Dampak Pemanasan Dunia di Eropa

Dampak Pemanasan Dunia di Eropa

Dampak pemanasan global disadari atau tak kian hari kian kita rasakan. Berbagai upaya telah dilakukan banyak kalangan guna meminimalisir akibat pemanasan global. Seperti kampanye gerakan penghijauan, meminimalisir pemakaian alat, mesin atau benda kimia nan merusak alam dan mencemari udara dan lingkungan, dan lain-lain.

Beberapa kajian ilmuwan menemukan fakta-fakta nan terjadi di alam sebagai dampak akibat pemanasan global, seperti mencairnya es di kutub utara dan selatan, meningkatnya level permukaan laut, perubahan Iklim atau cuaca nan kian ekstrim dan tidak menentu, gelombang panas nan kian ganas, dan terkikisnya gletser sebagai sumber air higienis dunia.

Kini kita akan membahas fakta-fakta nan terjadi di alam nan diakibatkan sebagai akibat pemanasan dunia sebagai bahan renungan atas sikap kita nan kerap acuh terhadap pelestarian alam.



Dampak Melelehnya Es di Kutub Selatan dan Utara

Dampak Pemanasan Dunia telah berakibat pada terus melelahnya es di wilayah kutub utara dan kutub selatan. Bayangkan Es di wilayah Greenland telah lumer hampir sekitar 19 juta ton. Pada tahun 2007, di musim panas volume es di Artik hanya tersisa separuh dari volume nan ada 4 tahun sebelumnya.

Kejadian Mencairnya es ini benar-benar terjadi di luar hitungan prediksi nan pernah diperkirakan oleh para ilmuwan. Awalnya para ilmuwan memperkirakan lenyapnya seluruh es di bagian kutub akan terjadi sekitar tahun 2040 hingga 2100. Namun, hasil penelitian terhadap data es tahunan hingga tahun 2007 membuat para ilmuwan kembali berpikir ulang mengenai model prediktif nan telah mereka untuk terhadap akibat pemanasan global.

Kejadian-kejadian alam di luar dugaan sebagai akibat pemanasan dunia tersebut membuat para ilmuwan sadar dan mengakui bahwa ada faktor-faktor di luar jangkauan nalar prediktif mereka. Belajar dari kekeliruan prediksi para ilmuwan sebelumnya, Dr. H. J Zwally pakar iklim NASA membuat prediksi terbaru berpedoman terhadap data es terbaru, serta model prediksi nan lebih akurat, ia memberi prediksi nan mencengangkan dengan mengatakan bahwa seluruh es nan ada di kutub utara akan hancur musnah atau mencair antara 2008 hingga 2012.

Empat tahun lalu sebuah kenyataan alam kembali menunjukkan bukti serius akibat pemanasan global. Pada 6 Maret 2008, di Antartika bongkahan es seluas 414 kilometer persegi runtuh.



Dampak Pemanasan Dunia di Mata Pakar

Menurut pengamatan peneliti, reruntuhan bongkahan es itu mengambang permanen di sekitar 1.609 kilometer selatan Amerika Selatan, barat daya Semenanjung Antartika. Padahal, bongkahan es tersebut telah ada di sana semenjak 1.500 tahun lalu. Ted Scambos ketua peneliti NSIDC mengatakan “Inilah akibat pemanasan global…” Menurut Ted, lempengan es nan disebut Wilkins Ice Shelf itu sporadis sekali runtuh.

Kini, setelah terjadi keruntuhan itu, bongkahan es nan tersisa hanya 12.950 kilometer persegi, ditambah 5,6 kilometer potongan es nan berdekatan dan menghubungkan dua pulau. “Sebentar lagi, bongkahan es terakhir ini dapat turut runtuh. Dan, setengah total area es bakal musnah dalam beberapa tahun kedepan,” ujar Ted. “Beberapa kenyataan alam akhir-akhir ini merupakan bukti konkret akibat pemanasan global,” ujar Sarah Das, seorang peneliti pada Institut Kelautan Wood Hole.

Apa nan terjadi di Antartika sangat rumit dan terisolir dari seluruh bagian dunia. Antartika di Kutub Selatan merupakan benua dengan daerah pegunungan dan danau nan dikelilingi lautan dan diselimuti es. Antartika jauh lebih dingin ketimbang Artik, lapisan esnya pun sporadis sekali meleleh, bahkan menurut sejarah ada lapisan nan tak pernah mencair.

Rata-rata temperaturnya selalu minus 49 derajat Celsius. Baru pada Juli 1983 pernah mencapai hampir minus 90 derajat celsius. Maka tak aneh jika kenyataan mencairnya es di benua nan menyimpan hampir 90 persen es di seluruh global sebagai akibat pemanasan dunia itu menyibukan para peneliti buat terus melakukan kajian serius.



Dampak Pemanasan Dunia Meningkatnya Level Permukaan Laut

Mencairnya es di kutub Utara dan kutub Selatan telah mengakibatkan naiknya level permukaan air laut. Menurut prediksi para pakar jika seluruh Greenland telah mencair. Maka level permukaan bahari akan naik hingga 7 meter. Jika itu terjadi seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah nan ada di global akan hilang tertutupi permukaan laut.



Dampak Pemanasan Dunia pada Perubahan Iklim atau Cuaca nan Semakin Ekstrim

NASA menyatakan bahwa dampak pemanasan global telah mengakibatkan pada semakin ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Misalnya, pola curah hujan nan tidak menentu dan tak lagi dapat diprediksi sehingga akan terjadi banjir di satu tempat, tetapi terjadi kekeringan di loka lain. Kekuatan topan dan badai tropis baru akan semakin banyak terjadi.

Sebenarnya tanpa pernyataan NASA di atas pun kita sudah bisa merasakan akibat pemanasan dunia pada lingkungan di sekitar kita. kita tentu dapat merasakan betapa panasnya suhu udara di sekitar kita akhir-akhir ini. Hujan dan panas nan datang tak menentu telah merugikan para petani dan badai nan terjadi secara tiba-tiba telah mengakibatkan kerugian bahkan berujung kematian.

Jika kenyataan tersebut belum cukup, kita bisa menyimak berita-berita internasional mengenai bala alam. seperti Badai topan di Jepang dan Amerika Serikat, curah hujan dan badai salju di Cina. Semua itu terjadi sebagai akibat pemanasan global.



Dampak Pemanasan Dunia Gelombang Panas kian Mengganas

Dampak pemanasan dunia membuat gelombang panas kian sering terjadi dan semakin kuat. Pada tahun 2007, di Amerika Perkumpulan Daerah St. George, memegang rekor paling tinggi dengan suhu paling tinggi mencapai 48o Celcius. Sebagai gambaran, Anda dapat membandingkan dengan suhu kota Surabaya misalnya nan terkenal panas saja hanya berkisar di antara 30o-37o Celcius.

Suhu di St. George disusul oleh Las Vegas dan Nevada nan mencapai 47o Celcius, serta beberapa kota lain di Amerika Perkumpulan nan rata-rata suhunya di atas 40o Celcius. Bahkan, Daerah Death Valley di California sempat mencatat suhu 53o Celcius. Agresi gelombang panas ini bahkan memaksa pemerintah di beberapa negara bagian buat memberlakukan status darurat siaga I.

Serangan tahun itu telah membuat korban beberapa orang dampak tak kuat menahan akibat pemanasan global, ratusan ikan air tawar mati, hasil pertanian rusak kekeringan, kebakaran hebat mudah melanda hutan, hewan-hewan ternak pun banyak nan wafat kekeringan.



Dampak Pemanasan Dunia di Eropa

Di daerah Eropa bagian Selatan pada 2003 juga pernah terjadi agresi gelombang panas hebat nan mengakibatkan kurang lebih 35.000 orang meninggal global dengan korban terbanyak berasal dari Prancis sekitar 14.802 jiwa. Korban jiwa lainnya tersebar mulai dari Inggris, Italia, Portugal, Spanyol, dan negara- negara Eropa lainnya. Gelombang panas akibat pemanasan dunia ini juga menyebabkan kekeringan parah dan kegagalan panen merata di daerah Eropa.



Dampak Pemanasan Dunia Mengakibatkan Habisnya Gletser sebagai Sumber Air Higienis Dunia

Akibat mencairnya gletser-gletser global telah mengancam ketersediaan air bersih, dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air bahari dunia. Itulah nan terjadi sekarang ini. Gletser-gletser global telah mencair hingga mencapai titik nan sangat mengkhawatirkan.

Menurut catatan hasil pengamatan NASA sejak tahun 1960 hingga 2005 saja, jumlah gletser-gletser di berbagai belahan global nan lenyap kurang lebih mencapai 8.000 meter kubik. Para ilmuwan NASA kini tengah menyadari bahwa mencairnya gletser-glester, mencairnya es di kedua kutub bumi utara dan selatan, meningkatnya suhu temperatur bumi secara global, hingga meningkatnya level air bahari merupakan bukti-bukti bahwa planet bumi kita tengah terus mengalami pemanasan.

Untuk itu bisa dipastikan bahwa dampak pemanasan global nan terjadi kepada kita sebagai umat manusia nan mendiami bumi. kitalah nan bertanggung jawab atas perubahan alam ini.