Zakat fitrah

Zakat fitrah

Zakat fitrah termasuk salah satu jenis zakat nan wajib dikeluarkan oleh orang muslim ketika memenuhi ketentuan mengeluarkannya. Berikut ini beberapa ulasan mengenai niat ketika akan menunaikan suatu kewajiban seperti mengeluarkan zakat fitrah. Semoga ulasan ini mampu memberikan citra kepada para pembaca dengan jelas. Mulai dari memahami kedudukan niat, niat disandingkan dengan keikhlasan, serta memahami lebih rinci mengenai zakat fitrah.



Kedudukan Niat

Niat zakat fitrah dan niat dalam ibadah-ibadah lainnya merupakan hal nan wajib. Walaupun terdapat disparitas pandangan diantara para ulama fiqih tentang apakah niat itu termasuk rukun atau syarat. Sebagian ulama fiqih memasukkannya ke dalam rukun ibadah, sementara sebagian lain memasukkannya sebagai syarat absah ibadah. Namun semua sepakat bahwa niat ialah sebuah kewajiban dalam ibadah.

Adapun nan dimaksud dengan niat ibadah di sini ialah gerakan, keinginan dan tekad hati buat melakukan suatu amal (ibadah) dalam rangka ketaatan kepada Allah. Niat itulah nan menetukan suatu amalan seseorang bernilai ibadah atau tidak. Karenanya, silakan senantiasa mengevaluasi diri mengenai niat ini.

Jangan hanya asal beramal dengan tujuan nan tak jelas pula. Ingatlah bahwa amal menjadi ladang pahala bagi kita ketika hayati di global ini. Jika amalan tersebut baik, maka timbangan dari tabungan pahala kita akan berat. Sebaliknya, amalan nan tak baik, menjadikan amalan jelek kita berat timbangannya di akherat kelak. Sungguh merugi manusia nan tak memahami pentingnya kedudukan niat dalam amalan.



Niat vs Keikhlasan

Kita sering galat dalam memahami makna ikhlas. Seringkali kita tak dapat membedakan antara ikhlas dengan tulus. Padahal antara keduanya terdapat disparitas nan sangat mendasar. Setiap perkara nan dilandasi dengan keikhlasan akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Sementara setiap perkara nan dilakukan dengan tulus belum tentu bernilai ibadah di sisi Allah.

Kenapa dapat berbeda? Perbedaannya nan paling fundamental terletak pada niatnya. Suatu perkara nan dilakukan dengan ikhlas niscaya bernilai ibadah. Suatu amal dikatakan ikhlas apabila memenuhi tiga syarat yaitu: diniatkan hanya sebab Allah, tata caranya sinkron dengan ketentuan syariat Allah dan ditujukan dalam rangka menghamba/ketundukan kepada Allah.

Sementara suatu perkara (amal) dikatakan tulus apabila kita melakukan amalan tersebut dengan penuh kerelaan tanpa paksaan. Tidak peduli apakah niatnya sebab Allah atau bukan. Juga tak peduli apakah tata caranya sinkron dengan ketentuan syariat Allah atau tidak.

Oleh sebab itu, bisa disimpulkan bahwa amal nan dilakukan dengan tulus dapat bernilai ikhlas dan dapat juga tidak. Jika syarat-syarat keikhlasan terpenuhi maka amal nan dilakukan dengan tulus akan bernilai ibadah dan pelakunya pun akan merasakan nikmatnya iman. Sebaliknya jika syarat-syarat ikhlas tak terpenuhi maka amal tersebut tak akan bernilai ibadah.

Jadi nilai amal (ibadah) seseorang itu sangat ditentukan oleh niatnya. Ikhlas atau tidaknya seseorang dalam beribadah juga ditentukan oleh niat. Jadi, niatlah sumber primer nan harus diketahui secara mendalam oleh setiap muslim utamanya. Jangan sampai mengesampingkan niat beramal, hingga akhirnya orang akan menyesali amalannya sebab tak bernilai ibadah.



Zakat fitrah

Zakat fitrah ialah zakat nan wajib dikeluarkan oleh setiap muslim tanpa terkecuali, lelaki atau perempuan, besar atau kecil, merdeka atau hamba sebelum sholat ied fitri dilaksanakan. Besarnya zakat itu sebanyak satu sa’ (3,1 liter) dari makanan nan mengenyangkan nan dikonsumsi di tiap-tiap daerah. Sa’ ialah nama ukuran sukatan (takaran) dalam bahasa Arab.

Demikianlah pengertian dari zakat fitrah nan hendaknya juga dipahami secara sungguh-sungguh. Setelah memahaminya, tentu saja harus maksimal melakukannya sinkron anggaran berzakat. Jangan sampai salah ketentuan mengeluarkan zakat. Alasannya yaitu zakat dikeluarkan sinkron dengan ketentuan masing-masing. Ada ukuran nan menjadi standart seseorang mengeluarkan zakat.



Lafaz Niat Zakat Fitrah

Banyak kemudian di antara kita nan mempertanyakan bagaimana lafaz niat zakat fitrah . Sebagaimana pengertian niat dalam ibadah di atas bahwa niat dalam ibadah ialah gerakan hati atau menyengajakan buat melaksanakan amal dalam rangka ketundukan kepada Allah. Jadi nan diperlukan dalam niat ialah gerakan hati atau tekad atau menyengajakan melakukan sesuatu dengan kesadaran. Oleh sebab itu, berniat bukan membunyikan lafaz niat.

Mengenai perlukah niat zakat fitrah itu dilafazkan? Kami belum menemukan dalil nan shahih mengenai hal ini. Sejauh ini nan kami ketahui lafaz niat tak diperlukan dalam hal ibadah apapun, sebab niat itu pekerjaan hati. Jadi tak membutuhkan buat disampaikan secara nyaring hingga orang lain mengetahui niatannya.



Niat Zakat Fitrah: Fungsi Niat

Berdasarkan uraian di atas, niat memiliki fungsi dan kedudukan nan sangat krusial yaitu;

  1. Penentu nilai sebuah amal

Seperti dijelaskan di atas, suatu amal dikatakan bernilai ibadah ketika amal tersebut diniatkan hanya sebab Allah dan dilaksanakan sinkron dengan ketentuan syariat Allah. Allah lah nan menentukan segala anggaran bagi manusia dan seluruh makhluk di muka bumi ini. Jadi, tak ada ketentuan lain nan bisa dipenuhi oleh manusia selain dari Allah.

Jika belum mengetahui ketentuan syariat Allah, maka seorang muslim dan manusia lainnya wajib buat mencari tahu. Jangan melewatkan saja ketentuan syariat Allah hingga aktivitas atau amalan keseharian kita menyalahi ketentuannya. Jika menyalahi, maka bukan pahala nan akan kita terima, tapi dosa nan sudah menanti.

  1. Menancapkan tekad

Ketika kita sudah berniat, maka tekad dan keinginan buat melakukan amalan itu akan terpancang kuat dalam hati. Itulah pentingnya menancapkan tekad sahih pada kesempatan nan benar. Jangan menancapkan tekad hanya buat amalan tak bernilai dalam pandangan Allah SWT. Allah senantiasa mencatat segala amalan kita melalui malaikatnya nan menemani kita selama 24 jam. Jadi, penilaian diri mengenai ketepatan menancapkan tekad harus dilakukan setiap waktu.

  1. Menyulut semangat

Ketika keinginan kuat sudah bersemi di dalam hati, maka dengan sendirinya akan membangkitkan semangat buat melakukan amal. Seberapa pun beratnya amal tersebut akan terasa ringan buat dikerjakan. Semangat akan semakin berkobar dengan amalan nan niatnya juga baik. Beda halnya dengan amalan melanggar ketentuan syariat Allah. Biasanya semangat akan berkobar tapi penyesalan mendalam pun telah menanti.

Semuanya harus diupayakan dengan semaksimal dan sebaik mungkin. Tentu saja harus sahih dan tak melanggar ketentuan syariat Allah. Dialah nan Maha Besar, Maha Mengetahui segala nan diniatkan hambanya. Semoga kita termasuk hamba Allah nan dilindungi serta ditunjukkan jalan nan sinkron pandangan sahih dariNya.

  1. Melahirkan ketulusan

Amal nan dilakukan dengan penuh semangat ialah aktualisasi diri dari sebuah ketulusan atau kerelaan. Ketika rasa tulus hadir di tengah-tengah kehidupan manusia, maka meeka akan meningkatkannya menjadi rasa ikhlas beramal. Sinkron ulasan sebelumnya tadi, amal nan ikhlas awalnya ada kemungkinan dari ketulusan. Namun dengan pemahaman ketentuan syariat nan benar, maka rasa ikhlas menjadi benteng amal setelah didasari niat benar.

Selamat menunaikan kewajiban nan diperintahkan Allah secara maksimal. Perhatikan niatnya serta cara mengamalkannya. Jangan sembarangan dan melakukan pengaturan sesuka hati. Manusia hanyalah hamba Allah nan kemampuan akalnya terbatas. Jadi, jangan melakukan amalan dengan melanggar ketentuan syariat dari Allah SWT termasuk zakat fitrah.