Proses Pemisahan
Sistem koloid merupakan sebuah campuran antara dua atau lebih zat, secara generik zat pertama ialah cairan dan zat kedua ialah zat padat. Sifat dari masing-masing zat tersebut sejenis atau memiliki ciri nan hampir sama. Zat nan satu disebut dengan zat pelarut dan zat kedua dinamakan zat terlarut.
Meskipun homogen, zat nan terlarut dalam sistem koloid mempunyai ukuran partikel nan cukup besar. Ukuran partikel nan terlarut dalam sistem ini antara 1 hingga 100 nm sehingga partikel zat terlarut masih tampak ketika berada di dalam zat pelarut.
Contoh nan jelas dari sistem koloid, ialah terlarutnya susu bubuk dalam air. Apabila partikel nan berada di dalam zat terlarut tersebut diberikan cahaya atau disinari, maka masih tampak butiran-butiran partikel nan melayang-layang. Imbas melayang ini disebut dengan Imbas Tyndall.
Efek Tyndall pada sistem koloid terjadi sebab partikel terlarut tak terpengaruh oleh gaya grafitasi dampak homogenitasnya. Partikel tersebar ke segala arah. Imbas Tyndall menjadikan zat terlarut dalam sistem ini tak mengalami pengendapan.
Sebagai contoh, sistem koloid dapat diamati dalam berbagai larutan seperti, susu, tinta, sampo, teh, agar-agar hingga awan nan melayang di angkasa maupun sitoplasma nan berada di dalam sel makhluk hidup.
Berbagai Contoh Sistem Koloid
Secara umum, koloid terdiri dari zat cair dan zat padat, namun jenis bermacam-macam, tidak terkecuali zat padat. Berikut ini beberapa jenis sistem koloid.
1. Aerosol
Aerosol terdiri dari zat pelarut (zat pendispersi) berupa gas dan zat terlarut (zat terdispersi) berupa zat padat atau zat cair. Jika zat terlarutnya berupa zat padat, maka disebut aerosol padat, seperti asap maupun debu nan berada di udara. Sedangkan jika zat terlarut berupa zat cair, maka disebut aerosol cair, seperti awan maupun kabut.2. Sol
2. Sol
Sol merupakan zat padat terlarut di dalam zat cair. Sebagai contohnya ialah deterjen, air sungai, air gula dan tinta.
3. Emulsi
Emulsi ialah zat cair terlarut di dalam zat cair lainnya. Meski demikian, kedua zat cair nan bercampur tersebut tak saling melarutkan antara satu dengan nan lain. Contohnya, santan, minyak ikan, dan mayonaise.
4. Gel
Gel tak sama dengan nan lain. Zat terlarut dan zat pelarutnya memiliki sifat setengah padat dan setengah cair. Gel bersifat kaku, berbeda dengan sistem koloid lain nan cenderung dapat bergerak bebas. Sebagai contohnya ialah pasta gigi dan agar-agar.
5. Buih
Sistem ini melarutkan zat gas di dalam zat cair. Sebagai contoh, zat nan terlarut di dalam tabung pemadam kebakaran sehingga mudah memadamkan api.
Sifat-sifat Sistem Koloid
Berikut ini sifat-sifat sistem koloid.
1. Mobilitas Brown
Gerak Brown ialah gerakan rambang atau tak beraturan nan melibatkan partikel-partikel sistem koloid. Gerakan tersebut senantiasa lurus namun tak beraturan. Mobilitas Brown jika diamati di bawah mikroskop, merupakan gerakan nan mirip seperti huruf "Z" atau mobilitas zig-zag. Mobilitas Brown hanya teradi pada pertikel nan terlarut dalam zat cair maupun gas, namun tak dapat diamati pada fase pendispersi berupa zat padat.
Pada partikel nan terdapat dalam sistem koloid cair ataupun gas, Mobilitas Brown terjadi dampak tumbukan antar partikel koloid itu sendiri ke segala arah. Karena berukuran kecil dan berjumlah sangat banyak, maka Mobilitas Brown arahnya tak menentu.
Semakin kecil ukuran partikel dan makin banyak jumlahnya, Mobilitas Brown akan kian cepat dan makin tidak menentu. Sebaliknya, jika ukuran partikel kian besar, Mobilitas Brown pun kian lambat.
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Jika dalam sistem ini suhu sekitar makin tinggi, maka energi kinetik dari tiap-tiap partikel juga makin besar. Akibatnya, Mobilitas Brown akan semakin cepat.
2. Imbas Tyndall
Efek Tyndall ditemukan oleh seorang pakar fisika asal Inggris nan bernama John Tyndall. Imbas Tyndall juga dikenal sebagai imbas pembiasan sistem koloid. Imbas Tyndall terjadi ketika sinar atau cahaya mengenai sistem ini sehingga dihamburkan. Hal ini terjadi sebab ukuran partikel sistem ini nan cukup besar sehingga dapat diamati.
Efek Tyndall bisa dilihat secara jelas pada sistem koloid dengan ukuran partikel besar. Semakin besar ukuran partikel, kenampakan Imbas Tyndall akan kian jelas. Sebaliknya, jika ukuran partikel koloid makin kecil, maka pembiasan cahaya akan lebih sulit buat diamati.
3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah penyerapan partikel atau ion dalam sistem koloid dampak permukaan partikel nan luas. Contoh nan jelas ialah penyerapan ion H+ pada Koloid Fe(OH)3 sehingga sistem ini bermuatan positif.
Contoh lainnya, penyerapan ion S2 oleh sistem koloid As2S3 sehingga bermuatan negatif. Dari sinilah, kemudian dikenal dua macam muatan, yaitu nan bermuatan negatif dan nan bermuatan positif.
4. Koagulasi
Sesuai dengan namanya, koagulasi berarti penggumpalan. Artinya, suatu saat sistem koloid dapat menggumpal dan membentuk suatu endapan. Penyebab koagulasi bermacam-macam, dapat secara fisik misalnya dengan pendinginan, pemanasan dan pengadukan. Ataupun terjadi secara kimia, seperti dengan cara penambahan elektrolit eksklusif pada sebuah sistem koloid dengan muatan nan berbeda.
5. Sistem Koloid Pelindung
Sistem ini mampu melindungi partikel koloid nan berbeda dari proses pengendapan atau koagulasi.
Proses Pemisahan
Meski bercampur bukan berarti sistem koloid tak dapat dipisahkan. Ada beberapa cara buat memisahkan zat terlarut dan zat pelarutnya, yaitu:
1. Proses Dialisis
Sistem ini dapat dipisahkan dengan proses dialisis. Dialisis sendiri berarti proses pemisahan koloid dari ion-ion atau pertikel-pertikel pengganggu, sehingga dihasilkan cairan murni.
Proses dialisis dilakukan dengan cara pengaliran sistem ini melalui membran semi permeabel atau membran spesifik nan hanya dapat dilewati pertikel dengan ukuran tertentu. Membran ini berfungsi sebagai penyaring ion atau pertikel pengganggu. Hal ini mengakibatkan koloid dengan cairan akan terpisah.
2. Elektroforesis
Elektroforesis merupakan proses pemisahan sistem ini dengan menggunakan arus listrik.
Manfaat
Ada sejumlah kegunaan nan dapat diperoleh dari sistem ini. Manfaat ini diambil dampak sifat-sifat nan dimilikinya. Berikut beberapa manfaatnya:
1. Manfaat sifat adsorpsi
Dalam kehidupan sehari-hari, sifat adsorpsi dipergunakan buat beberapa kegiatan, yaitu:
- Penyembuhan keracunan dengan menggunakan karbon aktif
- Proses pemutihan gula putih maupun gula pasir
- Proses penjernihan air PAM dengan menggunakan tawas
- Serta penggunaan arang aktif buat berbagai keperluan seperti masker maupun filter pada rokok nan mengikat tar dan juga nikotin
2. Manfaat sifat koagulasi
Sifat koloid nan dapat mengendap digunakan buat keperluan proses:
- Pembuatan lateks
- Penjernihan air
- Keberadaan delta di muara sungai menuju ke laut
- Perebusan telur dan tahu
- Serta pengolahan asap maupun debu
3. Manfaat pelindung
Koloid pelindung mampu menjaga stabilitas koloid lain, sehingga diperoleh sistem koloid nan stabil dan ajeg. Contoh pemanfaatannya ialah pemberian gelatin pada es krim buat mencegah pembekuan nan mengakibatkan terjadinya kristal es nan keras.
4. Manfaat dialisis
Proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan melewatkan sistem koloid melalui membran semi permeabel. Dalam aplikasinya dianalisis dapat membantu manusia buat melakukan proses cuci darah bagi orang nan menderita gagal ginjal. Selain itu dapat membantu buat menghilangkan urea nan berlebih dalam kandung kemih.
Fakta Mengenai Sistem Koloid
Apakah sistem koloid itu? Sistem koloid merupakan bentuk campuran nan terdiri atas dua zat atau lebih nan bersifat homogen, yaitu zat-zat tersebut tak akan terpengaruh oleh gaya-gaya lain (seperti gaya gravitasi) sehingga tak menimbulkan pengendapan.
Sistem tersebut memiliki beberapa kelebihan nan membuat larutan eksklusif tak mudah mengendap atau berpisah satu sama lain. Beberapa zat nan merupakan jenis koloid ini bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti susu, keju, tinta, dan sampo.
Koloid memiliki sifat nan stabil dan bisa mencampurkan berbagai zat nan tak bisa saling melarutkan. Sistem koloid ini sering digunakan oleh berbagai perusahaan besar buat menghasilkan produk olahan.
Beberapa industri nan menggunakan sistem koloid dalam proses produksinya ialah industri makanan, industri cat, industri kosmetik, industri kebutuhan rumah tangga, industri pertanian, dan industri farmasi. Dalam industri makanan, sistem koloid ini digunakan buat menghasilkan produk olahan susu, seperti susu, keju, mentega, dan mayonaise.
Dalam industri kebutuhan rumah tangga, koloid digunakan buat menghasilkan produk seperti sabun, sampo, dan detergen. Sementara itu, dalam industri kosmetik, produk nan dihasilkan dengan menggunakan sistem koloid ini, antara lain pasta gigi, beraneka ragam krim kecantikan, body lotion, dan sebagainya.
Dalam industri pertanian, koloid digunakan buat menghasilkan produk pemberantas hama, seperti pestisida atau insektisida. Sementara itu, dalam industri farmasi, produk nan dihasilkan menggunakan koloid ialah minyak ikan.
Karakteristik Sistem Koloid
Sistem koloid memiliki ciri khas nan membuatnya mampu mencampurkan berbagai zat tanpa mengakibatkan proses pengendapan. Beberapa sifat tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Imbas Tyndall
Efek tyndall ialah gejala penghamburan cahaya nan dilakukan oleh partikel koloid sebab ukurannya nan nisbi besar. Imbas ini hanya akan terjadi apabila larutan terkena sinar. Untuk dapat membedakan antara larutan biasa dengan larutan koloid, kita bisa menyinari larutan tersebut dengan cahaya. Apabila terjadi imbas penghamburan, dapat dipastikan kalau larutan tersebut merupakan larutan koloid.
2. Mobilitas Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel pada sistem koloid nan bergerak lurus tak beraturan. Gerakan tersebut bisa diamati dengan menyimpan sedikit zat koloid di bawah mikroskop ultra. Gerakan nan teramati biasanya berbentuk zig-zag. Hal tersebut disebabkan oleh tumbukan nan terjadi antara partikel pendispersi nan berupa zat cair dan gas dengan sistem koloid itu sendiri.
Gerak brown ini dapat berdurasi cepat atau lambat, bergantung pada ukuran partikel koloid. Apabila ukuran partikelnya kecil, mobilitas nan dihasilkan akan semakin cepat. Namun apabila ukuran partikelnya besar maka mobilitas brown nan dihasilkan pun akan semakin lambat.
3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah penyerapan partikel atau senyawa lain pada permukaan sistem koloid. Hal ini terjadi sebab permukaan partikel koloid nan luas sehingga mampu menyerap berbagai macam partikel, ion, dan senyawa lain. Proses adsorpsi ini bisa mengubah muatan nan terdapat dalam partikel koloid. Misalnya, partikel koloid bermuatan negatif dapat menjadi netral setelah dialiri sistem koloid tertentu.
4. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan nan terjadi pada sistem koloid sehingga membentuk endapan. Sifat ini bisa terjadi pada proses pemanasan, pendinginan, pengadukan, atau pencampuran koloid lain nan berbeda muatan partikelnya. Untuk menghindari proses koagulasi, bisa digunakan pula partikel koloid pelindung.
Namun, proses koagulasi ini juga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam penjernihan air nan dilakukan oleh koloid bermuatan positif pada tawas nan memisahkan koloid negatif tanah pada air sehingga terjadi proses koagulasi, dan air menjadi jernih.
5. Dialisis
Dialisis ialah proses berpisahnya koloid dari ion pengganggu dengan cara menyaring cairan nan tercampur koloid pada membran semi permeable.
6. Elektroforesis
Elektroforesis ialah proses berpisahnya sistem koloid nan bermuatan (baik positif maupun negatif) dengan cara menggunakan genre listrik.
Macam-macam Bentuk Sistem Koloid serta Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari
Sistem koloid terdiri atas beraneka ragam bentuk bergantung pada fase zat pendispersi dan terdispersinya. Beberapa macam sistem kolid tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Aerosol
Aerosol ialah koloid nan berbentuk padat dengan zat pendispersi berupa gas. Namun, ada juga jenis aerosol nan zat terdispersinya merupakan zat cair sehingga disebut pula dengan aerosol cair. Dalam kehidupan alami, kita dapat menemukan aerosol pada kabut, awan, dan debu. Sementara itu, dalam kehidupan ilmiah (proses kimia), kita dapat menemukan aerosol pada obat penyemprot hama seperti pestisida dan insektisida atau produk semprot lainnya.
2. Emulsi
Emulsi ialah koloid berbentuk zat cair nan zat terdispersinya ialah zat cair lain. Sistem koloid seperti ini juga sering disebut sebagai pengemulsi dalam beberapa industri makanan seperti susu, keju, dan mayonaise. Selain itu, ada juga emulsi lain nan berbentuk semi padat. Emulsi jenis ini bisa kita temukan pada produk-produk berupa krim.
3. Sol
Sistem koloid sol ialah sistem koloid berbentuk padat nan terdispersi oleh zat cair. Jenis koloid ini terdiri atas dua macam, yakni sol liofil dan sol liofob. Sol liofil ialah sol nan zat padat di dalamnya akan mengadsorpsi zat cair di sekelilingnya. Sementara itu, sol liofob ialah sol nan zat padat di dalamnya tak mengadsorpsi zat cair di sekelilingnya. Koloid seperti ini dipergunakan dalam industri kimia dengan produk seperti tinta atau detergen.
4. Gel
Gel ialah sistem koloid setengah padat atau setengah cair nan terdapat pada produk olahan makanan agar-agar atau produk kimia berbentuk lem gel, kanji,dan sebagainya.
5. Buih
Buih ialah sistem koloid berbentuk gas nan terdispersi oleh zat cair. Koloid ini biasa digunakan di industri kosmetik.
Seperti nan telah disebutkan bahwa sistem koloid memiliki kegunaan nan sangat besar bagi kehidupan manusia sehari-hari. Tanpa koloid, kita tak akan memiliki donasi buat mencuci dengan sabun. Atau tanpa koloid, kita juga tak mungkin bisa merasakan kenikmatan memakan salad dengan mayonaise di atas buah dan sayur nan dihidangkan.
Aplikasi Sistem Koloid
Dalam pemutihan gula tebu nan masih berwarna, terjadi pelaksanaan koloid di dalamnya. Pelarutan gula dan air nan kemudian dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon membuat koloid mengadsorpsi zat rona dalam gula tebu tersebut. Untuk itu, gula tebu bisa diubah menjadi gula putih dengan menggunakan partikel koloid.
Proses kimia serupa juga terjadi pada proses penjernihan air, yaitu pada saat penambahan tawas (dengan partikel koloid bermuatan positif) pada air keran atau air sumur nan masih bermuatan partikel koloid negatif.
Penambahan tawas pada air keran atau air sumur tersebut mampu memisahkan antara partikel bermuatan negatif nan ada pada air dengan partikel koloid nan bermuatan positif pada tawas sehingga terjadi proses pengendapat (koagulasi) pada tanah sumur atau keran.
Proses kimia alamiah nan juga menggunakan sistem koloid dalam aplikasinya ialah penggumpalan darah. Sejumlah koloid protein bermuatan negarif nan terdapat dalam darah (pada saat terluka) akan diubah menjadi protein bermuatan netral setelah diberikan obat-obat eksklusif nan mengandung ion AI3+ dan Fe3+.