Perawatan Luka pada Persalinan Normal

Perawatan Luka pada Persalinan Normal

Kebanyakan orang menganggap persalinan ialah hal alamiah pada wanita, sehingga tak perlu terlampau dibesar-besarkan. Namun, bagi seorang ibu, terutama nan baru pertama kali melahirkan, persalinan ialah masalah besar.

Siapa pun tahu bahwa melahirkan identik dengan proses nan menyakitkan, bahkan nyawa pun menjadi taruhannya. Untuk itulah perlu dilakukannya promosi kesehatan ibu bersalin .

Tujuannya di samping buat membantu mengatasi rasa cemas ibu menantikan proses kelahiran sang buah hati, juga agar ibu tahu hal-hal nan harus diperhatikan buat keselamatannya selama menjalani proses persalinan. Promosi kesehatan ibu bersalin bisa dilakukan melalui media cetak maupun elektronik. Berikut beberapa faktor nan harus disosialisasikan.



1. Perubahan Fisik

Semakin mendekati hari persalinan, ibu akan semakin merasa tidak nyaman secara fisik. Perut nan semakin besar mengakibatkan mobilitas ibu semakin tak bebas. Beberapa gangguan fisiologis juga kerap dialami seorang ibu hamil tua, seperti kaki nan bengkak.

Pemekaran pada otot-otot panggul dan otot–otot jalan lahir juga membuat ibu merasakan nyeri pada selangkangan serta sakit di bagian pinggang.



2. Perubahan Psikis

Pekan-pekan terakhir jelang kelahiran bayi, biasanya ibu cenderung merasa cemas dan tegang. Kecemasan biasanya berasal dari prasangka-prasangka batin seperti apakah bayinya lahir dengan selamat, apakah sehat atau cacat.

Di sisi lain, Ibu juga merasa senang sebab tidak lama lagi akan lahir buah hati dari rahimnya, nan telah lama diidam-idamkannya. Sebagian ibu dapat merasakan ketakutan-ketakutan lain seperti takut sakit, takut tak kuat melahirkan bayinya, bahkan takut mati. Dukungan dari suami dan orang-orang terdekat sangat krusial buat meredakan semua rasa takut ini.



3. Tanda-Tanda Awal Persalinan

Tanda-tanda awal persalinan sebenarnya telah terjadi beberapa minggu sebelum hari persalinan. Tanda-tanda ini disebut termin pendahuluan (prepatory stage of labor) , nan meliputi hal-hal berikut:

  1. Kepala bayi turun memasuki bagian atas panggul.
  2. Perut ibu terlihat semakin melebar.
  3. Ibu mengalami gangguan susah buang air kecil sebab kandung kemih tertekan oleh tubuh janin nan mendesak ke bawah.
  4. Ibu mengalami sakit di bagian perut dan pinggang, nan disebabkan kontraksi-kontraksi lemah pada dinding rahim.


4. Tanda-Tanda Melahirkan

Persalinan nan telah di ambang pintu ditandakan dengan rasa sakit (kontraksi) nan lebih kuat, lebih sering, dan lebih teratur. Selain itu, keluar lendir bercampur darah nan disebabkan robekan-robekan kecil pada serviks (leher rahim).

Kontraksi nan terlalu kuat dapat menyebabkan pecahnya ketuban sebelum waktunya. Jika ini terjadi, ibu harus segera dibawa ke loka penolong persalinan buat mendapatkan tindak lanjut dari pakar medis (dokter atau bidan).

Perhatikan pula faktor-faktor nan memengaruhi kelancaran persalinan :

  1. Kontraksi rahim
  2. Kontraksi otot-otot dinding perut
  3. Kontraksi diafragma
  4. Kekuatan mengejan
  5. Jalan lahir
  6. Besarnya janin


5. Persiapan Persalinan

Sebelum menghadapi persalinan, pihak ibu harus mempersiapkan hal-hal seperti :

  1. Tempat bersalin (di bidan, klinik, atau rumah sakit)
  2. Penolong persalinan (bidan atau dokter spesialis kandungan)
  3. Biaya persalinan
  4. Transportasi

Yang tak boleh terlupakan juga ialah persiapan perlengkapan bayi seperti popok, pakaian bayi, selimut, bedong, minyak telon, dan lain-lain. Ibu juga harus membawa perlengkapan seperti pakaian ganti berkancing depan (agar mudah menyusui bayi), baju dalam, stagen, pembalut, kain panjang, dan lain-lain.



6. Perawatan Persalinan

Tujuan perawatan selama persalinan ialah taraf kesehatan dan keselamatan nan optimal bagi ibu dan bayi. Dalam kelahiran normal, faktor alamiah harus diutamakan. Jika harus diambil tindakan medis, harus disertai alasan-alasan nan sahih dan kuat.

Beberapa tugas pemberi perawatan:

  1. Memberi dukungan pada ibu selama proses persalinan, saat bersalin, dan pasca bersalin.
  2. Memantau kondisi ibu bersalin, kondisi janin, dan kondisi bayi setelah lahir.
  3. Melakukan intervensi bila perlu, seperti episiotomi (melakukan robekan pada organ vital ibu buat mempermudah keluarnya bayi).
  4. Merujuk ke jenjang perawatan nan lebih tinggi (misal bidan merujuk ke rumah sakit) jika terjadi komplikasi atau hal-hal lain nan membahayakan ibu bersalin dan bayinya.

Demikian beberapa faktor nan nan harus diperhatikan terkait promosi kesehatan ibu bersalin . Faktor-faktor di atas harus diketahui oleh pihak ibu maupun pihak penolong persalinan. Kerjasama nan baik antara ibu dan penolong persalinan akan menghasilkan proses persalinan nan aman, lancar, dan berujung kebahagiaan.



Perawatan Luka pada Persalinan Normal

1. Luka Episiotomi

“Saya Gak Mau lahiran di Bu Bidan ah, takut nantinya digunting.” Itu ialah salah satu diantara sekian banyak alasan nan diutarakan masyarakat sehingga menolak buat melahirkan dengan donasi bidan atau tenaga kesehatan lainnya, sehingga banyak pula masyarakat terutama nan berada di pedesaan memilih melahirkan dengan donasi dukun beranak atau paraji.

Sebetulnya apa nan digunting dalam persalinan? Proses pengguntingan jalan lahir atau nan dikenal pula dengan sebutan episiotomi ialah salah satu upaya buat memperlebar jalan lahir dengan cara menggunting daerah perineum, yaitu kulit nan terletak antara vagina dan anus.

Apakah setiap persalinan selalu disertai dengan proses episotomi? Jawabannya tentu tidak, sebab episiotomi bukanlah tindakan wajib nan harus dilakukan saat persalinan. Episiotomi ini hanya dilakukan dalam kondisi mendesak.

Misalnya, saat terjadi kondisi kritis pada janin sehingga harus segera dilahirkan, otot perineum nan sangat kaku, atau adanya jaringan parut di bawah vagina sehingga dapat mempersulit keluarnya bayi. Jika kondisi itu, tak terpenuhi maka sebaiknya tak perlu dilakukan episiotomi tersebut.

Memang, sebagian besar episiotomi dilakukan kepada ibu nan baru pertama kali melahirkan. Yang menjadi alasan biasanya ialah jalan lahir nan masih sempit. Tapi tenang saja, sebab pada kenyataanya tak semua harus berakhir dengan tindakan episiotomi.

Berikut ini ialah beberapa tips nan dapat Anda praktekkan buat membantu agar perineum Anda tak menjadi kaku, sehingga dapat menghadapi persalinan dengan lancar:

  1. Dua bulan menjelang taksiran hari persalinan, sebaiknya Anda melakukan pijatan di daerah perineum, yaitu daerah otot kulit nan berada diantara vagina dan anus, dengan perlahan. Lakukan pijatan dengan cara meregangkan daerah perineum dengan hati-hati. Lakukan selama 5 menit setiap hari atau setiap kali Anda mandi.
  1. Melakukan senam kegel. Caranya sangat mudah. Lakukan peregangan dan relaksasi secara bergantian pada daerah vagina. Latihan ini sama seperti Anda sedang menahan pipis. Tahan sebentar lalu rilekskan kembali. Lakukan beberapa menit dan sebaiknya dilakukan secara teratur

Kalaupun memang terpaksa harus dilakukan tindakan episiotomi, biasanya dokter atau bidan akan memberikan obat anastesi nan disuntikkan terlebih dahulu ke daerah perineum sebelum digunting, sehingga dengan begitu diharapkan ibu tak akan merasa kesakitan saat proses pengguntingan. Episiotomi dilakukan dengan menggunakan gunting spesifik atau dapat juga dengan pisau bedah.

Efek samping saat dilakukannya episiotomi ini ialah adanya resiko luka robekan akan semakin melebar hingga ke anus, ditambah lagi nyeri dampak penjahitan biasanya dirasakan beberapa hari setelah melahirkan serta perawatan luka nya nan harus hati-hati agar tak terjadi infeksi.

Namun, sebetulnya ada pula keuntungannya, yaitu mencegah luka robekan nan lebar dan tak beraturan saat bayi keluar di daerah perineum. Berikut ini ialah perawatan luka nan dapat Anda lakukan sehari-hari di rumah buat merawat luka agar dapat segera pulih:

  1. Pada beberapa orang, luka jahitan memang terasa sakit dan perih. Meskipun begitu, bukan menjadi alasan Anda buat menahan diri dari buang air kecil dan buang air besar, sebab tentu dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Yang terpenting ialah bersihkan daerah vagina hingga anus setelah BAK atau BAB, bersihkan secara perlahan dengan menggunakan air biasa. Tidak dianjurkan menggunakan air hangat, sebab dapat membuat benang jahit terlepas.
  1. Keringkan daerah vagina serta anus dengan menggunakan tissue toilet atau handuk. Kondisi lembab dapat membuat kuman dan bakteri berkembang dan menyebabkan infeksi pada luka.
  1. Jika diperlukan, Anda dapat menggunakan sabun spesifik buat membersihkan vagina.
  1. Perhatikan apakah ada cairan berwarna atau tercium bau tak sedap dari daerah vagina dan sekitar luka.
  1. Segera berkonsultasi ke bidan atau dokter terdekat, jika tercium bau tak sedap dan keluar cairan berwarna dari dalam vagina.


2. Luka Operasi Caesar

Melahirkan secara normal terkadang ditakuti oleh sebagian ibu nan mau melahirkan. Alasannya, tak tahan dengan nyeri dampak kontraksi, tak dapat mengedan, ingin segera melihat bayi, hingga alasan medis nan mengharuskan ibu melahirkan dengan cara operasi caesar.

Ada 3 kondisi medis nan paling sering menyebabkan ibu buat melakukan persalinan dengan cara operasi caesar, yaitu panggul sempit, persalinan sungsang, dan perdarahan hebat. Meskipun terlihat mudah sebab Anda tak perlu merasakan nyeri kontraksi atau tak perlu mengedan, sebetulnya operasi ini tetap merupakan tindakan nan beresiko tinggi.

Ada banyak komplikasi nan dapat diakibatkan, misalnya perdarahan dan infeksi. Bahkan, resiko kematian ibu melahirkan dengan operasi caesar 2 kali lebih besar dibandingkan jika melahirkan dengan cara normal.

Perawatan luka pada operasi caesar harus diperhatikan secara ekstra sebab resiko terjadinya infeksi tentu lebih besar. Jika luka dampak persalinan normal terlihat sedikit dan mudah terlihat, maka luka dampak operasi caesar lebih besar dan berlapis-lapis. Terdapat sekitar 7 lapisan mulai dari kulit perut sampai dengan dinding rahim, semua lapisan itu disayat agar dapat mengeluarkan bayi dengan selamat.

Setelah proses selesai, maka 7 lapisan itu dijahit satu per satu. Sehingga dapat dibayangkan ada sekitar 6-7 lapis jahitan. Bila proses penyembuhan dan perawatan luka tak dilakukan dengan paripurna maka kuman dapat dengan mudah menginfeksi dan membuat luka menjadi lebih parah.