Bhineka Tunggal Ika Hanya Milik Indonesia
Bhineka Tunggal Ika merupakan slogan Negara Kesatuan Republik indonesia. Slogan Berbeda-beda Tunggal Ika memiliki arti "walaupun berbeda-beda, tapi tetap satu jua". Tulisan slogan ini terpangpang jelas di bawah lambang Indonesia, burung Garuda. Dalam lambang Garuda, tulisan Berbeda-beda Tunggal Ika berada dalam balutan pita nan dicengkeram kaki burung Garuda.
Semboyan Bhineka Tunggal Ika sangat menggambarkan keberagaman suku, bangsa, ras, dan agama nan ada di Indonesia. Keberagaman unsur budaya, bangsa, dan lainnya nan ada di Indonesia menggambarkan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Jadi, bisa disimpulkan bahwa slogan tersebut merupakan slogan pemersatu berbagai bangsa, suku, agama, dan unsur lainnya sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejarah Berbeda-beda Tunggal Ika
Awalnya, slogan nan dijadikan slogan resmi Negara Indonesia sangat panjang, yaitu Berbeda-beda Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Slogan Berbeda-beda Tunggal Ika dikenal buat pertama kalinya pada masa Majapahit era kepemimpinan Wisnuwardhana. Perumusan slogan Berbeda-beda Tunggal Ika ini dilakukan oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma.
Perumusan slogan ini pada dasarnya merupakan pernyataan kreatif dalam usaha mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan. Hal itu dilakukan sehubungan usaha bina Negara kerajaan Majapahit saat itu. Slogan Negara Indonesia ini telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan. Berbeda-beda Tunggal Ika pun telah menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam kitab Sutasoma, definisi Berbeda-beda Tunggal Ika lebih ditekankan pada disparitas dalam hal kepercayaan dan keanekaragaman agama nan ada di kalangan masyarakat Majapahit. Namun, sebagai slogan Negara Kesatuan Republik Indonesia, konsep Berbeda-beda Tungggal Ika bukan hanya disparitas agama dan kepercayaan menjadi fokus, tapi pengertiannya lebih luas. Berbeda-beda Tunggal Ika sebagai slogan Negara memiliki cakupan lebih luas, seperti disparitas suku, bangsa, budaya (adat istiadat), beda pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan nan menuju persatuan dan kesatuan Nusantara.
Jika diuraikan kata per kata, Berbeda-beda berarti Berbeda, Tunggal berarti Satu, dan Ika berarti Itu. Jadi, bisa disimpulkan bahwa walaupun berbeda-beda, tapi pada hakekatnya satu. Dengan kata lain, seluruh disparitas nan ada di Indonesia menuju tujuan nan satu atau sama, yaitu bangsa dan Negara Indonesia.
Berbicara mengenai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, lambang Garuda Pancasila dengan slogan Berbeda-beda Tunggal Ika ditetapkan secara resmi menjadi bagian dari Negara Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 pada 17 Oktober 1951 dan di-Undang-kan pada 28 Oktober 1951 sebagai Lambang Negara. Usaha pada masa Majapahit maupun pada masa pemerintahan Indonesia berlandaskan pada pandangan nan sama, yaitu pendangan mengenai semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai kapital dasar buat menegakkan Negara.
Sementara itu, slogan "Tan Hana Pengabdian Mangrwa dipakai sebagai motto lambang Forum Pertahanan Nasional (Lemhanas). Makna dari slogan itu ialah "Tidak ada kebenaran nan bermuka dua". Namun, Lemhanas kemudian mengubah slogan tersebut mejadi nan lebih praktis dan ringkas, yaitu "Bertahan sebab benar". Makna "Tidak ada kebenaran bermuka dua" sebenarnya memiliki pengertian agar hendaknya manusia senantiasa berpegangan dan berlandaskan pada kebenaran nan satu.
Semboyan Berbeda-beda Tunggal Ika Tan Hana Pengabdian Mangrwa adalaha ungkapan nan meamaknai kebenaran aneka unsur kepercayaan pada Majapahit. Tidak hanya Siwa dan Budha, tapi juga seajumlah genre (sekte) nan sejak awal telah dikenal lebih duku sebagian besar anggota masyarakat Majapahit nan memiliki sifat majemuk.
Sehubungan dengan slogan Bhineka Tunggal Ika , cikal bakal dari Singasari, yakni pada masa Wisnuwardhana sang dhinarmeng ring Jajaghu (candi Jago), slogan tersebut dan Candi Jago disempurnakan pada masa Kerajaan Majapahit. Oleh sebab itu, kedua simbol tersebut lebih dikenal sebagai hasil peradaban masa Kerajaan Majapahit.
Dari segi agama dan kepercayaan, masyarakat Majapahit merupakan masyarakat nan majemuk. Selain adanya beberapa genre agama dan kepercayaan nan berdiri sendiri, muncul juga gejala sinkretisme nan sangat menonjol antara Siwa dan Budha serta pemujaan terhadap roh leluhur. Namun, kepercayaan pribumi tetap bertahan. Bahkan, kepercayaan pribumi memiliki peranan paling tinggi dan terbanyak di kalangan mayoritas masyarakat.
Pada saat itu, masyarakat majapahiat tebagi menjadi beberapa golongan. Pertama, golongan orang-orang Islam nan datang dari barat dan menetap di Majapahit. Kedua, golongan orang-orang China nan mayoritas beasal dari Canton, Chang-chou, dan Fukien nan kemudian bermukin di daerah Majapahit.
Namun, banyak dari mereka masuk agama Islam dan ikut menyiarkan agama Islam. Ketiga, golongan penduduk pribumi. Penduduk pribumi ini jika berjalan tak menggunakan alas kaki, rambutnya disanggul di atas kepala. Penduduk pribumi sepenuhnya percaya pada roh-roh leluhur.
Bhineka Tunggal Ika Hanya Milik Indonesia
Menurut sejarah Berbeda-beda Tunggal Ika, negara nan terkenal dengan keanekaragaman, Indonesia dikaruniai sejarah peradaban nan sangat besar dan unik. Indonesia berdiri di atas tanah nan pernah dikuasai Kerajaan Hindu, Kerajaan Budha, Kerajaan Islam, bangsa Portugis, Inggris, Jepang, dan Belanda.
Semuanya mempengaruhi bahasa dan kebudayaan Indonesia. namun, pada 1945, bangsa Indonesia manunggal nan kemudian baru dapat merdeka pada 17 Agustus 1945. Pada tanggal tersebut pun, selain memproklamasikan kemerdekaan dari penjajah, juga menunjukkan bahwa keberagaman nan dimiliki bangsa Indonesia telah menghasilkan kemerdekaan.
Satu hal nan perlu diperhatikan bahwa Bhinek Tunggal Ika bukan hanya sekadar slogan persatuan, bukan hanya sekadar visi bangsa Indonesia, tapi lebih dari itu, sebuah ide dari seluruh negara Indonesia. ide nan meningkatkan keberadaan Negara Indonesia.
Sejatinya, Berbeda-beda Tunggal Ika merupakan ideologi bangsa Indonesia. Sebuah ideologi nan harusnya meningkatkan kecintaan masyarakat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Slogan itulah nan pernah membawa Indonesia menjadi Negara nan besar. Namun sekarang ini, nilai Berbeda-beda Tunggal Ika sudah mulai memudar sehingga masyarakat sekarang cenderung egois. Hal itu membuat Negara Indonesia menjadi berantakan.
Semenjak masa reformasi, slogan Berbeda-beda Tunggal Ika mulai memudar. Sejatinya, reformasi nan terjadi harus membawa perubahan ke arah nan lebih baik. Namun, nan terjadi malah sebuah reformasi nan kebablasan. Sistem swatantra daerah nan diterapkan pada setiap daerah telah membawa sistem reformasi menjadi tak efektif alias tak berjalan mulus.
Perhatikan para pemuda nan merupakan generasi penerus bangsa Indonesia ini. Banyak di antara para pemuda nan tak mengenal slogan tersebut. Banyak para orangtua nan lupa nilai-nilai nan terkandung dalam slogan Berbeda-beda Tunggal Ika.
Untuk memecahkan maslah nan sudah menjadi penyakit kronis ini, sebaiknya dilakukan langkah-langkah nyata nan mampu menjadi pedoman bagi keberlangsungan bangsa Indonesia dan slogan tersebut. Salah satu cara buat mengembalikan nilai-nilai Berbeda-beda Tunggal Ika ialah dengan cara menerapkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Dulu, Berbeda-beda Tunggal Ika menjadi slogan pemersatu rakyat Indonesia. Namun sekarang ini, nilai-nilai slogan tersebut semakin menghilang dalam kehidupan berbangsa maupun bernegara. Bahkan, para petinggi-petinggi Negara Indonesia ini cenderung atau tak lagi mengenal slogan Berbeda-beda Tunggal Ika.
Hal ini sangat memalukan sebab Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, pernah menyinggung soal slogan Berbeda-beda Tunggal Ika dalam kuliah umumnya di Universitas Indonesia saat berkunjung ke Indonesia. Tentunya, kita sebagai penduduk Indonesia harusnya kembali menerapkan slogan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berguna agar generasi penerus bisa menjalankan roda pemerintahan dengan mengacu pada slogan tersebut, yaitu "Walaupun berbeda-beda, tapi tetap satu tujuan."
Nah, itulah klarifikasi mengenai Bhineka Tunggal Ika sebagai slogan Negara Kesatuan Republik Indonesia nan merupakan slogan pemersatu bangsa Indoensia nan terdiri dari majemuk suku, etnis, dan budaya nan ada di Indonesia.