Kepunahan Harimau Jawa

Kepunahan Harimau Jawa

Harimau ialah hewan buas nan seringkali dianggap berbahaya oleh manusia. Apalagi, jika harimau tersebut berkeliaran di lingkungan masyarakat, maka warga akan merasa terancam dan segera memburu hewan tersebut. Seperti kejadian berkeliarannya harimau Jawa di kota Batu, Jawa Timur beberapa bulan ini.

Pada pemberitaan di Kompas.com pada tanggal 14 Oktober lalu, diberitakan bahwa seekor harimau jawa telah menyerang tiga ekor domba milik seorang warga. Diduga bahwa penyebab berkeliarannya harimau tersebut, sebab dia telah kehilangan habitatnya. Sebab, areal hutan di daerah Batu telah diubah menjadi daerah pemukiman dan pertanian. Dan tak diketahui secara niscaya berapa jumlah harimau Jawa nan masih ada di kawasan Batu.

Secara fisik, harimau Jawa berukuran kecil jika dibandingkan dengan jenis harimau lain. Harimau jantan memiliki bobot 100 hingga 141 kg. Sedangkan betina lebih ringan, dengan berat sekitar 75 hingga 115 kg, dan sedikit lebih pendek daripada harimau jantan.



Kepunahan Harimau Jawa

Harimau di Indonesia, sudah sangat langka keberadaannya. Hal ini disebabkan sebab semakin minimnya hutan, dampak dari berkembangnya pembangunan. Sehingga, terdapat ketidakseimbangan antara pelestarian hutan dengan perkembangan daerah.

Harimau Jawa sendiri telah dinyatakan punah pada 1980. Kepunahan itu disebabkan sebab perburuan orang-orang serakah nan ingin mengeksploitasi kulit hewan buas ini. Selain itu, perkembangan huma pertanian dan pemukiman nan mengharuskan adanya pembabatan hutan, mengurangi habitat hewan ini secara drastis.

Diperkirakan hewan ini mulai mengalami kepunahan sekitar tahun 1950. Saat itu jumlah hewan buas ini sekitar tinggal 25 ekor lagi, dengan 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon.

Harimau berbulu garis kuning dan hitam ini masih dapat ditemui di Pulau Jawa pada akhir abad ke 19, itu pun hanya bisa ditemukan di hutan terpencil. Beberapa usaha telah dilakukan buat menyelamatkan mereka dari kepunahan, seperti membuka taman-taman nasional. Sayangnya luas taman itu tak sinkron dengan habitat hayati mereka, dan sebagai hewan buas, mangsa nan ada terlalu sedikit buat mereka.

Pada 1970, hewan Jawa nan tersisa di Taman Nasional Beru Betiri hanya tinggal 7 ekor lagi, dan setiap tahunnya semakin menyusut. Padahal, taman Nasional ini sudah dilindungi. Adanya huma pertanian nan dibuka di daerah itu membuat keberadaan harimau Jawa semakin terancam punah.

Penemuan jejak ataupun tanda-tanda keberadaan harimau Jawa, seperti di kota Batu membuat pemerintah daerah optimis buat menemukan harimau tersebut, dan melestarikannya. Sayangnya, inovasi sosok dan bukti itu masih hanya tinggal cerita hingga saat ini, sebab keberadaan Harimau Jawa di daerah Jawa nan semakin sesak penduduknya masih menjadi misteri.