Sumbangan Raja Thailand
Lihatlah mal-mal di Jakarta setiap akhir pekan. Penuh sesak. Sporadis sekali ada pusat belanja nan kosong melompong. Setiap orang berbondong-bondong datang ke sana dengan suka rela buat menghabiskan waktu dan mencari hiburan.
Sebaliknya, mari kota tengok museum. Sepi dan merana. Tak terkecuali museum-museum nan ada di Jakarta, salah satunya Museum Nasional Republik Indonesia. Museum nan juga dikenal dengan nama Museum Gajah .
Museum nan sudah berumur lebih dari 150 tahun ini, berdiri anggun di pusat kota Jakarta. Namun, dibanding pengunjung pusat hiburan, jumlah tamu nan datang menyambanginya sangat sedikit. Paling banyak hanyalah rombongan anak sekolah setingkat SD atau SMP dari luar Jakarta, nan mau tak mau harus ikut sebab diwajibkan oleh sekolahnya.
Dibangun oleh Belanda
Ternyata, pemerintah Belanda punya jasa juga terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Indonesia. Salah satunya, museum ini. Sinkron dengan semangat Renaisance pada abad ke-18 di Eropa, Belanda juga tergugah buat membangun pengetahuan di Indonesia lewat museum. Awalnya, mereka membangun museum ini buat mengembangkan riset-riset di Indonesia oleh para peneliti Belanda.
Pada perkembangannya, setelah Indonesia merdeka, pemerintah menjadikan gedung itu murni sebagai museum, yaitu loka penyimpanan benda-benda antik bersejarah. Di sana terdapat arca, patung, prasasti kuno, termasuk manuskrip atau naskah-naskah kuno.
Benda-benda peninggalan tersebut memiliki nilai sejarah nan tinggi. Beberapa koleksi museum ini sempat dicuri oleh kawanan pencuri benda kuno jaringan nasional dan internasional, nan nilainya mencapai miliaran rupiah.
Koleksi museum ini memang sangat berharga sehingga menarik perhatian kolektor dan para penggila barang antik. Jika dinilai harganya, maka dapat membuat orang terpana. Apalagi, di pasar internasional, barang-barang antik ini memang dihargai setinggi langit. Untuk mengantisipasi kemungkinan buruk, Museum Nasional menyiapkan tenaga pengamanan nan memadai selama 24 jam tanpa henti.
Sumbangan Raja Thailand
Sebelum 1979, loka ini lebih dikenal sebagai Museum Nasional, sebagai penanda bahwa inilah museum paling krusial di Indonesia. Namun, sejak tahun itu, nama museum ini kemudian lebih dikenal sebagai Museum Gajah. Masyarakat ternyata lebih suka menyebut nama baru itu dibanding nama sebelumnya.
Tidak salah memang sebab sejak saat itu, di depan gedung museum mulai berdiri patung gajah nan lumayan besar sehingga menarik perhatian pengunjung. Dari luar pagar pun, patung gajah tersebut terlihat dengan jelas.
Patung tersebut dipasang oleh Presiden Soeharto setelah mendapatkan hadiah dari Raja Thailand Bhumibol Adulyadej. Negeri itu memang terkenal dengan gajahnya, khususnya gajah berwarna putih nan sering menjadi lambang hewan suci. Itulah sebabnya, Thailand juga disebut sebagai Negeri Gajah Putih.
Penghormatan nan besar terhadap sumbangan Thailand tersebut diabadikan dengan menempatkan patung itu di halaman depan Museum Nasional. Sejak itulah, Museum Nasional lebih sering disebut sebagai Museum Gajah.