Persebaya dan Bonek
Menonton sepak bola di stadion bola secara langsung memiliki kesan nan berbeda jika dibandingkan dengan menonton bola di layar kaca. Namun sayangnya, penonton bola terkadang tak memiliki taraf ketertiban nan baik. Misalnya saja saat tim Persebaya asal Surabaya bertanding di suatu kota.
Anda akan melihat begitu banyaknya pendukung tim ini tumpah ruah di jalan dan stadion bola loka tim ini bertanding. Mereka inilah nan disebut dengan bonek Surabaya . Para bocah nekat dari kota Surabaya. Kenekatannya sering meresahkan masyarakat luas.
Berbagai Ulah Para Bonek
Memang sangat memprihatinkan di saat global sepak bola kita berusaha buat bangkit, para pendukung tak ikut menciptakan kondisi nan kondusif. Ada saja tingkah laku para bonek Surabaya nan sering membuat gerah para penegak hukum. Tindakan mereka nan seringkali anarkis dan melanggar hukum sering membuat takut masyarakat sekitar.
Tak sporadis para bonek melakukan tindak paksa saat mereka menuju stadion loka pertandingan bola. Mereka memaksa sopir angkutan kota buat mengantar mereka ke stadion. Mereka juga memaksa naik kereta barah sampai ke atas gerbong. Sepanjang jalan tidak habis-habisnya para bonek Surabaya juga melakukan berbagai ulah nan mengganggu ketertiban umum.
Kejadian akan bertambah parah jika tim nan didukung oleh para bonek Surabaya mengalami kekalahan. Tak sporadis bonek Surabaya ini melimpahkan kekecewaan dan kekesalannya dengan melakukan perusakan fasilitas generik dan barang milik orang lain. Sayangnya para aparat juga tak tegas dalam menindak pelaku kejahatan ini. Tampaknya perlu keberanian lebih nan harus disuntikkan ke dalam para aparat buat menegakkan hukum secara tegas.
Jika para bonek Surabaya ini berjumpa dengan pendukung tim lawan. Dapat Anda bayangkan apa nan bakal terjadi. Tak sporadis konflik langsung terjadi dan membawa korban di kedua belah pihak. Namun konflik ini tak bisa dihindari sebab Norma ini sudah tertanam dengan dalam di pikiran dan hati para bonek Surabaya. Tampaknya budaya ini telah mendarah daging dan sulit buat diperbaiki lagi.
Memperbaiki Kondisi Para Bonek
Untuk memperbaiki kondisi nan selama ini terjadi dan konduite bermasalah nan dilakukan para bonek, perlu campur tangan pemerintah. Pemerintah harus memberikan edukasi nan lebih secara terus menerus kepada para bonek, supaya perkembangan sepak bola disertai juga dengan pemugaran moral para bonek.
Untuk pelanggaran hukum nan dilakukan bonek Surabaya, aparat penegak harusnya memberikan hukuman tegas. Dengan demikian, diharapkan kekerasan nan sering terjadi dalam pertandingan sepak bola antar pendukung bisa dihindari. Sepak bola akan menjadi ajang buat mempererat kesatuan bangsa. Semoga istilah bonek nan berarti bocah nekat, dapat dihapuskan dari bumi Indonesia.
Semua usaha ini harus dimulai dari saat ini juga. Memang diperlukan usaha nan keras, tetapi semua akan bisa berubah menjadi lebih baik lagi. Bonek Surabaya pada saatnya nanti tak lagi dicap sebagai pengacau, tetapi sebagai orang-orang mudun nan mendukung perkembangan persepakbolaan Indonesia.
Persebaya dan Bonek
Bonek Surabaya tidak terlepas dari klub Persebaya. Saat awal berdirinya pada tanggal 18 Juni 1927 Persebaya dikenal dengan nama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond atau disingkat SIVB. Klub ini didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji.
Kemudian pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Nama tersebut kemudian diganti lagi menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya) pada tahun 1963. Nama tersebut masih bertahan sampai sekarang.
Seperti halnya Persib, Persebaya pun memiliki pendukung setia nan selalu mendukung kesebelasan tersebut setiap kali melakukan pertandingan baik laga tanding maupun laga tandang. Pendukung kesebelasan ini yaitu Bonek. Sebenarnya nama kelompok resmi pendukung kesebelasan Persebaya tersebut ialah Yayasan Suporter Surabaya (YSS) tetapi nama Bonek menjadi lebih lekat dipakaikan pada pendukung fanatik klub sepak bola ini.
Bonek merupakan istilah nan digunakan bagi para pendukung setia kesebelasan Persebaya. Bonek berasal dari bahasa jawa, yaitu perpaduan dari kata “Bondho” nan berarti Kapital dan “Nekat”. Sebutan tersebut dilabelkan pada para arek Suroboyo pendukung kesebelasan dikarenakan kenekatan mereka buat menyaksikan laga para pemain Persebaya.
Mereka tidak segan buat beramai-ramai menaiki kereta buat mendukung tim nya nan bertanding di kota lain. Istilah Bonek sendiri pertama kali dihadirkan oleh Harian Pagi Jawa Pos pada 1989 ketika mengulas pemberitaan mengenai kenyataan suporter Persebaya nan berbondong-bondong ke Jakarta (melakukan away supporter ) dalam skala nan besar. Mereka ingin menyaksikan laga tanding klub kecintaan mereka tersebut.
Sekilas Tentang Viking Bonek
Sebenarnya jika menilik pada sejarah, Persib dan Persebaya ialah musuh bebuyutan dari sejak zaman perserikatan. Kedua klub besar tersebut bukanlah sahabat baik seperti sekarang. Namun, Viking Bonek membuktikan bahwa dua kubu suporter nan sama-sama kuat dan sempat bermusuhan ternyata bisa saling beriringan. Lalu, apa nan menyebabkan Viking Bonek dapat menjalin persahabatan?
Rasa senasib sepenanggungan ialah hal nan mungkin menjadi dasar dari kebersamaan Viking Bonek sekarang ini. Kedua suporter sama-sama memiliki riwayat jelek di mata publik. Mereka dianggap sebagai biang kerusuhan setiap kali pertandingan sepak bola berlangsung. Dimana ada pertandingan nan ditonton oleh Viking dan Bonek niscaya akan ada kerusuhan nan terjadi.
Memang dalam sejarah sepak bola Indonesia Bonek beberapa kali terlibat dalam kerusuhan ketika Persebaya berlaga. Seperti nan terjadi pada tanggal 4 September 2006, Bonek Mania melakukan kerusuhan saat pertandingan Copa Dji Sam Soe Persebaya melawan Arema Malang. Ketika itu para oknum Bonek Mania membakar sejumlah mobil nan berada di luar Stadion 10 November serta menghancurkan kaca-kaca di dalam stadion. Bonek pun dikenakan sangsi embargo memasuki stadion manapun selama tiga tahun.
Viking pun pernah beberapa kali terlibat dalam kerusuhan ketika pertandingan berlangsung. Salah satunya, kerusuhan nan terjadi pada hari Minggu, 23 Januari 2011 dmana saat itu Persib menjamu Arema FC di stadion Siliwangi. Pada saat itu kerusuhan terjadi dan puluhan kursi di dalam stadion dirusak.
Atas semua catatan buram nan pernah dimiliki oleh Viking Bonek, masyarakat maupun media nasional acap kali melayangkan hujatan pada keduanya. Bahkan media masa nasional sering menjadikan warta kerusuhan Viking dan Bonek sebagai headline utama. Keonaran-keonaran nan dibuat oleh oknum tak bertanggung jawab menjadikan nama Viking dan Bonek coreng moreng.
Viking dan Bonek sering dijadikan target empuk pemberitaan media . Mereka dijadikan lakon keonaran apabila kerusuhan terjadi. Padahal tidak selalu kedua klub pendukung Persib Persibaya itu melakukan kerusuhan. Mereka merasa memiliki nasib nan sama. Yaitu nasib dideskreditkan oleh masyarakat maupun media massa. Viking Bonek akhirnya menjadi dua sahabat karib nan mengusung semangat persaudaraan.
Keduanya kerap kali saling menjamu ketika Persib atau Persebaya bertandang ke kota berlawanan. Viking menonton pertandingan Persibayadi Bandung, begitupun sebaliknya Bonek menonton pertandingan Persibdi Surabaya. Bahkan pada satu pertandingan, Persib nan bermain laga lawatan melawan Deltras Sidoardjo mendapat dukungan penuh tidak hanya dari Viking, tetapi juga Bonek Mania. Karena dukungan ganda tersebut akhirnya Persib bisa bermain dengan apik dan mengalahkan tuan rumah dengan skor 2-0.
Selain itu, mereka pun mengangkat jargon Viking Bonek Satu Hati sebagai gelora persaudaraan. Keduanya bahkan sering mengadakan kolaborasi positif buat mempererat ikatan tersebut. Salah satunya yaitu dengan menciptakan lagu Viking Bonek Satu Hati. Lagu tersebut menyiratkan kentalnya persahabatan mereka.
Terlepas dari semua kontroversi atas sikap anarkis nan dilakukan oknum-oknum nan mengatas namakan Viking Bonek. Kedekatan dua klub besar pendukung setia Persib dan Persebaya ini setidaknya bisa menghilangkan kesan angker dari kehadiran suporter kesebelasan sepak bola nasional. Dua kubu nan berbeda kesebelasan, kota bahkan suku ternyata bisa bersanding dan menjalin persahabatan nan jauh dari kata rusuh.