Kapal Selam I-201 nan Fenomenal
Kapal selam tentunya ialah sebuah teknologi nan sangat canggih. Bayangkan saja sebuah armada nan sangat besar dan mampu menampung banyak beban, serta bisa bergerak di bawah air dengan membawa manusia. Ditambah ada kadar tekanan dan oksigen nan harus dapat diperkirakan buat bisa menampung manusia. Untuk itu, hukum boyle dan hukum boayancy harus tepat digunakan buat membuat kapal selam nan tak hanya canggih, namun juga sangat aman.
Awal tujuan dari pembuatan kapal selam ialah buat berperang. Namun kini, selain buat perang, kapal selam dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi dan penelitian bawah air. Tentunya teknologi nan digunakan kapal selam sangat canggih, namun buat membuat kapal selam tempur sangat tak mudah. Banyaknya bobot persenjataan, belum lagi dengan senjata nan diperkirakan dapat meluncur di bawah air membutuhkan teknologi tinggi buat pengayaannya.
Kapal selam biasanya dibuat dengan adanya tanki balast, nan berfungsi sebagai loka penyimpanan udara dan air. Namun, biasanya tiap biro desain memiliki rancangan nan berbeda buat letaknya. Saat ini, kapal selam juga telah dilengkapi dengan berbagai macam persenjataan. Awalnya, loka persenjataan itu memuat sebuah skrup nan dipakai buat melubangi kapal musuh. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi dan desain nan dilakukan, loka itu dimodifikasi buat bisa memuat rudal jelajah maupun rudal antar benua nan berhulu ledak nuklir.
Kapal selam zaman dahulu memakai diesel sebagai penggerak utama. Hal itu membuat kemampuan kapal selam buat bersembuyi di air menjadi terbatas, sehingga kapal selam harus sering muncul ke permukaan buat mengisi kembali bahan bakarnya. Berbeda dengan kapal selam nuklir nan lebih efisien sebab sangat ekonomis dan menekan biaya operasional.
Karena buat melakukan satu kali charge, kapal selam bisa berlayar selama bertahun tahun tanpa harus mengisi bahan bakar. Akan tetapi, tetap diperlukan keamanan extra buat mengoperasikan sebuah kapal selam nuklir, agar tak terjadi kebocoran radiasi.
Kisah Kapal Selam dan Yamamoto
Beberapa puluh tahun nan lalu ketika masa Perang Global II, Jepang dinilai memiliki teknologi nan lebih maju dari Amerika. Ketika itu Jepang telah memiliki kapal selam canggih nan dimodifikasi oleh seorang naval admiral general Jepang, bernama Isoroku Yamatomo.
Arsitek dari Pearl Harbor Attack ini melakukan banyak penemuan militer selama Perang Global II. Salah satunya ialah konstruksi cerdas terhadap kapal selam The Imperial Japanese Navy's I-40. Kemudian kapal selam Jepang era Perang Global ini menjadi salah satu sejarah dari Perang Pasifik.
Isoroku Yamatomo ialah lulusan Japanese Imperial Naval Academy, dan pernah mengecap bangku kuliah di Harvard University. Yamamoto memiliki taktik perang nan sangat cerdas, walaupun seringkali bertentangan dengan pandangan para sejawat militernya. Dia ialah sosok di balik hadirnya kapal selam dalam Perang Pasifik.
Dalam Perang Pasifik, Yamamoto telah meramalkan kemenangan Jepang, namun buat jangka pendek. Menurutnya, dalam perang jangka panjang, nan terjadi selama lebih dari setahun, Jepang akan mengalami kekalahan. Untuk itu, Yamamoto sangat menentang planning pencaplokan ke China, Manchuria, serta kongsi terhadap Jepang, Jerman dan Italia. Pembuat kapal selam ini risi terhadap keselamatan Jepang.
Dalam planning Yamamoto, sang pendiri kapal selam, ia memilih terumbu Pulau Midway sebagai target strategis nan akan diduduki Jepang jika Jepang bisa menarik keluar kapal induk Amerika. Untuk itu, Yamamoto berencana buat menarik keluar pihak Amerika dalam agresi agar bisa memusnahkan kapal induk mereka.
Kemudian, dibangunlah kapal selam I-400 dan I-401, nan memiliki panjang 20 m, dan dua kali lebih panjang dari kapal selam US. Nantinya, tiga pesawat Aichi M6A Seiran akan diluncurkan dari geladak kedua kapal selam raksasa ini. I-401 sebagai kapal selam raksasa, diduga mampu mengangkut 800 kg bom nan diletakkan di hanggar.
Ketika hulubalang kapal selam memerintahkan perintah peluncuran bom, maka bom akan dilontarkan dari alat pelanting nan telah disiapkan di dek kapal. Kapal ini juga dilengkapi dengan pelampung khusus, sehingga bisa mengapung di atas.
Serangan Jepang pada Pearl Harbor dimulai pada 26 November 1941. Wakil Laksamana Chuichi Nagumo Jepang memerintahkan angkatan nan semuanya berjumlah enam kapal induk buat meninggalkan Teluk Hitokappu nan berada di Kepulauan Kuril, serta bersiap pergi ke Pearl Harbor tanpa melakukan komunikasi langsung melalui radio. Kapal selam juga ikut diberangkatkan.
Tanggal 7 Desember 1941, ketika pagi-pagi sekali, kapal terbang angkatan tersebut akhirnya melakukan pengeboman di semua pangkalan militer Amerika Perkumpulan di Kepulauan Hawaii. Adapun tujuan dari agresi Pearl Harbor tersebut ialah buat melumpuhkan Angkatan Bahari Amerika Perkumpulan di Pasifik. Akan tetapi, menurut Laksamana Isoroku Yamamoto Jepang sebenarnya tinggal menunggu kekalahan dari Amerika. Penyerangan Jepang kepada Amerika ternyata tak hanya dilakukan menggunakan kapal selam.
Setelah mendapatkan kemenangan atas Pearl Habor, Jepang merasa di atas angin dan Amerika Perkumpulan mengalami kejatuhan mental atas kegagalannya. Hal itu membuat Jepang merasa berkuasa di Bahari Pasifik. Jepang pun terus memperluas daerah kekuasaannya dengan melakukan penjajahan di Asia Tenggara memperluas cengkramanya ke Samudra Hindia. Perluasan nan dilakukan oleh Jepang tidak ketinggalan juga membawa serta armada kapal selam nan dimilikinya.
Pada akhirnya, seperti nan ditakutkan oleh Yamamoto, Perang Pasifik berubah menjadi semakin membesar dan panjang. Perang pun menjadi ajang kontes ambisi nasional dan kekuatan senjata. Yang lebih menakutkan ialah adanya persaingan dalam kapasitas industri. Sekalipun memiliki kapal selam nan canggih, Jepang keberatan terhadap terjadinya Perang Pasifik ini.
Agar bisa membangun kembali semangat para tentara nan sedang berada di masa-masa kejatuhan Kekaisaran Jepang, Yamamoto melakukan tur mengelilingi pangkalan AL Jepang. Sayangnya, dalam inspeksinya ke Kepulauan Solomo, Yamamoto tewas ketika pesawat nan ditumpanginya tertembak jatuh oleh Pesawat US P38 Lighting. Kematian Yamamoto juga menjadi titik awal kekalahan Jepang dari perang pasifik. Kekuatan kapal selam Jepang tak dapat lagi membantu.
Lalu bagaimanakan dengan nasib kedua kapal seram raksasa? Kapal selam I-400 dan I-401 ini menjadi rebutan ilmuwan US dan Uni Sovier nan ingin mempelajari teknologi I-400s nan diakui lebih advanced? Perebutan itu dimenangkan oleh pihak US. Pada Juni 1946, kapal selam ini ditenggelamkan oleh US dan berakhir pada kedalaman 820 meter Laboratorium bawah bahari militer US.
Pertempuran ini, berdampak besar terhadap sejarah. Akibat terkecil dari peperangan ini hanyalah sedikit, akibat militer dari kegagalan angkatan bahari Jepang buat menenggelamkan kapal induk Amerika Serikat. Akan tetapi, peperangan telah membuat Amerika Perkumpulan menjadi pihak nan terlibat penuh. Selain itu, kemenangan pihak sekutu dalam pertempuran ini, membuat Amerika Perkumpulan bangkit dan menjadi penguasa besar dunia, serta terbentuknya politik internasional sejak saat itu.
Kapal Selam I-201 nan Fenomenal
Beberapa puluh tahun kemudian, pada Maret 2005, tim penelusur kapal berasal dari National Atmospheric Administration sukses menemukan The Imperial Japanese Navy's I-401 di dasar bahari Hawaii. Pada tahun nan sama, tim tersebut kembali sukses menemukan kapal selam lain, nan merupakan "saudara" dari I-401, yaituI-201.
Merasa sebagai pemilik, tentunya Jepang masih berkeinginan buat mendapatkan lagi I-201. Kapal selam ini masih bisa berfungsing dan mengapung di atas permukaan air. Selain itu, kapal ini juga mampu melontarkan tikus-tikus berpenyakit , serta insektisida pembawa endemi kolera, demam berdarah, dan tifus.
Dr Hans Van Tillburg selaku Koordinator Pusaka Maritim dari Marine Sanctuaries, Kepulauan Pasifik, menyatakan bahwa I-201 tak ada duanya pada masa Perang Global II. Kapal selam tersebut dibuat buat membawa pasukan AL Jepang nan hendak menuju kawasan AS dengan melewati lewat jalur bawah laut. Selain memiliki bentuk nan kokoh, kapal selam ini juga dilengkapi dengan menara nan menjulang, serta senjata nan bisa ditarik ke dalam dan didorong ke luar secara otomatis.
Bentuk dan kecanggihan nan dimiliki oleh I-201 layaknya kapal selam Perang Dingin, nan bisa membawa 144 pasukan serta melakukan perjalanan bawah bahari sejauh 37.000 mil. Ukuran kapal selam ini juga tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kapal selam lain nan pernah berjaya pada masanya.
Itulah kapal selam Jepang, nan menjadi kenyataan hingga sekarang. Betapa pada zaman dahulu telah ada teknologi canggih bernama kapal selam, nan bahkan bisa membuat Amerika Perkumpulan pada saat itu menjadi sangat kewalahan. Hal itu juga membuktikan, bahwa Jepang merupakan bangsa nan maju, dengan pertahanan nan sangat canggih.