Penetapan Lebaran 2010 oleh Pemerintah

Penetapan Lebaran 2010 oleh Pemerintah

Lebaran 2010, ada kekompakan. Saat itu,seluruh institusi kompak merayakannya. Mulai dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, hingga pemerintah, semua merayakan Hari Raya Idul Fitri pada Jumat 10 September 2010. Cerita tentang Lebaran 2010 ini sepertinya akan tetap membekas di hati kaum Muslim Indonesia.



Lebaran 2010 versi Muhammadiyah

Pada saat itu, Fatah Wibisono nan pada 2010 menjabat Ketua PP Muhammadiyah mengatakan, ijtimak atau konjungsi (pertemuan matahari dan bulan) pada 29 Ramadhan 1431 H sebelum matahari terbenam terjadi pada pukul 17:31:01 WIB. Sehingga hilal 1 Syawal 1431 H belum terlihat sebab posisi hilal (bulan muda) masih berada di bawah ufuk ketika matahari terbenam.

Maka mereka pun melakukan istikmal dengan menggenapkan puasa Ramadhan pada 2010 menjadi 30 hari.Hisab atau rukyat bi al-ilmi digunakan oleh Muhammadiyah dalam menetapkan keberadaan hilal wujud al hilal pada Lebaran 2010 ini.

Rukyat bi al-ilmi adalah panduan melihat hilal dengan ilmu matematika.Tolak ukur wujud al hilal mencakup tiga kriteria penting, yaitu adanya ijtimak atau konjungsi, terjadinya ijtimak sebelum matahari terbenam, dan ketika matahari terbenam posisi hilal sine qua non di atas ufuk.

Biasanya pemicu disparitas jatuhnya tanggal lebaran disebabkan pada dasar nan digunakan buat menentukan awal 1 Syawal, apakah hisab atau rukyat. Maka dari itu dibutuhkan usaha demi menyelaraskan persepsi kriteria dan penentuan hilal.

Nadjib Hamid, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur pun menyatakan, PWM Jawa Timur menetapkan Lebaran 2010 jatuh pada Jumat, 10 September 2010. Hal ini disebabkan oleh ijtimak akhir Ramadhan hari Rabu 8 September 2010 terjadi pada pukul 17.31 WIB.



Lebaran 2010 versi NU

Sama halnya dengan Muhammadiyah, prediksi Nahdlatul Ulama mengenai tanggal Lebaran 2010 pun jatuh pada Jumat, 10 September 2010. Sehingga kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut bisa merayakan Idul Fitri bersama-sama.

Penetapan tersebut berdasarkan ijtimak atau konjungsi pada Rabu, 8 September 2010 nan terjadi pukul 17.20-17.30 WIB. Sehingga hilal sulit dirukyat, sebab sudah malam. Hal tersebut diungkapkan oleh KH Hasjim Abbas, Wakil Rais Syuriah PWNU. Maka usia Ramadhan 1431 ini akan digenapkan atau istikmal menjadi 30 hari.

Walau sudah ada penentuan tersebut, namun pakar faqiah atau astronomi PWNU Jawa Timur tetap melakukan rukyatul hilal atau melihat hilal di sejumlah daerah.

Beberapa lokasi tersebut antara lain ialah Bukit Condro Dipo Gresik, Pantai Ambat Pamekasan, Pantai Gebang Bangkalan, Pantai Gili Ketapang Probolinggo, Pantai Kenjeran Surabaya, Pantai Ngliyep Malang, Pantai Plengkung Banyuwangi, Pantai Serang Blitar, Pantai Tanjung Kodok Lamongan, dan sebagainya.Rukyat Nahdlatul Primer memang berpedoman pada rukyat bin-nadzar atau melihat hilal dengan mata telanjang.



Penetapan Lebaran 2010 oleh Pemerintah

Walau banyak rakyat nan sudah tak percaya dengan pemerintah saat ini. Namun buat urusan penentuan tanggal lebaran, sebagian rakyat Indonesia masih menuruti ketetapan dari pemerintah.

Pengumuman Lebaran 2010 oleh pemerintah ini diadakan pada Rabu, 8 September 2010 melalui sidang istbat . Beberapa organisasi Islam telah memprediksi Lebaran 2010 pada tanggal nan sama, yaitu Jumat, 10 September 2010. Tetapi sidang istbat tetap dilaksanakan sebagai bentuk peran aktif pemerintah dalam menyatukan umat dan sebagai ulil amri di negara ini.

Ulil amri biasanya memberikan solusi jika ada disparitas tanggal dalam penentuan jatuhnya Lebaran. Hal tersebut seperti disampaikan oleh Nasaruddin, Direktur Jenderal Bimas Islam Kementrian Agama di Gedung Kementrian Agama Jakarta.

Perbedaan tanggal Lebaran 2010 terjadi pada kelompok kecil, yaitu Naqsyabandiyah di Padang dan An-Nadzir di Goa Sulawesi Selatan. Informasi dan ilmu nan digunakan oleh organisasi Islam tersebut belum komprehensif, sehingga pemerintah secara intensif berupaya memberi arahan dan bimbingan.

Nasaruddin berharap di masa depan suasana keberagaman menjadi lebih kondusif.Muhyiddin, Kepala Sub Direktorat Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag, mengungkapkan bahwa legalitas penetapan awal bulan membutuhkan sidang istbat . Bulan-bulan tersebut terutama ialah Dzulhijjah, Ramadhan dan Syawal.

Hal ini sinkron dengan sunnah Rasulullah mengenai kewenangan penetapan hlal sebagai Rasul dan kepala negara. Maka ketetapan nan dihasilkan berdasarkan pendapat mayoritas ulama ini bersifat mengikat. Dalam penentuan Lebaran 2010 ini Muhyiddin menjelaskan bahwa pemerintah pun melibatkan instansi dan ahli hisab rukyat di bawah naungan Badan Hisab Rukyat (BHR).

Instansi nan terlibat itu antara lain ialah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Observatorium Bosscha ITB, dan Planetarium Jakarta.

Titik pengamatan hilal berjumlah 12 buah, yaitu Menara Timur UPI, Bandung; Observatorium Bosscha, Lembang Bandung Jawa Barat; Observatorium Hilal Lhok Nga, Aceh; UIN SUSKA, Pekan Baru, Riau; dan Pos Observasi Bulan (POB) Bukit Bela-belu, Bantul, Mataram, Nusa Tenggara Timur, Yogyakarta; SPD LAPAN Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat; dan SPD LAPAN, Pantai Gebang Madura, Nusa Tenggara Barat, Samarinda, Kalimantan Timur, Makassar, Sulawesi Selatan, Biak, Papua.

Berbeda dengan Lebaran 2010, ketetapan Lebaran 2011 nyaris tak kompak sama sekali. Ada Jamaah Tarekat Naqsabandiyah nan merayakan Lebaran tanggal 29 Agustus 2011, Muhammadiyah menetapkan Lebaran jatuh pada 30 Agustus 2011, dan Nahdlatul Primer mengikuti pengumuman pemerintah, yaitu 31 Agustus 2011.

Namun keputusan pemerintah ini menjadi bahan tertawaan, sebab berbeda dengan beberapa negara lain, bahkan dengan Malaysia dan Singapura nan berdekatan. Padahal pada kalender 2011 sudah tercetak tanggal lebaran di 30 Agustus 2011.

Begitu pula ketentuan liburan kantor nan menetapkan tanggal libur Idul Fitri ada di 30-31 Agustus 2011. Akibatnya, beberapa kantor nan tak memberlakukan perlop bersama akhirnya sudah masuk di liburan Lebaran hari kedua, yaitu Kamis 1 September 2011.

Dunia pun tertawa ketika sidang istbat pemerintah Indonesia memutuskan bahwa Lebaran 2011 jatuh pada hari Rabu, 31 Agustus 2011. Sementara negara-negara Arab memutuskan buat menetapkan 1 Syawal 1432 jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011.

Duta besar RI buat Swiss dan Liechtenstein, H. Djoko Susilo pun bingung ketika harus menanggapi pertanyaan beberapa duta besar lain dari negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI). Beliau akhirnya mengatakan bahwa penentuan tersebut buat Indonesia, jika ada warga negara Indonesia nan sedang berada di luar negeri maka diminta buat mengikuti keputusan dari Islamic Center negara tersebut.

Beberapa negara di kawasan Timur Tengah dan Eropa telah melaksanakan salat Idul Fitri pada 30 Agustus 2011. Negara-negara tersebut menggunakan metode hisab (perhitungan matematika) atau rukyat bi al-ilmi yang diperkuat dengan metode rukyat bin-nadzar (pengamatan munculnya hilal).

Kedua metode tersebut digabungkan sehingga lebih seksama dalam menetapkan awal bulan Syawal. Islam dilansir sebagai agama nan mengacu pada ilmu pengetahuan sebagai landasan keyakinan terhadap ketauhidan pada Allah. Sehingga jika ada teknologi tinggi, seharusnya mengamati hilal juga menggunakan teknologi, ungkap Djoko Susilo.

Djoko Susilo berharap di masa mendatang penentuan tanggal 1 Syawal cukup ditangani organisasi Islam dan MUI tanpa campur tangan dari birokrat. Idealnya pemerintah berperan sebagai fasilitator saja dan bersikap netral melalui Kementerian Agama.

Sebenarnya, tim rukyat Kementrian Agama di Cakung Jakarta Timur dan Pantai Kartini Jepara telah menyatakan telah melihat hilal pada 29 Agustus 2011. Sehingga seharusnya 30 Agustus 2011 sudah memasuki Hari Idul Fitri.

Tim tersebut pun menyatakan kesaksiannya di bawah sumpah. Hasil pengamatan tersebut juga sinkron dengan hasil pengamatan tim rukyat di negara-negara Arab. Arab Saudi pun menetapkan Lebaran 2011 atau 1 Syawal 1432 jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011 berdasarkan hilal nan sudah terlihat pada tanggal 29 Agustus 2011.

Mudah-mudahan penentuan Lebaran di masa mendatang dapat seperti penetapan jatuhnya Lebaran 2010 nan begitu kompak, baik antara Muhammadiyah, NU, dan pemerintah. Dan kompak juga dengan negara-negara tetangga tentunya. Tidak seperti Lebaran 2011 nan penuh dengan kontroversi.

Nah, coba diingat-ingat pada tahun 2010 Anda merayakan Lebaran 2010 pada tanggal berapa? Kalau bukan 10 September 2010, berarti Anda yang nyeleneh sendirian.