Film
Pada zaman kolonialisme Belanda, kesenian tradisional hayati berdampingan dengan pengaruh Barat. Bahkan terjadi perpaduan di antara keduanya. Sejarah seni budaya Indoinesa kental dengan unsur-unsur luar nan telah mengalami penyesuaian dengan budaya lokal.
Musik Keroncong
Musik keroncong ialah jenis musik nan dihasilkan dari alat musik berdawai dengan alunan nan romantik. Diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16. Musik ini kemudian dikembangkan oleh orang Indonesia dan menjadi musik khas rakyat Indonesia.
Dalam perkembangannya, keroncong menjadi musik nan populer di kalangan masyarakat Hindia-Belanda. Salah satu lagu keroncong nan paling terkenal ialah Bengawan Solo nan diciptakan Gesang pada tahun 1940.
Komedi Stambul
Lawak Stambul (berasal dari kata Istanbul) ialah pertunjukan nan menggabungkan drama lama dan baru dari kebudayaan Cina, India, Melayu, dan Eropa. Musik nan mengiringi pertunjukan ini menggunakan alat musik tradisional dan Eropa. Lawak ini dipertunjukan dengan bahasa Melayu.
Cerita-cerita nan ditampilkan melalui lawak ini diambil dari kisah-kisah tradisional romantis “Pangeran Panji”, cerita timur tengah seperti “Ali Baba, Sinbad, Cerita Seribu Satu Malam”, cerita Eropa seperti “Pedagang dari Venisia” atau kisah pada masa ini mengenai para nyai Batavia. Lawak stambul terutama disukai oleh kelas pekerja, sementara kelompok cendikiawan modern cenderung merendahkan tontonan ini.
Film
Bioskop menjadi pertunjukan massal nan dibandingkan dengan pementasan Lawak Stambul pada pertengahan 1920-an. Gedung bioskop selalu dipenuhi penonton, meskipun hanya film bisu dengan harga tiket nisbi mahal. Harga kursi termurah setara dengan sepertiga penghasilan harian seorang kuli. Film-film nan ditampilkan umumnya berasal dari Eropa, Cina, dan Hollywood.
Tidak heran ketika Charlie Chaplin, bintang film nan sangat popular di global saat itu, berkunjung ke Bali tahun 1930-an, penduduk setempat mengenali dan mengikutinya di jalanan.
Pada tahun 1929 perusahaan Cina mulai mengembangkan industri film lokal. Film bersuara mulai dikembangkan di Hindia-Belanda pada tahun 1931. Pesatnya pertumbuhan industri film di Hindia-Belanda terlihat dari peningkatan produksi film di Jawa nan mencapai 32 judul pada tahun 1941, sepuluh kali lipat dibanding jumlah produksi pada tahun 1936. Di tahun nan sama juga sudah terdapat 240 bioskop di Jawa.
Bali
Dari semua wilayah di Nusantara, Bali merupakan loka nan mendapatkan perhatian spesifik dari pemerintah kolonial Belanda buat bidang kesenian. Keadaan ini tak terlepas dari pandangan romantis banyak budayawan dan cendikiawan Belanda nan memandang Bali sebagai satu-satunya surga hinduisme nan tersisa di kepulauan Nusantara.
Sejarah seni budaya Hindu masa lalu masih dapat dinikmati di Bali. Oleh sebab itu, pemerintah kolonial bukan hanya memutuskan buat mempertahankan corak hinduisme, tetapi juga berusaha mengembangkannya dengan mengundang para artis Eropa ke Bali.
Pada tahun 1930-an, bersama seorang artis Bali bernama Wayan Limbak, Spies memperkenalkan satu tarian hiburan kolosal baru pada masa itu, disebut tari kecak. Tarian ini bersumber pada tarian sanghyang, pengiring upacara pengusir wabah. Selanjutnya, tari kecak menyebar ke penjuru Pulau Bali dan kini menjadi karakteristik khas Bali nan termashur ke penjuru dunia.
Kesusastraan
Perkembangan kesusastraan Indonesia modern berawal dari zaman Kolonial Belanda. Perkembangan kesusastraan pada zaman ini mendapatkan pengaruh besar dari kebudayaan Eropa terutama Belanda.
Pada abad ke-18 dan ke-19, kesusastraan Jawa dan Melayu dalam kondisi wafat suri. Tulisan Abdullah ibnu Abdulkadir, penerjemah Rafles, menciptakan satu gaya baru nan berbeda dari bentuk kesusastraan Melayu tradisional. Autobiografinya dan salah satu karya prosanya nan terkenal, Hikayat Abdullah , kemungkinan merupakan contoh paling awal dari karya nan mendapat pengaruh dari Barat.
Bahasa Indonesia
Pengaruh primer global Barat dalam kesusastraan Indonesia modern ialah penggunaan huruf latin. Penggunaan huruf latin menyebar ke penduduk Indonesia melalui pendidikan. Pengaruh Barat dalam kesusastraan Indonesia terbentuk selama perkembangan nasionalisme .
Keadaan ini kemudian mendorong munculnya kebutuhan akan adanya bahasa nasional. Saat itu, bahasa Melayu telah menjadi bahasa penghubung di kepulauan Nusantara. Bentuk pengembangannya disebut bahasa Indonesia, diarahkan buat memenuhi kebutuhan itu.
Pada tanggal 25-28 Juni 1938 diadakan kongres bahasa di Surakarta nan membahas kemungkinan pemakaian bahasa Indonesia di segala bidang. Pemilihan bahasa melayu dirasa cukup unik sebab suku Melayu bukanlah kelompok etnik mayoritas.
Jika sebelumnya sekadar menjadi alat komunikasi dalam kegiatan sosial dan ekonomi, bahasa Melayu juga menjadi bukti diri sekaligus bahasa perjuangan sejak dasa warsa kedua abad ke-20. Selanjutnya, bahasa Melayu menjadi dasar pengembangan sejarah seni budaya khususnya kesusastraan Indonesia modern.
Pujangga Baru
Satu genre sastra baru dibentuk oleh sekelompok penulis nan menyebut dirinya sebagai pujangga baru. Anggotanya nan paling terkenal ialah Sutan Takdir Alisjahbana dan Teungku Amir Hamzah.
Kelompok dengan mayoritas anggota asal Sumatra ini berniat meninggalkan kebudayaan lokal agar bisa bergerak maju. Pujangga baru berperan sangat krusial dalam pengembangan keusastraan Indonesia dan penggunaan bahasa Indonesia modern. Mereka melihat Barat sebagai sumber inspirasi.
Raja Ali Haji
Tidak semua kelompok penulis Indonesia berkiblat ke Barat dalam mengembangkan kesusastraan. Mereka nan memiliki paham dan kecendrungan Islam biasanya memilih berkiblat ke Timur Tengah, di antaranya ialah Raja Ali Haji (sekitar 1809-1873) dari Riau.
Ia dikenal sebagai pujangga terbaik Pulau Penyengat dan pengikut al-Ghazali, pakar agama dari Persia. Raja harus menyediakan bahan bacaan nan memperhatikan seluruh ajaran Islam bagi rakyat agar mereka bisa mempersiapkan diri buat kehidupan di global berikutnya.
Bersama ayahnya, Raja Ali Haji menulis kompilasi Tuhfat al-Nafis , yaitu gambaran luas sejarah Melayu-Bugis nan saling memengaruhi selama hampir dua abad. Selain sejarah, ia juga mengubah puisi penuntun moral nan berjudul Gurindam Dua Belas , serta menulis dua jilid ensiklopedia bahasa dan adat Melayu.
Banyak karya sastra dari kerajaan Riau-Lingga nan ditulis pada awal abad ke-20 diterbitkan oleh Ahmadiah Press nan berada di Singapura. Penerbit dan percetakan ini dimiliki oleh saudara Raja Ali Haji dan masih berdiri hingga 1980-an.
Bangga dengan Budaya Sendiri
Seni budaya merupakan hasil dari karya nan mumpuni dan oleh kecerdasan emosional para leluhur pada zaman dulu nan memiliki tuntunan atau anggaran nan ada di masyarakat tertentu. Seperti misalnya adat dan seni budaya nan ada di masyarakat Sunda tak sama dengan adat budaya nan ada di Sulawesi atau daerah-daerah lain di Indonesia.
Seni-budaya secara generik berasal dari dua suku kata seni dan budaya. Kata budaya sangat mungkin berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddhayah nan mengandung arti budi pekerti, akal, dan berkaitan dengan budi dan akal manusia. Atau definisi lain mengatakan bahwa budaya ialah tata anggaran hayati manusia nan terjadi pada kelompok masyarakat diwariskan secara tradisi turun temurun. Sedangkan kata seni merupakan ide pemikiran atau gagasan berpikir manusia, atau bisa diartikan sebagai ilmu.
Seharusnyalah sebagai bangsa nan kaya akan seni dan budaya membuat kita sebagai bangsa Indonesia bangga. Kita pun harus menjaga dan melestarikan seni dan budaya nan ada di negeri ini. Kalau bukan kita selaku pemilik budaya, siapa lagi nan akan menjaganya? Tak heran jika banyak kesenian dan kebudayaan Indonesia nan dilirik oleh bangsa lain.
Membicarakan seni dan budaya seperti tak ada habisnya. Begitu luar biasa banyaknya beraneka ragam seni budaya nan terbentang dari ujung barat pulau Sumatra sampai ujung timur Papua.
Memiliki aneka ragam seni budaya masing-masing nan selalu menarik buat disimak. Tapi keanekaragaman suku, seni, dan budaya tersebut disatukan dalam bingkai Berbeda-beda Tunggal Ika (walaupun bhineka tetapi tetap satu jua).[]