan memiliki nilai positif nan dapat disampaikan kepada anak serta para pemuda, dengan demikian mereka dapat berpikir serta bertindak sebagimana nan menjadi Norma dalam masyarakat.

4. William B. Ragan

Melalui buku Modern Elemtary Curriculum nan ditulisnya pada tahun 1966, Ragan menyimpulkan kurikulum dalam arti nan luas. Menurutnya, kurikulum merupakan holistik program serta kehidupan nan ada di sekolah. Artinya, seluruh pengetahuan dan pengalaman nan didapat seorang anak merupakan tanggung jawab sekolah.

Menurutnya, kurikulum bukan sekedar dilihat dari sudut pandang bahan pelajaran semata. Namun, termasuk di dalamnya berbicara mengenai aktivitas nan terjadi di dalam kelas, seperti hubungan guru dan siswa, cara pembelajaran serta bangaimana proses evaluasi. Semua hal tersebut menurut Ragan dapat dikategorikan sebagai bagian dari kurikulum.

5. J.Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller

Dalam buku Secondary School Improvement, kedua pakar tersebut melihat kurikulum dalam sudut pandang nan luas. Bagi mereka, kurikulum juga mencakup mengenai metode mengajar serta belajar. Demikian pula dengan cara mengevaluasi siswa serta seluruh program.

Kurikulum juga mencakup mengenai perubahan tenaga pendidik, proses bimbingan serta penyuluhan. Bagian supervisi dan administrasi serta hal-hal struktural tentang waktu, jumlah ruangan dan peluang pemilihan mata pelajaran juga menjadi bagian nan ada di dalam konsep kurikulum.