Makna Dari Teks Sumpah Pemuda

Makna Dari Teks Sumpah Pemuda

Tak salah bila Soekarno pernah mengatakan berikan saya sepuluh pemuda, akan kuguncang dunia. Pemuda baik secara fisik maupun pikiran senantiasa meletup-letup tidak kehabisan semangat. Energi nan berlebih itu akan sangat bermanfaat manakala disalurkan kepada hal-hal positif, salah satunya apa nan dilakukan para pemuda hampir satu abad nan lalu melalui Sumpah Pemud dan teks sumpah pemuda .

Semangat nan luar biasa itu tercermin dari kalimat teks sumpah pemuda. Bayangkan, buah pikiran brilian itu telah muncul hampir satu abad lalu dari para pemuda. Teks sumpah pemuda mencerminkan semangat kebangsaan dan persatuan, dan itu terjadi manakala mayoritas bangsa ini masih dalam cengkraman penjajah kolonial Belanda. Sekadar menyegarkan pikiran Anda coba perhatikan teks sumpah pemuda di bawah ini dalam versi aslinya.

Teks Sumpah Pemuda:

Pertama: Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea: Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga: Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Teks sumpah pemuda sebagai aktualisasi diri dan janji setia dari para pemuda konvoi tempo dulu, menjadi tonggak kebangsaan nan dinilai paling realistis. Teks sumpah pemuda tersebut menjadi semacam patron buat berbangsa dan bernegara sejak sumpah itu diikrarkan sampai dengan waktu nan tidak terbatas ke depan.

Dan andaikata para pemuda nan mengikrarkan teks sumpah pemuda itu mengetahui sekarang, bagaimana para birokrat dan politisi mengajarkan berbangsa dan bernegara kepada generasi muda sekarang, mereka niscaya akan sakit hati.

Bagaimana pun ikrar pemuda dalam wujud teks sumpah pemuda tersebut, sekarang ini semakin dikerdilkan, baik semangat maupun dalam hal mengejewantahkan secara tekstual dan konstekstual.

Telah disepakati bahwa teks sumpah pemuda merupakan bukti otentik nan memperlihatkan secara semangat pada 28 Oktober 1928 sebuah bangsa nan bernama bangsa telah lahir dengan bahasa sebagai pemersatu antarsuku dan golongan bernama bahasa Indonesia. Sungguh luar biasa. Betapa tidak, sampai sekarang saja tidak banyak bangsa berdaulat nan memiliki nama bangsa dengan bahasa pemersatu nan sama.

Kita tengok saja bangsa sebesar Amerika (yang tentu saja tak mengenal teks sumpah pemuda), bahasa pengantar sehari-hari ialah bahasa Inggris, bangsa Malaysia bahasa pemersatuanya ialah bahasa Inggris dan bahasa Melayu, Philipina menggunakan bahasa pemersatu bahasa Inggris dan hanya sedikit nan menggunakan bahasa Tagalog.

Tak aneh, langkah pemuda tanah air pada 28 Oktober 1928 mengucapkan ikrar melalui teks sumpah pemuda, sebuah langkah revolusioner. Tidak mengherankan pula bila semangat kebangsaan itu muncul dan menginspirasi banyak para pemuda, justru setelah ikrar teks sumpah pemuda dikumandangkan.



Kongres Pemuda dan Teks Sumpah Pemuda

Keberanian para pemuda terlahir ikrar melalui teks sumpah pemuda bukan datang dengan sendirinya. Hal ini disadari atau tidak, merupakan wujud atau aktualisasi diri selama ratusan tahun tertindas oleh penjajah kolonial Belanda dengan berbagai bentuk. Komitmen buat manunggal dalam sebuah bangsa bernama bangsa Indonesia, tidak sekadar menjadi cita-cita agar terbebas dari belenggu penjajahan, tapi sekaligus menjadi semangat pendorong buat bergerak maju, mengusir penjajah dengan segala bentuk dan daya.

Momen kebangkitan bangsa nan terekspresikan para pemuda dari teks sumpah pemuda inilah semestinya menjadi semangat buat terus bangkit dari para pemuda, kapanpun dan di manapun. Tentu saja sekarang ini tak harus dengan angkat senjata, melainkan menjadi penggerak di segala lini sinkron dengan kemampuan sebagai bentuk kecintaan terhadap bangsa dan negara nan bernama Indonesia ini.

Teks sumpah pemuda sendiri ditulis oleh Mohamad Yamin saat berlangsungnya pidato dari Mr. Sunario salah seorang wakil pemuda dari kepanduan. Dalam acara Kongres Pemuda II itulah teks sumpah pemuda dibacakan oleh Soegondo, lalu Mohammad Yamin nan menuliskan ikrar tersebut menjelaskan secara panjang lebar. Klarifikasi itu diperlukan agar tak menimbulkan salah pengertian di antara para pemuda peserta kongres nan terdiri dari wakil berbagai golongan dan suku bangsa.

Penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua sendiri berlangsung atas inisiatif Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia. Kongres Pemuda Kedua tersebut diselenggarakan dalam tiga kali rapat, bertempat di tiga gedung nan berbeda. Menurut catatan sejarah, tanggal 27 Oktober 1928 ialah hari pertama Kongres Pemuda Kedua melaksanakan rapat, bertempat di Gedung KJB nan terletak di lapangan Banteng sekarang. Kongres pemuda tersebut diawali dengan pembacaan teks sumpah pemuda.

Salah satu tujuan dari kongres nan terkenal melahirkan teks sumpah pemuda tersebut ialah sebagai upaya buat menumbuh kembangkan semangat kebangsaan dan persatuan di kalangan para pemuda. Dalam sebuah pidatonya, menurut Mohammad Yamin ada lima pilar primer nan dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kebangsaan di kalangan pemuda yaitu kemauan, bahasa, sejarah, pendidikan dan hukum adat.

Kongres Pemuda Kedua ini dihadiri oleh wakil organisasi pemuda nan secara sendiri-sendiri dan bersifat kesukaan telah tumbuh dan berkembang. Di sinilah kepentingan bersama menjadi tujuan primer sebab ternyata sekalipun telah berdiri organisasi kepemudaan nan bersifat daerah dan kesukuan, tak menjadi motor penggerak buat secara bersama-sama mewujudkan lahirnya sebuah bangsa. Teks sumpah pemuda menjadi citra bersatunya para pemuda.

Organisasi pemuda nan mengirimkan wakilnya menghadiri Kongres Pemuda II ini antara lain gerakan pemuda dari Maluku nan bernama Jong Ambon, kemudian ada Jong Java dari Jawa, Jong Sumatranen Bond dari Sumatera, Jong Celebes, Jong Islamieten Bond, Jong Batak, PPPI sebagai penggagas, Pemuda Betawi dan Sekar Rukun. Mereka bersatu, menyuarakan ketegasan dalam teks sumpah pemuda.

Sementara itu dalam Kongres Pemuda II tersebut juga hadir perorangan dari etnis Tionghoa dan Arab. Salah seorang penggagas pemuda keturunan Arab nan hadir pada Kongres Pemuda II tersebut ialah AR Baswedan. Atas prakarsi kakek dari Anis Baswedan ini pula di Semarang diselenggarakan rendezvous para pemuda keturunan Arab dan turut pula membacakan teks sumpah pemuda. Teks sumpah pemuda menurut sejarahnya juga diamini oleh para keturunan.



Makna Dari Teks Sumpah Pemuda

Nusantara nan menjadi cikal bakal sebuah bangsa bernama Indonesia, sejak awal sudah menyadari bahwa secara demografi terdiri dari pulau-pulau nan dipisahkan oleh lautan. Secara kultural, suku-suku nan ada di nusantara ini pun memiliki bahasa dan dialek nan berbeda, memiliki kegemaran dan Norma nan berbeda pula. Teks sumpah pemuda pun menyatukan seluruh pemuda dari hal nan bhineka itu.

Bila masing-masing bergerak secara sendiri-sendiri, buat mengusir penjajahan dari bumi nusantara tentu sangatlah sulit. Terbukti selama ratusan tahun penjajah kolonial Belanda bercokol di nusantara. Kalaupun secara kesukuan melawan Belanda, tapi sebab perlawanan itu tak masif, hasilnya pun tak seperti nan diinginkan. Keberadaan sesuatu nan dapat menyatukan pemuda Indonesia pun dirasa perlu, lahirlah teks sumpah pemuda.

Kesadaran akan adanya persatuan dalam sebuah wadah bernama bangsa Indonesia itulah salah satu makna dari teks sumpah pemuda nan dibacakan para pemuda 28 Oktober 1928. Pencerahan bahwa persatuan absolut diperlukan agar secara bersama-sama bergerak melawan penjajahan buat terciptanya sebuah bangsa berdaulat.

Sebelum diselenggarakan Kongres Pemuda II di Jakarta nan menjadi cikal bakal atau momentum dicarakan ikrar dalam sebuah teks sumpah pemuda, pada 1926 telah diselenggarakan Kongres Pemuda I di Jakarta. Pada kongres ini baru lahir sebuah gagasan tentang persatuan dan belum terwujud dalam sebuah wadah nan dapat menampung persatuan buat bersama-sama mengusir penjajah dari bumi nusantara.

Tentu saja keinginan buat manunggal tersebut muncul sebab selama ini para pemuda dan para pejuang lain, melawan penjajah seperti disebutkan di awal baru bersifat kedaerahan nan hasilnya pun baru dirasakan di daerah masing-masing, tapi secara nasional tak memberikan akibat nan berarti. Mereka telah lama menunggu-nunggu lahirnya sebuah ketegasan, sebuah prakarsa tentang kesatuan pemuda Indonesia seperti teks sumpah pemuda.

Pembacaan teks sumpah pemuda merupakan titik berangkat perjuangan para pemuda buat menggapai kepentingan nasional. Inilah sebenarnya momen krusial nan harus selalu ditiupkan agar para pemuda sekarang tidak kehabisan energi buat sesuatu nan tak berarti baik bagi dirinya maupun bagi kepentingan umum, sekecil apapun itu.