Unsur Intrinsik Sebagai Pembangun Suatu Karya Sastra

Unsur Intrinsik Sebagai Pembangun Suatu Karya Sastra

Kita niscaya sering membaca salah satu di antara karya berikut: puisi, cerpen/novel, dan drama. Atau dapat jadi Anda sering membaca ketiga-tiganya. Ketiga karya tersebut termasuk dalam jenis tulisan karya sastra. Karya nan bersifat fiksi dan mempunyai sisi keindahan, baik dari segi bahasa maupun isinya.

Puisi ialah salah satu karya nan tergolong sulit buat diidentifikasi unsur intrinsiknya apabila kita tak mengenal betul struktur pembangun nan terdapat dalam karya sastra berbentuk puisi.

Karyanya nan pendek justru membuat puisi menjadi ungkapan perasaan dan pikiran nan maknanya hanya dapat dimengerti apabila kita memiliki banyak pengetahuan mengenai unsur intrinsik sastra berbentuk puisi.
Karya sastra mempunyai unsur pembangun, yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik sastra .

Unsur ekstrinsik ialah unsur pembentuk karya sastra di luar karya sastra, meliputi latar belakang pengarang dan keadaan sosial budaya saat karya itu ditulis. Sedangkan unsur intrinsik sastra ialah unsur nan terkandung di dalam karya sastra itu sendiri.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai unsur intrinsik sastra, maka kita akan membahasnya satu per satu. Mulai dari apa saja bentuk unsur intrinsik sastra, bagaimana cara mengidentifikasinya dalam sebuah karya, serta peranannya dalam membangun karya sastra.




Apa saja unsur intrinsik karya sastra itu?

Unsur intrinsik sastra pada umumnya meliputi tema, amanat, alur, tokoh dan perwatakan, latar dan sudut pandang (Ade Nurdin dkk, 2002. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia SMU).

1. Tema yaitu pokok pikiran nan mendasari pengembangan cerita. Setiap cerita mempunyai satu tema walau cerita itu sangat panjang.

Tema selalu hadir dalam sebuah karya sastra, baik itu puisi, cerpen, maupun novel sebab gagasan nan hendak disampaikan oleh penyair atau pengarang implisit pada tema nan disampaikan lewat cerita atau narasi karya sastra.

Tema nan digagas tersebut dapat merupakan tema primer atau dapat juga merupakan tema sampingan nan berfungsi mendukung gagasan primer nan disampaikan oleh penulis.

2. Amanat yaitu pesan nan ingin disampaikan oleh pengrang. Pesan dalam karya sastra dapat berupa kritik, harapan, usul, dan sebagainya.

Amanat akan berhubungan dengan tema nan digagas oleh penyair atau pengarang karya sastra. Dengan tema sosial, maka akan muncul amanat mengenai kehidupan sosial nan juga diangkat oleh pengarang dalam ceritanya.

Amanat nan disampaikan oleh cerita dapat bersifat langsung atau tak bergantung modus nan digunakan penyair atau pengarang dalam membeberkan cerita.

Dalam puisi, amanat biasanya muncul secara tak langsung lewat pembacaan dan pemaknaan nan dilakukan sendiri oleh pembaca puisi, sedangkan dalam karya cerpen dan novel, amanat dapat muncul secara sengaja oleh penulis.


3. Alur ialah rangkaian cerita nan disusun secara runtut. Alur cerita biasanya dibangun oleh perkenalan, pertikaian, klimaks, peleraian, dan akhir cerita. Alur cerita dapat maju maupun mundur. Maju artinya cerita dimulai dari cerita waktu dulu ke cerita waktu sekarang. Sedangkan alur mundur ialah kebalikannya.

Lewat alur tersebut pembaca juga dapat mengetahui berbagai unsur intrinsik sastra nan terdapat dalam puisi, cerpen, atau novel. Namun, sangat sporadis bila karya sastra berbentuk puisi memiliki alur nan serupa dengan alur nan terdapat pada karya sastra berbentuk cerpen atau novel.

Dalam puisi, alur bukanlah hal primer nan dapat membentuk keutuhan karya. Unsur pembangun nan menjadi faktor primer pembangun karya sastra puisi ialah struktur fisik dan batinnya nan tak terdapat pada karya sastra lain, seperti nada, bunyi, tipografi, dan sebagainya.


4. Tokoh dan Perwatakan ialah citra sifat/watak tokoh cerita. Unsur intrinsik sastra di dalam novel terdiri dari tokoh primer dan tokoh figuran. Tokoh primer ialah tokoh nan menjadi sentral dalam cerita. Tokoh figuran ialah tokoh nan berperan sebagai pendukung tokoh utama. Berdasarkan sifatnya, tokoh erita ada dua, berlawanan dan protagonis. Berlawanan ialah tokoh jahat, sedangkan protagonis ialah tokoh nan bersifat baik.

Di dalam karya sastra berbentuk puisi pun terdapat tokoh dan perwatakannya. Akan tetapi, tokoh nan diusung dalam puisi biasanya tak seintens nan digagas dalam cerpen atau novel.

Tokoh dalam puisi biasa disebut saya lirik sebab sangat sporadis puisi nan di dalamnya menyebutkan nama tokoh puitik seperti nan biasa ditampilkan dalam karya sastra berbentuk cerpen atau novel.


5. Latar ialah loka dan waktu terjadinya cerita. Selain kedua latar tersebut, ada juga nan disebut dengan latar sosial, yakni pelataran mengenai pendidikan, status sosial, dan kondisi tokoh dalam masyarakat nan diceritakan dalam karya sastra.


6. Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang terdiri dari dua macam, yaitu berperan sebagai tokoh nan terlibat secara langsung atau hanya sebagai pihak ketiga/pengamat saja.

Sudut pandang ini tak berlaku absolute sebab ada juga beberapa penulis nan menerapkan beberapa sudut pandang dalam satu cerita. Misalnya saja karya sastra novel berjudul “Cala Ibi” karya Nukila Amal nan mengambil sudut pandang saya dank au secara bergantian.




Cara Mengidentifikasi Unsur Instrinsik

Bagaimana cara kita buat dapat mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik pada sebuah karya sastra?

  1. Tema bisa diidentifikasi dengan cara menulis hal-hal nan dibicarakan dalam cerita, baik secara implisit maupun tersurat. Hal nan paling banyak dibicarakan itulah nan biasanya nan menjadi pokok bahasan atau tema cerita.
  2. Amanat bisa ditangkap dari karena dampak perbuatan para tokohnya. Jika tokoh ialah orang nan jujur dan dalam cerita tersebut ia menjadi orang nan sukses dalam hidupnya, berarti cerita tersebut mengundung pesan tentang kejujuran.
  3. Alur bisa diidentifikasi dengan menulis kapan cerita itu dimulai dan diakhiri. Jika cerita diawali dari waktu lalu menuju waktu sekarang, berarti cerita tersebut beralur maju, demikian sebaliknya jika beralur mundur.
  4. Untuk menentukan tokoh primer ialah dengan menghitung berapa banyak tokoh tersebut tampil dan seberapa banyak dibicarakan. Tokoh nan paling banyak tampil dan dibicarakan ialah tokoh primer dalam cerita.
  5. Latar sangat mudah diidentifikasi, yaitu dengan memperhatikan kapan dan di mana cerita itu berlangsung.
  6. Sudut pandang berkaitan dengan gaya penceritaan penulis. Jika pengarang menggunakan kata saya buat mewakili dirinya, berarti penulis ikut terlibat dalam cerita nan ditulisnya.


Nah, dengan mengetahui unsur-unsur intrinsik sastra di atas, kita akan lebih dapat memaknai karya sastra nan kita baca. Pemaknaan nan mendalam sangat mempengaruhi kita dalam menikmati sebuah karya.




Unsur Intrinsik Sebagai Pembangun Suatu Karya Sastra

Setelah mengetahui apa saja unsur intrinsik sastra dan bagaimana cara mengidentifikasinya, tentu saja kita juga harus mengetahui fungsi dan peranannya dalam karya sastra.

Selain buat membentuk fisik karya sastra nan sempurna, unsur intrinsik sastra juga dibutuhkan sebagai pembangun karya sastra agar memiliki keutuhan secara fisik dan batin.

Tanpa keduanya, suatu karya sastra akan menjadi lumpuh dan sulit buat diterima di masyarakat sebab pada dasarnya, karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari nan dijalani oleh manusia.

Dari unsur-unsur tersebut, kita dapat mengetahui kondisi kebudayaan suatu masyarakat, bahkan kondisi sosial nan dihadapi oleh pengarang karya sastra tersebut. Misalnya saja, kita dapat mengetahui karakter masyarakat Bali beserta kebudayaannya lewat tema dan latar nan disajikan oleh penulis Oka Rusmini dalam karya-karyanya.

Selain itu, kita juga dapat membedakan status sosial penulis nan satu dengan penulis nan lain lewat unsur intrinsik nan diangkat dalam karya sastra tiap penulis.

Misalnya saja, kita dapat membedakan kehidupan metropolitan nan diangkat oleh penulis Djenar Maesa Ayu dengan karakter primordial nan diangkat oleh Oka Rusmini. Meskipun keduanya sama-sama penulis perempuan, namun terdapat disparitas secara sosial nan diperlihatkan oleh keduanya lewat cerita nan diangkat.

Djenar nan lebih memosisikan perempuan sebagai substansi nan bebas, berbeda dengan Oka Rusmini nan menganggap perempuan sebagai nilai local nan berbudi luhur dan bernilai adiluhung.

Selain itu, kita juga dapat mengetahui kerangka berpikir penulis lewat unsur intrinsik nan disajikan dalam karyanya. Misalnya saja, karya Pramoedya Ananta Toer nan bersifat sosialis, Y.B. Mangunwijaya nan bersifat religius, Kuntowijoyo nan bersifat spiritualis, dan berbagai karakter serta ideologi penulis.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa unsur intrinsik sastra merupakan faktor primer nan membangun fisik dan ruh suatu karya sehingga dapat merepresentasi kehidupan masyarakat beserta kultur nan hayati di dalam masyarakat tersebut.