Sejarah Monas dengan Obor Emasnya

Sejarah Monas dengan Obor Emasnya

Tahukah anda bagaimana sejarah Monas hingga dapat menjadi seperti sekarang ini? Monas ialah kepanjangan dari Monumen Nasional, sebuah tugu nan menjadi salah satu ikon kota Jakarta. Tugu Monas ialah sebuah monumen setinggi 132 meter (433 kaki) nan dibangun buat mengenang perjuangan rakyat Indonesia buat memperoleh kemerdekaan atas penjajahan kolonial Belanda.

Tugu Monumen Nasional dibangun di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Pada bagian dasarnya terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia dengan kedalaman 3 meter di bawah permukaan laut. Luas museum ialah 80 x 80 meter dengan daya tamping buat sekitar 500 pengunjung.

Pada keempat sisinya terdapat 48 relief dan di tenganhya terdapat 3 relief. Jumlah total relief dalam museum tersebut ialah 51 relief nan menampilkan citra peristiwa sejarah Indonesia mulai dari masa pra sejarah hingga jaman Orde Baru. Setiap harinya monumen dan museum mulai dibuka buat pengunjung mulai pukul 08.00 sampai pukul 15.00 Waktu Indonesia Barat. Namun pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya kawasan monumen dan museum ini ditutup buat umum.



Peran Presiden Soekarno dalam Sejarah Monas

Kemegahan tugu Monas ternyata melewati termin nan begitu panjang. Proses pembangunannya juga melalui beberapa termin sebelum akhirnya menjadi seperti sekarang ini. Banyak tokoh nan terlibat dalam pembangunan tugu dan monumen bersejarah ini.

Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno memiliki peranan krusial dalam sejarah Monas. Pembangunan Monas diawali ide beliau nan ingin mendirikan sebuah bangunan seperti Menara Eiffel sebagai ikon kebanggaan kota Jakarta. Ide itu muncul setelah kembalinya pusat pemerintahan dari Yogyakarta ke Jakarta menyusul diakuinya kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949.

Meskipun hasilnya tak semewah menara Eiffel, tugu Monas nyatanya mampu menjadi ikon kota Jakarta nan cukup ramai dikunjungi masyarakat. Beliau berharap tugu tersebut dapat membangkitkan semangat patriotisme bangsa Indonesia. Ide Ir Soekarno mulai diwujudkan dengan pembangunan Monas nan dimulai pada bulan 17 Agustus 1961.

Arsitektur bangunan Monas nan megah dan penuh nilai sejarah itu merupakan rancangan para arsitek hebat Indonesia yaitu Soedarsono dan Frederich Silaban. Perancang-perancang Monas tak ditunjuk secara langsung, tapi melalui sebuah sayembara. Sebuah komite nasional dibentuk pada tanggal 17 Agustus 1954 buat mengurus proses perancangan hingga pembangunan tugu Monas.

Kemudian komite tersebut menggelar sayembara perancangan monumen nasional pada tahun 1955. Jumlah karya desain bangunan nan masuk sebanyak 51 buah. Dan akhirnya desain Frederich Silaban dianggap paling memenuhi kriteria nan ditentukan komite.

Kriteria nan dimaksud antara lain mampu mendeskripsikan karakter bangsa Indonesia dan bangunan memiliki ketahanan selama berabad-abad. Sayembara kembali digelar pada tahun 1960. Pada sayembara kedua ini terdapat 136 peserta.

Dari semua desain nan dirancang para peserta tersebut, tak ada sama sekali nan memenuhi kriteria nan diinginkan komite. Akhirnya juri memanggil kembali Silaban buat mempresentasikan rancangannya di hadapan presiden Soekarno. Akan tetapi rancangan itu rupanya kurang sinkron dengan kemauan sang Presiden.

Presiden Soekarno lebih menginginkan agar monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Lalu beliau menyuruh Silaban buat merancang monumen dengan tema seperti nan ia inginkan itu. Silaban segera melaksanakan perintahnya dengan membuat sebuah rancangan baru.

Lagi-lagi rancangannya tak disetujui sebab dinilai terlalu luar biasa. Soekarno risi jika menggunakan rancangan tersebut, biaya nan dikeluarkan akan sangat besar sehingga memberatkan beban belanja negara. Maklum saja, pada masa itu kondisi ekonomi negara Indonesia masih terpuruk setelah baru saja bebas dari penjajahan.

Ir. Soekarno kembali memintanya buat merancang desain bangunan nan lebih kecil dan ekonomis biaya pembangunan. Namun Silaban menolaknya. Dia menyarankan agar pembangunan monumen ditunda sampai negara memiliki aturan nan memadai.

Penolakan Silaban tersebut membuat sang Presiden meminta arsitek lain yaitu R.M. Soedarsono buat melanjutkan rancangan itu. Pada rancangannya, ia memasukkan angka 17, 8 dan 45 nan melambangkan hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia nan terjadi tanggal 17 Agustus 1945. Rancangan tersebut ternyata lebih menarik bagi Soekarno.

Akhirnya proses pembangunan tugu Peringatan Nasional ini mulai. Tugu ini ada di area seluas 80 hektar dengan arsitek Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono. Pembangunan pun mulai dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1961.



Sejarah Monas Melalui 3 Termin Pembangunan.

Seperti disebutkan dalam beberapa sumber tentang sejarah Monas, termin pertama dimulai pada tahun 1961/1962 hingga 1964/1965. Presiden Soekarno memulai proses pembangunan secara resmi pada tanggal 17 Agustus 1961. Secara seremonial, beliau menancapkan pasak beton pertama buat pembangunan Monas.

Bangunan ini menggunakan 284 pasak beton digunakan sebagai fondasinya. Sinkron dengan keinginan Soekarno agar bangunan bisa bertahan hingga jangka waktu nan lama, sebanyak 360 pasak bumi juga ditanamkan sebagai fondasi museum sejarah nasional. Proses pemancangan fondasi diselesaikan pada bulan Maret 1962.

Proses pembangunan punterus dilanjutkan. Kali ini dimulai dengan membangun dinding museum di dasar bangunan dan akhirnya bisa diselesaikan pada bulan Oktober. Setelah itu, pembangunan obelisk pun dimulai dan selesai bulan Agustus 1963.

Masih dalam bahasan mengenai sejaran Monas, Pembangunan termin kedua dimulai pada tahun 1966 hingga 1968. Pembangunan sempat ditunda sebab kondisi negara sedang kacau. Kekacauan tersebut disebabkan terjadinya Gerakan 30 September 1965 atau nan biasa disebut G-30-S/PKI.

Pembangunan pun terhenti buat sementara waktu. Setelah kondisi negara dirasa lebih aman, termin akhir pembangunan Monas pun dimulai kembali. Prosesnya berlangsung pada tahun 1969 hingga tahun 1976.

Pada termin inilah ditambahkan relief pada museum sejarah. Tiga termin primer pembangunan tugu Monas akhirnya telah dilewati. Meskipun proses pembangunan telah selesai, namun masih ada beberapa masalah nan terjadi.

Salah satu masalahnya ialah terjadinya kebocoran air nan menggenangi ruangan museum. Setelah melalui proses nan begitu panjang, pada tanggal 12 juli 1975 akhirnya monumen diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia nan kedua, H.M. Soeharto. Peresmian itu sekaligus menandai dibukanya monumen dan museum itu buat umum.

Selanjutnya, kawasan dimana monumen itu berada dinamakan Medan Merdeka. Sebelumnya, lapangan Monas juga telah berganti nama berkali-kali. Nama nan pernah dipakai antara lain Lapangan Gambir, Lapangan Merdeka, Lapangan Ikada, Taman Monas dan Lapangan Monas.



Sejarah Monas dengan Obor Emasnya

Salah satu nan membuat banyak orang takjub melihat monas ialah adanya lampu atau nan biasa disebut lidah barah nan berlapis lembaran emas di puncak tugu Monas. Tinggi lidah barah ialah 14 meter dan berdiameter 6 meter. Lidah Barah tersebut merupakan perlambang semangat perjuangan rakyat Indonesia nan menyala-nyala buat memperoleh kemerdekaan.

Dari manakah asal emas tersebut? Menurut beberapa sumber tentang sejarah Monas, emas pada ujung Monas ialah sumbangan dari Teuku Markam, salah satu orang terkaya pada masa itu nan berasal dari Aceh. Beratnya mencapai lebih dari 35 kilogram.

Lidah barah ini kemudian dilapisi emas kembali pada peringatan kemerdekaan Indonesia tahun 1995 sehingga beratnya mencapai 50 kilogram. Jika diamati dengan seksama, patung lidah barah terbalut emas itu tampak seperti seorang perempuan nan sedang duduk bersimpuh dengan rambut panjang tergerai. Namun, hingga sekarang tak diketahui siapa sosok nan digambarkan dalam patung perempuan tersebut. Dalam tulisan-tulisan tentang sejarah Monas juga tak didapat keterangan nan jelas mengenai hal tersebut.

Sekarang ini, tugu Monas menjadi loka wisata sejarah nan menjadi tujuan warga Jakarta maupun dari luar. Bahkan banyak nan mengatakan bahwa tak lengkap rasanya jika pergi ke Jakarta tanpa mengunjungi tugu Monas. Sejarah Monas dimaksudkan buat mengingatkan kita akan sejarah perjuangan rakyat Indonesia nan begitu gigih melawan penjajah. Semoga kilas sejarah Monas ini bisa makin memperkuat rasa cinta kita terhadap bangsa ini.