Fakta Unik Tentang Sungai Nil
Berbicara seputar Sungai Nil berarti berbicara tentang peradaban di Afrika. Ya, sungai terpanjang kedua setelah Sungai Amazon ini merupakan nyawa nan membentuk peradaban Mesir Kuno. Dengan panjang 6650 kilometer, Nil melintas sebelas negara di Afrika, mulai dari Mesir hingga Republik Kongo.
Tak Pernah Disebut Nil Oleh Masyarakat Setempat
Adalah sebuah keunikan tersendiri, nama Nil tak berasal dari bahasa Mesir. Dalam bahasa Mesir kuno, Nil disebut dengan nama 'Hpi' atau 'Iteru' nan secara simpel berarti 'sungai raksasa/besar'. Dalam bahasa Koptik, Nil disebut dengan istilah piaro atau phiaro nan bermakna 'sungai'.
Ada pula nan kemudian menyebutnya sebagai 'Ar' nan bermakna 'hitam'. Bukan tanpa karena sungai ini dinamai demikian. Hingga kini Nil masih terus banjir; dan pasca banjir sungai raksasa ini 'meninggalkan' lumpur rona hitam nan berasal dari Ethiopia; dan lumpur ini bukan sekadar lumpur biasa. Lumpur ini sangat menyuburkan tanah; dan akan berkaitan dengan fungsi Nil sebagai denyut nadi nan menghidupi orang-orang Afrika nan bergantung padanya.
Dalam Alkitab Kristiani, nan memunculkan kisah Nabi Musa berkaitan dengan sungai ini, Nil juga tak disebut sebagai ‘Nil’, melainkan 'Sungai Hitam' atau 'Sungai Mesir'. Bahasa Yahudi buat Nil ialah Yeor nan dapat ditarik lagi ke akar katanya, buat membentuk makna ' Cahaya , Terang, atau padanannya'. Nil sendiri oleh masyarakat Yahudi dikenal sebagai Sungai Cahaya.
Lalu, darimana nama Nil berasal? Utamanya, kata Nil berasal dari kata Neilos (dalam bahasa Yunani ) atau Nilus (bahasa Latin). Namun, tak ada nan dapat memastikan darimana istilah Neilos atau Nilus ini berasal. Ada nan menyebutkan, kata ini berasal dari kata bahasa Semit, Nahal atau Nahar,yang berarti 'sungai'. Ada pula nan menyatakan, Neilos bermakna ‘Lembah Sungai’.
Apa pun kata buat menyebut sungai nan mengalir dari selatan ke utara ini, tak ada nan membantah lagi tentang anugerah nan diberikan oleh Nil buat Afrika.
Sungai Nil Sang Penghubung Afrika
Dengan panjang nan sedemikian rupa, Nil melintasi negara-negara di Afrika. Agak unik, memang. Banyak nan menyebutkan Nil identik dengan Mesir . Padahal, sejatinya Nil nan ada di Mesir hanyalah 22% dari total panjang sungai ini sesungguhnya. Nil, sang pembawa berkah buat Afrika ini, terdiri dari dua bagian, yaitu Nil Putih dan Nil Biru.
Nil Putih, memiliki hulu di sebuah desa bernama Jinja nan terletak di sisi utara Danau Victoria. Danau nan syahdan luasnya mencapai 68.680 kilometer ini sendiri, letaknya di perbatasan Kenya, Uganda, dan Tanzania.
Sementara itu, Nil Biru berujung pangkal pada Danau Tana nan terletak di Ethiopia. Seperti halnya Danau Victoria, Danau Tana memiliki luas nan lebar, mencapai 3120 kilometer.
Namun, panjang Nil tidak hanya terbatas di ujung Nil Putih dan Nil Biru semata. Kedua genre ini pada akhirnya terhubung pada sebuah loka bernama Khartoum, Sudan. Dengan demikian, Nil secara total melintasi sebelas negara, dari Uganda, Kenya, Tanzania, Ruwanda, Burundi, Republik Kongo, Ethiopia, Eritrea, Sudan Selatan, Sudan, dan akhirnya bermuara di Mesir.
Tak dapat dipungkiri, dengan luas dan besarnya Nil, statusnya sebagai pembangun peradaban di Afrika, absolut adanya. Sepanjang genre sungai ini bertebaran kota-kota nan terus berkembang berkat kesuburan tanah nan diberikan oleh Nil. Setiap detik, sungai raksasa ini mengalirkan 3,5 juta air. Atau, setara dengan 300 juta m3 per hari. Masa-masa melimpahnya air Nil, terjadi pada bulan Juli dan September tiap tahunnya; kala genre air dapat mencapai lebih dari dua kali lipat, sekitar 700 juta meter perkubik perhari.
Bukankah dengan kuantitas demikian, Nil berpotensi banjir? Ya, memang. Banjir meupakan sesuatu nan dinanti-nanti dari Nil setiap tahunnya. Seperti disebutkan di muka, berkat banjir ini lumpur hitam dari Ethiopia tertumpah. Dan lumpur inilah nan menjadi sumber kesuburan daerah-daerah di tepian Nil.
Fakta Unik Tentang Sungai Nil
Nil nan telah menjadi tulang punggung peradaban Mesir sejak Zaman Batu, memiliki beberapa fakta unik. Beberapa di antaranya ialah sebagai berikut.
- "Mesir ialah anugerah nan diberikan oleh Nil." Demikian nan disampaikan oleh Herodotus, sejarawan asal Yunani. Ucapan nan telah terbukti sepanjang sejarah. Ketergantungan orang-orang Mesir terhadap Nil sudah 'mendarah-daging'. Bahkan kalender antik mereka, didasarkan pada tiga siklus sungai ini. Masing-masing siklus terdiri dari empat bulan; nan satu bulannya terdiri dari 30 hari. Siklus pertama ialah bagian Akhet, nan bermakna 'penggenangan'. Kita sudah mengetahui bahwa Akhet ini ialah masa kala Nil banjir dan menuangkan lumpur hitam buat kesuburan tanah. Fase berikutnya ialah Peret, yaitu masa bercocok tanam. Dan bagian terakhir, ialah Shemu, masa panen ; nan kala masa ini tiba, tak ada ada hujan.
- Selain berguna buat masalah kehidupan, Nil juga menjadi faktor kunci pembangunan Piramida. Ya, bangunan ini tak akan pernah berdiri jika batu-batu buat membentuknya tak dialirkan melalui Nil. Sebagai perbandingan, kita dapat melihat film Asterix dan Obelix kala bertandang di Mesir pada masa Cleopatra nan dibintangi Monica Bellucci itu.
- Nil juga merupakan wahana transportasi paling krusial dan mudah bagi orang Afrika. Melalui sungai inilah kemudian para penduduk Mesir bisa berdagang dengan orang-orang Yunani atau Mesopotamia
- Bukan tanpa karena Nil dibagi dengan istilah Nil Biru dan Nil Putih. Penamaan Nil Putih didasarkan pada rona sungainya nan putih nan terjadi sebab faktor lumpur.
- Dalam kepercayaan Mesir Kuno, genre Nil berasal dari air mata nan ditumpahkan oleh Isis (Dewi Kehidupan) atas meninggalnya Osiris sang suami. Dikisahkan, Set, saudara Osiris dan Isis membunuhnya dan memotong tubuh sang dewa menjadi 14 bagian. Isis pun dengan air mata berderai mencari satu demi satu bagian tubuh suaminya ke seluruh negeri; nan digambarkan dengan baik oleh genre Sungai Nil. Osiris sendiri kemudian dibangkitkan oleh para dewa buat menjadi Penguasa Kematian. Osiris juga merupakan lambang siklus kehidupan nan senantiasa berputar.
- Hingga saat ini Sungai Nil masih merupakan anugerah sekaligus masalah bagi negara-negara Afrika modern. Seperti nan terjadi baru-baru ini, ketika Negara seperti Kenya, Uganda, Sudan, dan Ethiopia berusaha menuntut keadilan atas Mesir nan dianggap terlalu memonopoli laba atas kekayaan air Nil.
- Jika tertarik dengan buaya, tak ada salahnya buat berkunjung ke sepanjang sungai Nil sebab di sinilah loka mereka banyak bersarang. Selain itu, Nil juga menjadi loka ideal buat elang pemakan ikan.
- Berkaitan dengan banjir tahunan Nil, ada pula kepercayaan masyarakat setempat. Mereka meyakini bahwa Firaun dan dewa Hapy menjadi tokoh sentral dalam mengendalikan banjir. Nil juga merupakan tema sentral dalam pemahaman spiritual orang-orang Mesir tentang kematian. Mereka meyakini, bagian timur sungai merupakan loka kelahiran. Sebaliknya, bagian barat sungai ialah loka kematian . Hal ini diilhami dari terbit dan terbenamnya Ra, Dewa Matahari. Maka, lumrah saja jika makam-makam orang Mesir terletak di barat sungai. Dengan cara demikian, mereka konfiden bahwa jiwa mereka bisa masuk ke kehidupan nan akan datang.
Nah, itulah informasi mengenai Sungai Nil. Semoga bermanfaat.