Tahun Baru: dalam Berbagai Tradisi
Menjelang malam tahun baru atau saat detik-detik pergantian tahun ialah waktu nan tepat buat berkumpul dengan orang terdekat. Keluarga, sahabat maupun pasangan bersama-sama merayakan malam tahun baru penuh kemeriahan. Tidak hanya di Indonesia saja, seluruh global juga menikmati malam tahun baru nan gemerlap.
Tradisi Malam Tahun Baru
Semua negara memiliki tradisi tersendiri dalam merayakan malam tahun baru. Umumnya mereka membuat sebuah pesta seremoni menyambut malam tahun baru dengan kemeriahan dan pesta bunga api.
Di Indonesia, hampir seluruh daerah ikut merayakan malam pergantian tahun ini dengan pergerakan dan pesta bunga api. Semua orang tumpah ruah ke jalan-jalan dan loka generik buat berkumpul bersama merayakannya.
Berikut ini tradisi malam tahun baru nan diadakan di beberapa loka nan terkenal di global dalam menyongsong malam tahun baru:
· Sidney, Australia
Malam pergantian tahun di Sidney, Australia ini memiliki tradisi pesta nan sangat unik. Loka menunggu pergantian tahun di malam tahun baru berpusat di Opera house nan terletak di Sidney Harbour. Semua orang berkumpul menjadi satu di kawasan tersebut sepanjang malam sambil menantikan jelang pergantian tahun.
Sepanjang jalan dan jembatan Harbour dipasang dengan bunga barah nan siap diluncurkan tepat jam duabelas malam saat melewati pergantian tahun. Tradisi menyambut malam tahun baru ini terus dilakukan dari tahun ke tahun dan sangat menarik minat banyak wisatawan baik lokal maupun internasional.
· New York, Amerika Serikat
Tradisi merayakan malam tahun baru nan paling banyak dikenal ialah di New York, Amerika Perkumpulan ini. Hampir seluruh global ikut menyiarkan detik pergantian malam tahun baru dan kemeriahan disana. Walaupun cuaca dingin dan salju nan turun juga lebat, namun tak menyurutkan kemeriahan dari para pengunjung di Time Square itu.
Uniknya, saat pergantian malam tahun baru di New York ini, pemerintah setempat sudah menyiapkan acara demi acara nan dimulai dari pagi hari sehingga pengunjung tak bosan dan tetap betah di tengah dinginnya salju. Ada pertunjukkan dari penyanyi terkenal maupun pertunjukkan bola kristal nan spektakular.
Malam tahun baru memang penuh kegembiraan. Namun jangan lupa, sebagai pengingat bahwa apa nan telah dilakukan di tahun nan lalu harus dapat lebih baik lagi di tahun nan baru ini. Banyak berdo’a dan berkumpul dengan orang nan tersayang lebih baik sebagai cara menyambut malam tahun baru.
Tahun Baru: dalam Berbagai Tradisi
1. Banjir Resolusi
Tahun baru tanpa membuat resolusi hampir menjadi mustahil bagi sebagian kebudayaan. Bahkan mereka nan membuat resolusi, akhirnya membuat resolusi tak membuat resolusi apapun! Jadi orang di seluruh global nan merayakan tahun baru akan membenturkan diri dengan membuat resolusi baru, nan paling populer, kepingin ada penurunan berat badan, atau menyerah merokok dan minum.
Berapa banyak orang nan benar-benar setia sama resolusinya sampai akhir tahun mereka ialah cerita lain sama sekali tetapi tradisi macam resolusi Tahun Baru itu selalu di lakukan, dan memiliki akarnya kembali pada 153 SM, ketika Roma menamai bulan pertama kalender setelah mitos raja antik dengan dua kepala, nan disebut Janus. Janus memiliki dua kepala, satu di depan dan satu di belakang dan jadi agak simbolis seperti mampu melihat kembali masa lalu dan juga terhadap masa depan nan akan datang pada waktu nan sama.
Dengan demikian, bagi orang-orang Romawi melihat kembali tahun lalu pada Malam Tahun Baru merenungkan apa nan diperlukan pembenahan dan berusaha buat menyelesaikan atau di settle disparitas dengan para musuh. Mereka juga melihat ke depan buat tahun nan lebih baik dan memulihkan interaksi nan tegang dengan bertukar hadiah.
Dan dengan demikian Janus secara resmi menjadi inisiator simbolik pertama dari budaya resolusi. Bahkan orang Kristen datang buat memanfaatkan hari pertama tahun ini sebagai hari buat refleksi masa lalu dan pertobatan serta bermunajat mencari cara buat memperbaiki segala dosa dan melakukan usaha lebih baik di masa depan.
Kemudian datang Babilonia, di mana orang mengambil buat membuat janji Tahun Baru di mana mereka jujur memutuskan buat mengembalikan semua instrumen pertanian nan mereka pinjam selama tahun sebelumnya. Di Perancis hari ini, Hari Tahun Baru disebut le Jour de l' di mana keluarga, teman dan kerabat benar-benar duduk bersama-sama dan berbagi tujuan nan mereka ingin capai di tahun mendatang..
2. Hari Keberuntungan buat Bayi
Sekitar tahun 600 SM, orang Yunani mulai percaya bahwa kehadiran dan memanjakan bayi pada Hari Tahun Baru bisa membawa mereka pada keberuntungan. Jadi, praktek berkeliling dengan bayi muda di keranjang buat melambangkan kelahiran kembali dari dewa pertanian, Dionysus, dengan setiap panen nan baik menjadi populer di kalangan orang-orang Yunani dan bayi nya akan melambangkan kesuburan dan hasil nan baik di masa depan.
Bahkan saat ini di Yunani, itu masih ada keyakinan bahwa orang pertama nan melangkah ke rumah tangga seharusnya menjadi pembawa keberuntungan sehingga orang ingin menjadi seorang anak nan beruntung buat dapat melewati ambang pintu. Seorang anak nan beruntung ialah seseorang nan diberkati saat memiliki kedua orang tuanya masih hidup.
Pada hari Tahun Baru, anak-anak juga pergi jalan jalan di sekitar kampung. Praktik ini juga lazim di Inggris nan modern di mana anak-anak didorong buat bangun pagi-pagi dan berkeliaran sekitar kampung dan mengumpulkan mince pie, koin, permen, dan apel buat bernyanyi bersama warga kampung.
Gereja juga menerima ritual merayakan anak sebagai simbol kelahiran bayi Yesus, setelah awalnya cacat sebagai simbol pagan. Adapun di Amerika, mereka memperoleh keyakinan bahwa bayi nan baru lahir ialah representasi simbolis dari Tahun Baru dan dengan itu peluang baru, dalam bentuk banner, dari Jerman dari semenjak tahun 1300 dan telah dengan bahagia hati mempertahankan Norma ini.
Juga berlaku di Mesir masa lalu, nan pernah menggunakan anak sebagai simbol kebangkitan, bahkan hari ini anak laki-laki dan perempuan diberi permen berwarna-warni dengan pembungkus bersemangat, dalam bentuk seorang pria mengendarai kuda dan wanita dalam gaun, saat Tahu Baru.
3. The Night of the Bell
Di Jepang pada tahun baru di kenal joyano-kane atau "malam-denting bel" nan dibunyikan tepat 108 kali buat membersihkan semua manusia dari 108 keserakahan duniawi dan sifat materialistik juga keinginan nan melemahkan dan malapetaka jiwa manusia, di mana hal itu dikecam oleh prinsip Buddha. Peristiwa ini dikhususkan selama oshogatsu atau tahun baru.
4. The Tournament of Roses
Dirayakan buat pertama kalinya pada tahun 1886, oleh Hunt Club di California, dalam Tournament of Roses Parade di Pasadena dimulai buat memperlakukan selebrasi pada pematangan tanaman jeruk. Parade ini di isi dengan pertunjukan unik dan inovatif naik sebagai bagian dari perayaan. Indonesia pun sering sekali mengikuti turnamen ini, bahkan memenangkannya di era 90-an.
Nah itulah sebagian peristiwa nan terjadi menjelang pergantian malam tahun baru, dan bilamana hari baru di jelang di masing masing budaya dunia.