Penanggulangan Tauran Antar Pelajar

Penanggulangan Tauran Antar Pelajar

Tauran antar pelajar atau antar remaja semakin merebak setelah terbentuknya geng-geng. Maraknya tauran antar pelajar disebabkab tingkah laku nan militan serta merusak lingkungan dan mengganggu masyarakat. Hal-hal nan melatarbelakangi perkelahian atau tauran antar pelajar biasanya hanya masalah sepele.

Sebagai remaja, mereka sedang dalam pencapaian mencari jati diri. Mereka menginginkan pengakuan bahwa keberadaan mereka ada. Namun, cara-cara nan dilakukan buat mencari jati diri tersebut terkadang salah arah. Dan tindakan para pelajar nan notabene ialah remaja sering merugikan orang lain tanpa mereka sadari. Tanpa mereka sadari, tauran antar pelajar sudah mulai meresahkan masyarakat.

Para pelajar justru bangga jika ada nan merasa ketakutan dengan gengnya. Mereka seakan tidak peduli dengan dampak dengan perbuatan anarkis mereka. Tauran antar pelajar ini sebenarnya merugikan banyak pihak. Namun, masyarakat tidak dapat berbuat banyak selain menghindar. Biasanya, tauran antar mengakibatkan banyak korban nan terluka. Selain itu, mobil, kaca rumah, dan genting rumah pun menjadi target kebrutalan anak-anak muda tersebut.

Bahkan menurut warta nan terakhir, tawuran antar remaja sudah mulai merenggut korban jiwa. Sering kita lihat warta di media cetak ataupun televisi. Dengan alasan solidaritas terhadapt teman mereka, tauran pun terjadi tanpa tahu karena nan sebenarnya. Terkadang, hanya sebab saling pandang atau menjelekkan nama sekolah, dapat terjadi tauran antar pelajar.

Banyak warta di internet atau video di Youtube nan menampilkan tauran antar pelajar. Video tersebut manampilkan tauran antar pelajar dari berbagai daerah dan sekolah. Hal tersebut tentunya menjadi satu kerisauan dan keprihatinan dalam pendidikan Indonesia.

Sungguh sangat ironis, para pelajar nan sebenarnya sebagai tulang punggung dan penerus generasi bangsa ini mempunyai moralitas nan rendah. Akan dibawa kemana bangsa ini kelak? Tauran antar pelajar ini membawa sifat nan destruktif dan anarkis.

Sebenarnya tauran antar pelajar bisa dihindari jika para pelajar itu dibekali dengan ilmu agama nan kuat serta perhatian keluarga dan komunikasi nan baik antara anak dan orang tua. Jangan sampai pelajar nan sedang labil mengalami stress .



Faktor Penyebab Tauran Antar Pelajar

Terdapat 2 faktor nan bisa menyebabkan terjadinya tauran antar pelajar. Faktor-faktor tersebut ialah faktor internal serta eksternal.



1. Faktor Internal

Faktor internal ialah faktor dari dalam diri remaja itu sendiri nan galat dalam menanggapi konduite di sekitarnya sehingga menghasilkan respons negatif terhadap ketidakmampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.



2. Faktor Eksternal

Adapun faktor eksternal bisa diperoleh dari berbagai kondisi, di antaranya:
a. Faktor keluarga, nan meliputi:

  1. Keadaan rumah tangga atau keluarga nan broken home .
  2. Perlindungan nan hiperbola dari orang tua.
  3. Rasa penolakan dari orang tua. Biasanya, ini didapat dari pasangan suami istri nan tidak dapat tanggung kawab sebagai ayah ibu.
  4. Pengaruh jelek dari orang tua, tingkah laku kriminal, serta tindakan asusila.

b. Faktor lingkungan sekolah

Keadaan lingkungan di sekolah nan kurang baik bisa mempengaruhi psikologis siswa-siswanya. Misalnya, tak layaknya bangunan sekolah, kurangnya fasilitas kelas, kurang luasnya halaman, tak adanya fasilitas olahraga, jumlah siswa nan terlalu penuh, sirkulasi udara, dan sanitasi nan kurang memadai.

c. Faktor lingkungan pergaulan

Faktor lingkungan pergaulan sekitar nan kurang mendukung bagi perkembangan pendidikan serta perkembangan remaja bisa mempengaruhi karakternya.



Penanggulangan Tauran Antar Pelajar

Beberapa cara buat menanggulangi tauran antar pelajar ialah sebagai berikut.



1. Upaya Preventif

Maksud dari upaya preventif ialah kegiatan nan dilakukan secara sistematik, berencana, dan terarah. Dengan tujuan kenakalan remaja tak muncul. Upaya preventif lebih bermanfaat sebelum kenakalan seorang remaja meluas. Secara garis besarnya, upaya preventif digolongkan menjadi 3, yaitu:

a. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga hendaknya aman buat perkembangan fisik dan mental anak-anaknya. Hal itu bisa diciptakan dengan cara berikut.

  1. Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga nan menekankan pada nilai agama. Artinya, jadikan keluarga nan bertakwa dan taat kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, mengajak salat berjamaah, mengaji, dan memberikan teladan nan baik.
  2. Ciptakan keluarga nan harmonis. Sebagai orang tua, seharusnya kita menghindari percekcokan di depan anak-anak. Sebisa mungkin, orangtua memberikan waktu luang buat memperhatikan perkembangan putra-putrinya, misalnya dengan makan bersama. Saat makan bersama ini, orang tua dapat menanyakan kegiatan putra-putrinya dan mendengarkan curhatan impulsif mereka.
  3. Orang tua memberikan aturan-aturan nan sama dalam mendidik anak. Jika ada disparitas dalam mendidik dan membuat anggaran untuk anak, akan menimbulkan sikap negatif pada anak dan remaja.
  4. Berikan afeksi nan wajar atau tidak hiperbola pada anak.
  5. Memberikan perhatian nan memadai untuk kebutuhan anak-anak. Dengan memberikan perhatian bagi anak, akan menumbuhkan kewibawaan orang tua dan kewibawaan ini akan menimbulkan sikap hormat dari sang anak.
  6. Memberikan supervisi secara wajar terhadap pergaulan anak di lingkungan masyarakat. Awasilah teman-teman berteman anak Anda. Dan ajarkan buat disiplin waktu, pemakaian uang nan tak berlebihan, dan taat beribadah. Sarankan anak Anda buat memilij teman berteman nan baik sebab sangat berpengaruh bagi perkembangan psikologis remaja.

b. Lingkungan sekolah

Di lingkungan sekolah sebaiknya dilakukan hal-hal berikut.

  1. Guru sebaiknya memahami aspek-aspek psikis murid.
  2. Mengintensifkan pelajaran agama di sekolah serta mengintensifkan kegiatan kerohanian.
  3. Mengintensifkan bimbingan konseling di sekolah.
  4. Adanya kecenderungan kebiasaan anggaran nan dipegang oleh guru.
  5. Melengkapi fasilitas pendidikan.
  6. Perbaikan ekonomi guru.

c. Lingkungan masyarakat

Untuk mengisi waktu luang, para remaja dapat melakukan kegiatan nan sinkron dengan talenta dan minat. Mengisi waktu luang tersebut bisa dilakukan di tengah lingkungan masyarakat. Seperti, melakukan kegiatan sinkron dengan hobi serta mengikuti organisasi karang taruna atau remaja masjid. Dengan mengikuti kegiatan remaja masjid, remaja bisa menambah pengetahuan agama.

Jika para remaja diberikan kegiatan nan positif, diharapkan akan mengurangi tauran antar pelajar.



2. Upaya Kuantitatif

Yang dimaksudkan dengan upaya kuratif ialah upaya penangulangan kenakalan remaja nan dilakukan oleh petugas hokum yaitu, polisi dan jaksa. Jika seorang pelajar melakukan kenakalan remaja nan menjurus pada kriminal, seperti pencurian, perusakan, bahkan penganiayaan, maka laporkanlah kepada penegak hukum.

Jika nan melakukan tindakan ialah anak-anak di bawah usia 16 tahun, kemungkinan tindakan negara nan akan diambil adalah:

  1. Anak itu akan dikembalikan kepada orang tua atau walinya.
  2. Anak itu dijadikan anak negara.
  3. Dijatuhi sanksi seperti biasa, namun dikurangi sepertiganya.

Upaya kuratif nan formal memang tugas nan berwajib. Akan tetapi, anggota masyarakat juga mempunyai tanggung jawab buat membasmi kenakalan nan terjadi di lingkungan sekitarnya. Jangan sampai ada masyarakat nan melihat kenakalan remaja terjadi di lingkungan mereka, tetapi membiarkannya. Hal ini sama saja membiarkan rusaknya keamanan di lingkungannya.

Upaya masyarakat dalam menanggulangi kenakalan remaja sebaiknya dengan kerjasama nan baik serta menjaga kekompakan. Dibutuhkan kerjasama dengan pemerintah, ulama, serta orang tua buat mencegah kenakalan remaja. Ambillah tokoh ulama nan berwibawa serta disegani buat memberikan dakwah serta nasihat kepada remaja.



3. Upaya Pembinaan

Yang dimaksudkan dengan upaya pembinaan remaja ialah:

a. Pembinaan pencegahan

Pembinaan bagi remaja buat mencegah melakukan kenakalan bisa dilakukan di rumah, sekolah, dan masyarakat. Seperti nan telah diungkapkan di upaya preventif. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kenakalan remaja.

b. Pembinaan penanggulangan

Pembinaan ini dilakukan terhadap remaja nan perilakunya sudah dianggap sebagai kenakalan atau nan sudah menjalani sanksi sebab kenakalannya. Tujuannya agar anak nan sudah melakukan kesalahan tersebut jadi jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya kembali.

Pembinaan nan dijalani remaja nan dihukum sebab kenakalannya bertujuan agar anak-anak itu kembali menjadi anak nan wajar dan tidak mengulangi kesalahan lagi.

Pembinaan itu mencakup beberapa aspek, yaitu:

  1. Pembinaan mental dan kepribadian nan beragama.
  2. Pembinaan mental ideologi negara, supaya menjadi warga negara nan baik.
  3. Pembinaan kepribadian nan wajar buat mencapai pribadi nan kuat dan stabil
  4. Pembinaan ilmu pengetahuan
  5. Pembinaan ketrampilan khusus
  6. Pengembangan bakat-bakat khusus.

Itulah beberapa penyebab dan cara-cara penanggulangan tauran antar pelajar. Semoga pelajar dan remaja menjadi generasi penerus bangsa nan baik dan sinkron dengan agama.