Penyanyi Cilik, Icon Anak-Anak Indonesia
Lumba-umba ikan nan pintar
Bisa meniru kayak manusia
S’lalu patuh kalau disuruh
Tetapi harus makan dulu
Pernahkah anda mengenal lagu ini? Bagi anda nan masa kecilnya mengidolakan penyanyi cilik Indonesia , Bondan Prakoso niscaya sudah tak asing lagi dengan lagu nan berjudul si lumba-lumba ini. Lagu ini memiliki lirik nan sangat sederhana, nadanya juga sangat simple tapi energik. Namun, makna lagu ini sungguh mendalam bagi anak-anak sebab berisi tentang pengetahuan mengenai lumba-lumba dengan bahasa dan cara nan mereka suka.
Sadarkah anda, memasuki tahun 2000an, lagu-lagu semacam ini mulai menghilang dari koleksi musik tanah air sebab ikut tergilas oleh kepopuleran musik pop nan semakin disukai masyarakat. Lagu anak menjadi korban nan kini terkubur bersama memori anak-anak jaman dulu, bahkan semakin banyak nan melupakannya. Kini, era musik anak-anak sudah berubah.
Mengapa lagu-lagu anak-anak dikatakan menghilang, sementara penyanyi cilik di era 2000an ini semakin menjamur? Salah satu faktornya ialah sebab lagu nan mereka bawakan jauh dari global anak-anak. Aliran music pop nan merupakan konsumsi usia remaja dan dewasa turut mempengaruhi jenis dan tema lagu anak saat ini. Lagu anak-anak mulai meninggalkan tema tentang global anak dan beralih pada tema-tema nan mengacu pada kehidupan remaja dan dewasa.
Penyanyi cilik Indonesia mulai menjamur, bahkan mulai menyaingi popularitas penyanyi dewasa. Hal tersebut entah harus dikatakan sebagai kemajuan atau justru kepunahan nan membawa aliran lagu anak semakin membaur dengan lagu pop remaja dan dewasa. Untuk mengetahui sejauh mana perubahan icon penyanyi cilik dan lagu-lagu nan dibawakannya, berikut ini ialah informasi lengkapnya buat anda.
Penyanyi Cilik Indonesia dan Global Mereka Era 80-90an
Kembali ke masa lalu era 80-90an, anjung hiburan Indonesia memiliki penyanyi-penyanyi cilik nan melegenda dengan lagu-lagu khas anak-anak nan mendidik dan enak pula didengar. Pada era tersebut, anak-anak mengenal dengan akrab lagu-lagu anak melalui media televisi dan radio. Sebut saja Eno Lerian nan terkenal dengan lagunya nan berjudul Dakocan dan
Belum lagi penyanyi cilik Agnes Monica, Puput Melati, Oki Lukman, Chikita Meidi, Saskia, Joshua, Geofani, Intan R.J., Sherina, dan Tasya. Bahkan penyanyi cilik nan tergabung dalam grup pun menyemarakkan global hiburan tarik suara di Indonesia. Di antaranya ada Trio Kwek Kwek nan sangat populer nan dimotori oleh Afandi, Leoni, dan Dea Ananda. Selain itu, ada pula Melisa nan terkenal dengan lagu Abang Tukang Bakso dan Semut Kecil nan sangat fenomenal di tahun 80-an.
Mengingat karakter unik, Indonesia juga pernah memiliki Susan dan Kak Ria Enes nan selalu menyanyikan lagu-lagu berlirik riang dan cita-cita. Apalagi jika kita bertolak lebih ke belakang lagi, ada banyak penyanyi cilik Indonesia pada era 70-an. Sebut saja Adi Bing Slamet, Cica Koeswoyo, Puput Novel, Ria Irawan, Rano Karno, Ira Maya Sopha, Dina Mariana, Diana Papilaya, Faradila Sandi, dan masih banyak penyanyi cilik Indonesia lainnya pada zaman itu.
Tema lagu nan diusung oleh penyanyi cilik era 70 hingga 90 an mencakup cerita nan sangat dekat dengan global anak. Tema tersebut seputar kehidupan sekolah, kegiatan di rumah, interaksi dengan orang tua, bahkan pengetahuan mengenai alam sekitar. Lagu nan berjudul “bolo-bolo” nan dinyanyikan oleh Tina Toon nan liriknya sangat lucu dan sinkron dengan anak. Atau lagu nan berjudul “Banyak nyamuk di rumahku” nan merupakan lagu dengan isi nasehat nan baik buat anak.
Lagu rohani pada era-era tersebut juga dimiliki oleh penyanyi cilik Indonesia. Salah satunya ialah “Sembilan Bulan” nan dipopulerkan oleh Dea Ananda. Lagu ini memiliki makna nan sangat mulia yaitu berbakti pada ibu. Selain itu, ada lagu nan bertema hari raya. Lagu tersebut mengajak anak-anak agar bersyukur jika memiliki baju baru buat hari raya, dan tetap bersyukur jika tak memilikinya.
Image nan dimunculkan penyanyi cilik pada masa itu memiliki karakteristik khas anak-anak nan imut, lucu, simple , namun tetap keren. Sebut saja group band cilik nan terkenal dengan nama Trio Kwek Kwek. Gaya mereka sangat populer saat itu, penampilannyapun sangat energik dan penuh semangat, menggambarkan gaya hayati anak-anak nan ceria. Image nan demikian dapat menjadi trend center nan sinkron dengan usia anak.
Genre lagu anak-anak tak terbatas pada lagu orisinil Indonesia saja. Pada era 90an, lagu anak-anak semakin lengkap dengan koleksi lagu animasi Jepang terjemahan. Lagu-lagu ini mempunyai kumpulan penyanyi cilik tersendiri nan mempopulerkannya. Meski tidak sepopuler penyanyi cilik nan menyanyikan lagu orisinil Indonesia, penyanyi cilik ini memiliki suara nan khas dan sangat dinikmati oleh anak-anak pada masa itu.
Mungkin anda nan sejak kecil menyukai animasi Jepang (anime) masih ingat beberapa lagu pembuka dan akhir episode nan menggunakan bahasa Indonesia. Dimulai dari lagu nan paling populer yaitu Doraemon. Lagu tersebut sangat erat dengan khayalan anak-anak dan memiliki lirik nan mudah diingat. Juga pada lagu ending Doraemon nan berisi makna, jika ingin memiliki masa depan nan cerah maka harus bangun dan berusaha.
Lagu original soundtrack anime nan tidak kalah populernya ialah lagu pembuka anime Kapten Tsubasa. Liriknya sangat membakar semangat dan melambangkan sportifitas seorang pemain bola nan tinggi. Selain itu, ada pula lagu pembuka Digimon satu dan dua nan penuh semangat dan pantang penyerah.
Pada era 90an, semua anak perempuan usia SD hampir semuanya hafal dengan lirik lagu pembuka Sailormoon nan sangat melegenda. Lirik lagu tersebut bersifat imajinatif dan sangat girly . Lagu-lagu nan tidak kalah menariknya ialah lagu heroik seperti P-Man, Ninja Hattori dan Ninja boy nan sangat membakar semangat. Namun, di era ini kelompok penyanyi cilik buat soundtrack anime , penerjemah lagu anime , dan lagu-lagu nan sudah diubah dalam versi Indonesia sudah sporadis ditemui di televisi.
Penyanyi Cilik Indonesia Era Modern
Seperti banyak penyanyi-penyanyi lainnya, zaman millennium diisi dengan sesuatu nan sifatnya instan, cepat jadi dan cepat saji. Pilihan didasarkan atas banyaknya dukungan kepada para kompetitor melalui short message service (sms). Meski dukungan tersebut dipengaruhi juga oleh komentar para juri, namun hasil akhir tetap saja didasarkan pada banyaknya kiriman sms nan lebih memiliki pura-pura suka atau tak suka.
Belum lagi lagu-lagu nan dinyanyikan dalam ajang adu talenta tersebut kebanyakan lagu-lagu dewasa nan biasa dinyanyikan oleh orang dewasa, oleh band remaja dan dewasa, juga berlirik luapan perasaan jatuh cinta terhadap versus jenis. Apakah sudah tak ada lagi nan mampu membuat lagu buat anak-anak? Atau lagu anak-anak dinilai tak menjanjikan secara materi sehingga dilupakan begitu saja?
Kehadiran penyanyi cilik memang beriringan dengan produksi lagu-lagu nan cocok dan pas didengarkan oleh anak-anak. Memang saat ini kita mengenal grup musik nan masih tergolong anak-anak cukup terkenal nan muncul di 2009. Hanya saja, jika kita perhatikan liriknya, bukanlah lirik nan pantas dikonsumsi oleh anak-anak. Lebih cocok buat remaja atau bahkan dewasa.
Dalam hal ini sudah jelas terlihat, produksi lagu anak, kemunculan penyanyi cilik Indonesia saat ini lebih didasarkan pada nilai jual atau laba finansial dibandingkan dengan kebutuhan hiburan nan sinkron dengan usia anak-anak.
Lantas, apakah kehadiran penyanyi cilik Indonesia saat ini hanyalah sebagai saingan penyanyi-penyanyi remaja atau dewasa? Penyanyi cilik Indonesia semestinya dapat menjadi representasi dari kehidupan anak-anak Indonesia, bukan kehidupan kaum remaja atau kaum dewasa Indonesia.
Penyanyi Cilik, Icon Anak-Anak Indonesia
Lagu anak dapat menjadi salah satu media pendidikan bagi anak-anak. Penyanyi cilik juga dapat menjadi icon nan diidolakan oleh anak-anak. Ini memang menjadi fungsi hiburan. Lagu nan berisi lirik-lirik nan baik akan meresap ke dalam otak anak dan akan terus diingat dan dinyanyikan. Hal tersebut berpengaruh terhadap representasi mereka dalam global mereka.
Di samping itu, lagu anak-anak juga merupakan hasil karya nan patut diakui dan dihargai kreatifitasnya, baik dalam hal image nan diciptakan penyanyinya, maupun lirik lagunya. Penyanyi cilik juga memiliki karakter nan mereka tampilkan sebagai representasi konduite dan talenta nan dimilikinya.
Dengan demikian, penyanyi cilik diharapkan menjadi icon pendidik seluruh anak-anak Indonesia nan menontonnya. Jangan sampai, penyanyi cilik larut dalam arus musik remaja dan dewasa hingga akhirnya punah tidak tersisa. Yang dimaksud dengan punah di sini ialah hilangnya cerminan kehidupan anak dalam lagu-lagu nan mereka bawakan. Dengan demikian, popularitas penyanyi cilik bukan hanya bertujuan buat laba finansial saja, melainkan lebih pada kegunaan bagi seluruh anak-anak, generasi penerus bangsa ini.